Pram diketahui sebagai anggota Lekra, sayap kiri pada masa orde lama. Annisa F. Rangkuti pernah menulis di Kompasiana bahwa Pram kerap mengkritik pemerintahan lewat karya-karya sastranya. Beberapa kali ditahan sejak zaman penjajahan Belanda hingga kepemimpinan Soeharto. Karyanya dibredel, Pram juga ditahan sebagai tanahan politik karena dianggap pro komunis. Ia kemudian diasingkan ke Pulau Buru. Adapun karyanya yang terkenal adalah "Ramon Magsaysay Award" dan "Bumi Manusia" sebagai salah satu masterpiece-nya.