Peserta kelompok pria pada program Teacher Writing Camp (TWC) yang digelar Ikatan Guru Indonesia (IGI) di Wisma Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rawamangun. (foto: koleksi panitia TWC)
MENULIS sudah merupakan pekerjaan saya sehari-hari sebagai seorang wartawan pemburu berita dan melakukan investigasi di bidang informasi. Tugas saya mencari, mengumpulkan lalu menuliskannya berupa berita sebelum kemudian dimuat melalui surat kabar .
Adapun soal menulis buku, sebenarnya sudah lama memang terbetik niat saya ingin menulis buku, namun entah mengapa, hingga kini belum juga pernah bisa terlaksana. Padahal idenya sudah menumpuk di kepala, juga sudah ada yang sempat dituliskan berupa artikel. Mulai dari tulisan dalam bentuk berita ringan yang dikemas menjadi feature, maupun tulisan essei pendek dalam suatu kolom pada rubrik di surat kabar.
Begitu pun tulisan berseri yang dimuat secara bersambung. Antara lain misalnya tulisan berupa catatan perjalanan (reportase), mengunjungi obyek-obyek wisata, profil tokoh sukses, pengalaman hidup berbagai bidang profesi, wawancara tokoh dalam bentuk dialog. Bahkan ada beberapa di antaranya yang sudah sempat dimuat secara bersambung .
Niat saya yang ingin menulis buku dan sudah lama terpendam itu, seolah bangkit kembali ketika hadir sebagai peserta di “Teacher Writing Camp” (TWC), sebuah program acara pelatihan yang diadakan oleh IGI (Ikatan Guru Indonesia) Pusat sambil bermalam di Wisma Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur .
Saya hadir bersama istri yang memang berprofesi guru. Sedang saya sendiri selain sebagai wartawan, merasa berkepentingan juga dengan acara ini selaku seorang ketua yayasan yang mengelola lembaga pendidikan anak usia dini (TK-PAUD) di Kota Bekasi. Paling tidak bisa ikut berpartisifasi membantu menyebar virus semangat menulis dan gerakan membaca di kalangan guru TK dan PAUD. Bukankah sekarang ini kita sudah memasuki masa yang dikenal era guru melek internet?
Di pelatihan ini pula saya temukan ilmu bagaimana “mengawinkan” antara teoridengan praktek langsungmengenai tekhnik penulisan sebuah buku. Sebuah formula praktis bagaimana menulis sebuah buku secara sederhana, bisa diterima perusahaan penerbit dan syukur-syukur bisa laris di pasaran.Ya, sebuah trik bagaimana mengawinkan antara teoridan praktek penulisan buku di acara TWC ini. Dengan pembawa materi yang memang sudah menguasai bidangnya, penyelenggaraan pelatihan hasil kerja sama IGI Pusat dengan Acer, penerbit Indeks dan komunitas blogger ini, jadi terasa cukup singkat meskipun berlangsung selama dua hari, Sabtu – Minggu 8-9 Desember 2012.
“Pokoknyagak salah deh IGI mendatangkan narasumber yang mantap dan menguasai materinya. Gak sia-sia datang jauh-jauh ke kampus UNJ Rawamangun demi mendapatkan ilmu bagaimana cara menulis dan menerbitkannya jadi buku,” kata Wijaya Kusumah (Omjay), pengurus IGI Pusat sekaligus ketua panitia penyelenggara acara TWC. Selain saya bersama istri dari Bekasi, ada sejumlah peserta yang sengaja datang dari luar kota Jakarta seperti Tangerang, Bogor, Depok, bahkan dari luar Pulau Jawa seperti dari Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Bangka Belitung. Pokoknya ramai dan seru deh. Saya bersama istri menempati kamar 301 di Wisma UNJ.