Pada tahun 1957, Willem Oltmans bersama dengan beberapa pendukung di Belanda mengajukan "
pleidoi" yang menyoroti ketidakmampuan Belanda dalam mempertahankan Papua Barat sembari terus menjaga posisinya sebagai kekuatan perdagangan di Asia Tenggara. Pleidoi ini, yang didukung oleh berbagai individu penting di Belanda, termasuk profesor, pengusaha, dan cendekiawan, memicu reaksi kemarahan di Belanda. Media seperti
De Telegraaf mengkritik Oltmans dengan sebutan "
woelratje" (pengacau), dan beberapa komentar bahkan menyamakan situasinya dengan pengkhianatan negara, seperti yang dilakukan terhadap
Johan van Oldenbarneveldt di masa lalu.
KEMBALI KE ARTIKEL