Berbicara konflik selalu menarik dibahas lebih mendalam, baik itu dalam kajian ilmiah maupun sekedar cerita ringan yang kadang terlewatkan. Teringat kata salah satu dosen menyampaikan cerita dalam perkuliahan, katanya manusia itu sejak masih kecil sudah sering berkonflik. Saat masih digendong orang tua (ibu/ayah) sering berontak bila keinginannya tak dipenuhi. Konflik adalah keniscayaan yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Konflik kadang menimbulkan perpecahan. Tetapi kadang pula konflik menjadi inspirasi hidup. Tinggal bagaimana kita meracik konflik saja, karena dengan konflik, hidup kita lebih dinamis.
Berkonflik dengan sahabat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu konflik kecil maupun yang serius. Hidup kita penuh dengan masalah, makanya kita sering berkonflik dengan orang lain dan diri sendiri. Seseorang yang memaknai konflik sebagai potensi negatif yang dapat merusak, berarti ia tidak memahami esensi sebuah konflik yang mendalam. Konflik dapat menciptakan sebuah tatanan sosial baru, selama kita mampu meraciknya dengan cantik.
Konflik dalam Organisasi
Dalam berorganisasi, adanya perbedaan merupakan bagian dari proses pendewasaan berpikir dan bersikap. Perbedaan adalah media berdialektika yang dinamis untuk menyamakan persepsi. Maksudnya menyamakan persepsi tanpa paksaan dan tekanan. Perbedaan-perbedaan dalam organisasi merupakan potensi besar yang dapat membuat kita dewasa dalam berpikir dan bersikap. Perbedaan dapat dijadikan sharing gagasan setiap individu yang ada dalam sebuah organisasi.
Konflik dalam organisasi harus diselesaikan dalam lingkaran kecil dan mendiskusikan secara mendalam. Hal yang perlu dipahami konflik dalam organisai adalah penyebab, pemicu dan resolusi konflik. Berdiskusi bersama dapat memberikan resolusi konflik yang baik, asalkan setiap individu saling terbuka dan tidak mengedepankan ego masing-masing. Dalam berdiskusi untuk menyelesaikan konflik kita belajar kearifan, kebijaksanaan dan respek terhadap orang lain. Menurut saya, pengendalian diri dan menaklukkan diri sendiri (ego) itu ada dalam lingkaran kecil (diskusi).
Konflik dan Resolusi dalam Persahabatan
Kita kadang tak terasa melakukan hal kecil yang dapat menyinggung orang lain. Padahal tujuan kita hanya bercanda. Konflik memang bisa datang kapan saja, selama ada pemicu dan penyebabnya, konflik akan meledak. Tidak usah jauh, dalam relasi persahabatan, rumah tangga, dan lain-lain, sering kita temukan terjadinya konflik. Kadang konflik dengan persahabatan berakhir dengan dendam yang berkepanjangan. Dalam hal ini, perlunya perpohonan maaf dari salah satu pihak.
Permintaan maaf merupakan perbuatan yang baik dalam menyelesaikan konflik. Walapun tentunya sangat berat, tatapi hal ini harus dilakukan. Miminta maaf adalah bagian dari resolusi konflik. perlu keberanian dan lapang dada bila kita melakukan kesalahan kepada sahabat, keluarga, dll.
Selain itu, resolusi konflik yang bisa kita lakukan adalah dengan mengajak makan bersama. Saya kira ini cukup menarik, karena dalam lingkaran meja makan atau lesehan seseorang/sahabat mampu mentralisir diri sehingga bisa diajak berdiskusi bersama. Sambil menikmati menu makan bersama kadang kita lebih happy dalam berdiskusi,sehingga dendam, kebencian bisa pudar secara perlahan-lahan, tentunya hal ini juga membutuhkan proses rekayasa yang cantik dan sikap terbuka pihak yang berkonflik.