Untuk bisa menjadi anggota mapala wajib mengikuti pendidikan dasar selama seminggu. Kegiatan ini bertujuan menggembleng mental dan fisik sebagai calon penggiat kegiatan alam terbuka agar mempunyai fisik dan mental yang kuat jika menghadapi bahaya di alam terbuka.
Tiap libur pergantian semester, tidak pernah kosong dari kegiatan mendaki gunung atau kegiatan alam lainnya. Yang paling berkesan saat melakukan kegiatan ekspedisi pendakian gunung di pulau Sumatera selama kurang lebih 1 bulan. Pas pulang dari ekspedisi disambut dalam upacara pembukaan OSPEK mahasiswa baru, wuih rasanya bangga.
Saat ini 20 tahun kemudian, kegiatan mapala meredup, bahkan bisa dikatakan hidup segan mati tak mau. Mahasiswa sekarang tidak terlalu suka menjelajah di alam terbuka, tetapi lebih asyik menjelajah dunia maya. Dulu selesai kuliah, kumpul di sekretariat mapala membahas rencana ekspedisi selanjutnya kemana, sekarang bubar kuliah berkutat dengan laptop atau smartphone masing-masing asyik dengan dunianya, ym-an, bbm-an, ato fb-an.
Dulu libur semester berekspedisi, sekarang libur semester ikut kuliah semester pendek. Dulu yang mendaftar dan ikut pendidikan dasar mapala rata-rata 20 orang, sekarang dapat 5 orang saja susahnya setengah mati. Apakah di satu titik nanti kegiatan ini akan mati? sangat disayangkan jika terjadi. Karena manfaatnya sangat besar bagi pembentukan mental (soft skill) yang nantinya berguna saat bekerja atau berusaha setelah jadi sarjana.
Itulah kondisi UKM mapala di kampus saya dulu. Apakah di kampus yang lain juga seperti ini?