Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Nenanti Binasa

18 Juni 2012   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 47 0
Sejenak kuterpaku menatap hamparan yang menguning, tenang mendayu

Jernihnya air tenang mengalir sebening mata hati

Matahari yang telah condong kebarat menuju peraduannya, sinarnya menyalakan nyala kesejukan

Anginnya semilir berhembus menerpa kulit terasa sejuk hingga di hati

Ditingkahi tupai yang berlompatan di antara dahan, menambah riang gejolak batin

Riuh kicau burung diantara hijunya dedaunan yang terayun diterpa semilir angin, menjadikan damai dihati

Namun, ini akan sampai kapan ?

Sampai beton beton itu tumbuh angkuh menjulang

Sampai lambaian kabel kabel yang silang sengkarut menjuntai

Sampai sinarnya membakar tubuh

Hingga sampah sampah menyesaki ruang batin

Sampai asap dan debu mencekik rongga tenggorokan

Sampai diri ini tersengal dan menggigil bergetar lalu berteriak .......lapar

Namun..... tak temukan lagi sebulir padi pun tuk dimakan

Dan maka akan ada amarah

Ada kebencian dan kebengisan

Ada darah

Lalu......binasa

Mandungan, 17 Juni 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun