Omelan almarhum bundanya, Lik Katmilah, masih terngiang jelas dalam benak drh Triwiyono (52) sampai saat ini. Bayangkan saja, seusai menjalani prosesi wisuda sebagai dokter hewan di almamaternya Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tahun 1986, bukannya berjuang mencari posisi sebagai pegawai kantoran, Tri malah membawa pulang seekor sapi kurus yang dibelinya di sebuah pelelangan bermodal pinjaman. Wajarlah kalau sang bunda yang merasa sudah bersusah-payah mengupayakan putranya mengenyam pendidikan sampai level sarjana agar jadi seseorang yang terpandang itu merasa gundah dan menggugat,”Disekolahkan oleh ibu yang sudah menjanda tapi malah (memilih) jadi pencari rumput (maksudnya rumput untuk pakan sapi, -pen.)”
KEMBALI KE ARTIKEL