Jiwa Korsa Melahirkan Kebersamaan
Bulan Juli 1988, kali pertama sejarah kami digoreskan di sini. Saat itu SMA eks sekolah etnis Tionghoa itu menerima siswa dengan pasing grade NEM 42,20 (keempat tertinggi di Kota Bandung setelah SMAN 3, 5, dan 8). Bulan-bulan sebelumnya (1988), SMA ini berhasil meloloskan siswa terseleksi PMDK ke PTN paling banyak se-Jabar, menjadi pilihan saya dan kawan-kawan memilih kampus ini. [caption id="attachment_127076" align="alignright" width="300" caption="kebersamaan dirajut di ekskul"][/caption] Tak lama setelah pengumuman, calon siswa pun wajib ikut masa orientasi Pramuka, diselingi materi ke-PMR-an. Siswa baru dari berbagai kelas diacak berkelompok.   Cara ini dimaksudkan, selain diberi pengetahuan kepramukaan dan ke-PMR-an, kebersamaan kami pun terajut di sini. Tugas-tugas dan "stressing" senior  membuat kami bekerjasama tak kenal lelah, tak lagi memandang asal-usul lagi.
Masa orientasi pun usai. Kami harus melalui tahapan Penataran P-4 selama seminggu. Ini kali kedua godokan dan dokrinisasi rasa nasionalisme, setelah materi yang sama kami dapatkan saat masuk SMP, dan kelak saat mahasiswa pun kami mendapatkan Penataran P-4 dengan jumlah jam yang lebih besar lagi yakni paket 100 jam. hemhh...
Beres penataran P-4, di mana kami makan bersama, salat bersama, apel pagi dan siang bersama, kami terbiasa bersama.  Saya mendapat kelas di I-5 terletak ruang di atas tangga selatan (dari arah gerbang selatan). Di sini ada kawan-kawan dari berbagai sekolah baik dari SMP Kota Bandung maupun luar kota, dan seiring dengan menggelindingnya waktu, jiwa korsa sesama teman dan kebanggaan terhadap sekolah pun perlahan muncul.
Kebersamaan lain pun terjalin dengan mengikuti ekstra kurikuler yang ditawarkan sekolah. Saya memilih Pramuka. Ada pilihan lain ditawarkan diikuti oleh siswa lainnya seperti: PA, PMR, atau KBAQ dan BDI. Ada juga bidang olahraga seperti: voli, tenis, sepak bola, basket, dan lain-lain. Juga beladiri seperti: Taekwondo, Karate/BKC, Perisai Diri, dan lain-lain.  Termasuk di bidang olah seni seperti: teater, paduan suara, dan lain-lain. Pada akhirnya, semua kegiatan ini menjadi perekat kebersamaan di antara kami. [caption id="attachment_127071" align="alignleft" width="300" caption="Kelas Bio 2 Masih Ada di 1991-ers (dari kiri: Dody Hardiyana, Tatit Prihandoyo, Ade Purnama, Fitriah RJ, Erie S Fajar, Dan, Edman Syarief)"][/caption] melepas segala atribut Angkatan 1991 terdiri dari 5 kelas Fisika, 3 kelas Biologi dan 2 Kelas Sosial. Jurusan ini dipilih manakala para siswa naik ke kelas 2. Kebetulan di kelas 3, kami tidak diacak lagi, sehingga dua tahun melahirkan ikatan emosional yang cukup kuat sekali. Menyatukan kami. Tidak terasa, tiga tahun berlalu. Juni 1991 kami lulus. Kami harus meninggalkan kampus dengan sejuta kenangan tersisa. Ada melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri, swasta, sekolah kedinasan maupun bekerja.  Pilihan ini membuat arah tujuan dan profesi kami berbeda. Selulus kuliah, bertebaranlah mengamalkan ilmu pada profesi masing-masing... Tak heran, begitu ada kabar acara Bukber ini rasa kangen pun memuncak. Kerinduan terpendam selama ini sedikit terobati berkat "kemurahan" jejaring sosial facebook, twitter atau paling tidak SMS. Untuk bersua wajah, terus terang hanya segelintir kawan saja bisa dilakukan. Ternyata, saaat Kami menemui kawan-kawan, hemmh... sudah pada bermetamorfose. Ada tambah gemuk, tambah uban, rontok rambut, malah sebagian ada makin kurus. Mungkin banyak mikir atau beban hidup semakin sarat. Semua itu menjadi obrolan tak habis kami eksplorasi diiringi derai tawa. Kami benar-benar terbawa masa dua puluh tahun silam. Kali ini kami datang dengan melepas segala atribut menempel. Apapun profesi, jabatan dan pangkat, kami tak peduli. Anda adalah kawan seperjuang kami, kawan curhat di masa lalu. Tak heran, kami hadir di acara tsb  layaknya remaja saat duduk di SMA dulu, cuek dan polos. [caption id="attachment_127089" align="alignright" width="300" caption="Ada Kang Ibnu, tak disia-siakan, kawan sekampus juga Ketua Alumnus Fapet Unpad Gazelle 1991"][/caption] Tak ada rasa sungkan atau kekakuan protokoler yang membelenggu.  Meskipun dari angkatan kami diyakini ada yang telah menjadi Kombes, Letkol, dokter spesialis, petinggi perusahaan atau kalangan profesional yang memiliki jabatan penting. Semua larut dalam ajang nostalgia, berbagi kisah dan tak urung gelak tawa pun menghiasi acara tersebut seraya menikmati suguhan buka bersama. Begitupun diskusi sumbang saran untuk perbaikan, dan kiat-kiat lebih membumikan kegiatan ini dilontarkan beberapa kawan, seperti: menggagas meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan serupa, pemberdayaan komisariat kelas, termasuk kegiatan lain yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Semua berlangsung secara santai dan tetap konsen. Terima kasih kawan, atas segala curahan waktu, materi, dan semangatnya.  Semoga kegiatan tersebut memberi energi untuk beraktivitas selanjutnya. Salamnya dari Kawan belum berkesempatan hadir, semoga di acara mendatang lebih lengkap, lebih baik dan semakin bermakna!! *** Salam blogger, Dadan wahyudin