Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kisah Tukijo Digit Anjing

15 Juni 2011   02:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 154 1
Mungkin anda tidak asing dengan kejadian orang digigit anjing, mungkin anda sendiri pernah merasakannya...ah saya harap jangan...memang digigit anjing disamping rasanya jelas pedih karena terluka tetapi juga menyebabkan perasaan terhina, malu, bahkan perasaan najis terus menghantui. Salah satu penyebab mengapa anjing bisa menggigit karena tidak di krangkeng atau di kasih tali dan di beri tanda AWAS ANJING GALAK. Ya demikian pula yang dirasakan Tukijo, seorang petani lombok (cabai) di wilayah pesisir di kabupaten Kulon Progo sana.

Al kisah si Tujiko yang seorang petani lombok sedang menanam lombok di ladang yang sering dia garap. Ladang pasir di pesisir yang dulu hanya gersang tak termanfaatkan kini dengan sedikit teknologi bisa menghasilkan uang berjuta juta dan bisa meningkatkan kesejahteraan warga, termasuk Tukijo yang memang menjadi tulang punggung keluarga memang menggantungkan nasib kehidupannya dari cabe. Dan mungkin azab atau bagaimana kini karena hasil bumi yang dia jual berupa lombok yang pedas dan telah membuat pedas banyak orang kini dia sedang merasakan rasa pedas yang luar biasa akibat di gigit anjing.

Ladang yang biasanya hanya terlihat hijau dedaunan lombok dan segelintir orang petani yang timbul tengelam karena sedang memanen lombok, saat itu nampak lain dari biasanya.  Segerombolan anjing yang datang entah dari mana datangnya, nampak sedang mengaduk aduk pasir di ladangnya, seperti kebiasaan anjing anjing yang suka main tanah, demikian pula anjing anjing itu nampak bergumul dengan pasir yang memang hangat, berlompatan, saling menyalak nyalak dan mengaduk aduk pasir membuar lobang sehingga tanaman yang ada disekitar rusak dan tercerabut.

Waduh kok tumben banyak anjing......pikir Tukijo heran. Kira kira anjing dari mana ini....batinnya

Sambil terus mengamati perilaku anjing anjing itu yang terus saja bergumul dengan pasir di lahan garapannya Tukijo bergerak mendekat. Niat hati ingin mengusir anjing anjing dari lahan itu. Dihalaunya anjing anjing itu dengan teriakan teriakan, dan sedikit lemparan batu namun tak jua peduli, anjing anjing itu terus saja berlari larian dan terus bergumul dengan pasir yang mengakibatkan tanaman lombok miliknya tumbang terlindas atau tercerabut dari tanah. Semakin marah Tukijo melihatnya, lalu dia mencoba berpikirlah ia sejenak

"Dengan apa kiranya anjing anjing ini agar bisa pergi dari ladang ku? ah tidak kalau aku cuma usir mereka dari sini mungkin akan hanya pindah menyerang ke tempat lain!" pikirnya

Tiba tiba dia nampak semangat, sebersit pikiran telah singgah kedalam otaknya "....tangkap dan jual!" sambil sedikit melompat dia bergegas meninggalkan ladangnya, pikirannya melayang mendapat tambahan pendapatan dengan menjual anjing anjing itu ke tukang jagal anjing. "...ehmmm..baiklah sebentar tunggu aku!" desis Tukijo kepada anjing anjing itu. Langkahnya berhenti dan balik haluan lalu dipercepat menuju rumpun bambu di dekat lahannya yang biasa dia manfaatkan untuk memagari atau menguatkan tanaman. Kali ini dengan cekatan Tukijo memotong dan menganyamnya, tidak lebuh dari dua jam sebuah keranjang bambu besar telah nampak dihadapannya. " Ini baru mantab...!" pikir Tukijo.

Merasa tidak mungkin menangkap anjing anjing itu sendirian lalu Tukijo mengajak serta sejumlah kawan untuk membantunya. Kawan kawan itu sadar kalau cuma diusir maka anjing anjing itu hanya akan pindah ketempat lain, maka dengan sukarela mereka berhimpun untuk menangkap lalu memusnahkannya namun dari pada cuma di munahkan tanpa ada hasil toh masih bisa dijual ke tukang jagal untuk menjadi tongseng asu kan bisa mendapat tambahan uang itung itung biaya lelah menangkap anjing anjing itu. Berembug stretgi dan taktik serta sedikit alat alat diperbincangkan dengan seru, tanpa membuang waktu lama maka seluruh bahan dipersiapkan untuk menangkap anjing anjing itu.

Keranjang bambu yang lebuh tepatnya itu kerangkeng bambu di gotong berami ramai dan ditempatkan disebuah lorong, lalu beramai ramai dengan alat ala kadarnya berupa potongan kayu dan batu mereka bergerak bersama sama dengan berteriak teriak serta mengayun ayunkan bambu dan melemparinya.

"Lumayan kang!" teriak salah satu kawan dari mereka lalu yang lainya menyahut dengan suka gembira dengan tangkapanya itu dan berami ramai mengotongnya kerumah Tukijo, mereka tidak peduli anjing anjing itu terus saja menggonggong dan menyalak nyalak dengan bengis.

"Lik Sar?....ini Tukijo, aku punya dagangan rada banyak, kemari ya....apa?...yo wis besok juga tak mengapa...sing penting regone apik to? Tukijo nampak bercakap cakap dengan telpon celulernya, kawan kawanya hanya memperhatikan dan sedikit senyum senyum membayangkan akan memperoleh uang tambahan.

"Sarjio baru besok datang mau melihat dan membelinya...." ujar Tukijo kepada kawan kawannya yang tak lain adalah juga hanya tetangganya saja.

Ke esok harinya nampak sebuah sepeda motor bergerak dengan asap putih yang terus memanjang sepanjang lorong jalan diantara tanaman lombok yang masih diselimuti embun.

"Jo...Jo...." teriak Sarjio, tak seberapa lama Tukijo nampak keluar

"Wah mruput tenan kang!...ini lho anjing anjingnya" sambil membawa Sarjio jagal anjing di daerah itu ke balik rumahnya.

Namun mata Sarjio terbelalak dan sedikit menggigil gemetar " "wah kalau yang ini bukan anjing anjing seperti biasanya.." ujarnya dengan muka yang berubah pucat nampak ketakutan.

"Lho..apa bedanya to kang?" sergah Tukijo

"Pokonya yang ini beda....ini cuma anjing jadi jadian, kalau di "beleh" ( disembelih) tidak enak dimakan dagingnya, lebih baik kau lepas saja daripada bikin masalah..." lanjut Sarjio sambil bergegas pergi meninggalkan Tukijo. Tukijo nampak terpaku heran dan hanya memandangi anjing anjing itu sampai suara motor butut itu berlalu.

Waktu berlalu dengan sedikit desir dihati Tukijo merenungkan apa yang dikatakan Sarjio tadi padi, keraguan mulai mengelyut dipikirna dan hatinya. "Lalu akan aku apakan sebaiknya anjing anjing ini, kalau ku lepas mungkin juga akan balik lagi tapi kalau ku bunuh ah...eh tapi apa benar ini anjing jadi jadian?" akh itu hanya tahayul..." bergelut pikiran dan hati Tukijo sambil terus menerawang diantara tanaman lomboknya yang nampak awut awutan dan rusah dirusah anjing anjing itu.

Terperanjat setengah mati ketika Tukijo tak sempat lagi menghindar sebuah gigitan tepat mendarat di lengannya, seekor anjing basar berwarna coklat mencoba menyerang dan Tukijo berisaha berkelebat menghindar dan lari namun sia sia, ternyata anjing besar besar berwarna coklat itu tidak sendiri dia bersama sama dan banyak bermunculan dari balik rimbunnya tanaman lombok.

Sejumlah gigitan dari anjing anjing itu akhirnya membuat tubuh Tukijo lunglai dan tidak berdaya. Dia hanya pasrah tak berdaya menghadapi anjing anjing galak beringat buas seperti haus darah menggigit dan menarik narik tubuhnya, dunia mendadak gelap dan taksadarkan diri ....

Linglung, Tukijo terbangun"...dimana aku?" ini pikirnya....perih dilengan, paha serta perut dan dadanya terasa menyiksa. Diperhatikannya ruangan tempat dia terjaga kini. "Ya ini seperti dikerangkeng....eh tapi kok aku yang didalam sini bukan mereka mereka", guman Tukijo. Anjing anjing di dalam bangungn itu nampak berkeliaran bebas dan kadang bercakap, mulutnya yang basah liurnya meleleh kemana mana sedikit darah masih nampak berpelotan dimulut sejumlah anjing yang menatap bengis Tukijo, sesekali anjing anjing yang nampak lebih besar ukurannya dari yang ia tanggap itu dan herannya mereka nampak sama semua berwarna coklat itu menyalak dihadapan Tukijo. Dalam kesakitan perih yang tiada tara Tukijo merasakan sesuatu dalam tubuhnya yang mendadak bergetar seperti mersakan jijik, ia kini terus meratap karena merasa dirinya kini menjadi orang najis karena telah didit anjing dan belum sedikitpun dibasuh dan dibersihkan dari kenajisan dengan air, meski dia mencoba terus berteriak teriak minta tolong, namun apalah gunanya di diterus berteriak teriak minta tolong karena dia sekarang dikerumunan anjing anjing yang pasti tak paham bahasanya, tak peduli ataupun peka, kini hanya kepasrahan yang dapat dilakukan, diapun tak pernah berharap karena apalah gunanya berharap pada anjing anjing meski kawan kawanya terus mencoba mengeluaraknya namun yang dihadapi ternyata tidak saja anjing anjing kecil tapi ternyata harus berhadapan dengan penguasa anjing, bos anjing, raja anjing dan juragan anjing.

Kini sampil terus merintih Tukijo hanya bisa pasrah dan pasrah, diapun tak sekalipun menyesali apa yang telah dia lakukan meski telah diperingatkan oleh Srajio bakul tongseng asu (penjual tongseng anjing) kala itu agar dilepas saja biar tidak memperoleh masalah dikemudian hari toh kalau yang jenis ini dagingnya tidak enak. Yang dipikirkan Tukijo hanyanya bagaimana mempertahankan tanamannya yang telah diganggu hama, tanaman lombok meski sering membuat pedas orang tapi itulah satu satunya sumber hidupnya, kalau tanaman ini gagal panen atau tidak bisa menanam untuk selamanya saja saja dia dan keluarganya mati, oleh karena itu sama saja mati sekarang atau nanti. yang pasti anjing anjing itu telah mengancam tanaman lombok kalau tidak ditangkap pasti akan merusak tanaman dan tidak panen yang artinya mati tidak bisa makan.

Pikiran Tukijo terus melayang sementara perih luka gigitan anjing semakin terasa dan membuat luka yang mulai membusuk, kini Tukijo hanya bisa tergolek dalam sarang anjing dalam kepasrahan.

Yogyakarta, 15 Juni 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun