Pesan masuk, murid kami mengirim pesan di grup WA kelas IX. Pesan yang isinya mengundang kami untuk datang ke rumahnya.
"Pak Dian, dan guru lainnya, datang yah ke rumah Wulan, ditunggu". Sebelumnya, undangan itu disampaikan lewat lisan, pesan masuk yang disampaikan kali ini hanya untuk mengingatkan. Pesan yang membuat kami sepakat untuk datang ke rumah Wulan.
Azan berkumandang, kami bangkit menuju masjid yang berjarak beberapa puluh meter saja dari rumah dinas. Jamaah lain mulai berdatangan saat kami mengambil wudhu. Usai mengambil wudhu, satu persatu, jamaah masuk menuju ruang utama masjid.
Setelah beberapa saat, muadzin bergegas ke arah micrphone dekat mimbar, lalu mengumandangkan iqomah. Suara merdu yang begitu menyejukan. Membuat kami, dan jamah lain segera bangkit dari duduk. Imam berdiri tegak dengan kedua kaki agak terbuka. Tak lama kedua tangannya diangkat untuk bertakbiratul ikhram.
Solat usai, jamaah langsung berzikir dengan bertasbih, bertahmid, dan bertakbir. Dilanjutkan dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh imam.
Kami meninggalkan mesjid usai doa dipanjatkan. Kami langsung menuju kediaman keluarga Wulan. Menyusuri jalan yang gelap. Melewati sawah di sisi kiri, dan kanan. Meski gelap, kami masih bisa melihat sekitar sawah yang dilewati. Nampak sawah baru saja di bajak, akan segera ditanami padi kembali. Di sisi sawah nampak bibit padi yang sudah siap ditanam.
Gerbang kampung sudah nampak, sebuah gapura yang dibuat saat menyambut HUT RI tahun lalu. Lebih setengah tahun gapura itu berdiri sebagai penanda batas kampung. Beberapa bagian sudah lapuk, cat merah dan putih yang menutupi, sudah nampak kusam. Sepertinya tak lama lagi akan dibongkar warga. Khawatir membahayakan warga jika tiba-tiba roboh.
Gapura dan beberpa rumah warga telah  dilewati, kami sampai. Ya, kami sudah berdiri di sisi jalan tepat di depan kediaman keluarga Wulan.
Halaman rumah Wulan di batasi jaring hitam. Jaring yang biasa dipasang di empang oleh peternak ikan. Kami berempat memasuki halaman. Dari dalam, Wulan dan kedua orantuanya menunggu kedatangan kami, ketika melihat kedatangan kami, pintu rumahnya langsung dibuka. Tuan rumah ke luar, saya langsung mengucapkan salam. Salam di jawab, kami langsung berjabat tangan, dan diminta masuk kedalam ruang tengah rumahnya.
Rumah yang sederhana, tapi terasa sangat nyaman. Tak ada kursi didalamnya, kami disilahkan duduk di atas lantai beralaskan karpet. Rumah dengan perpaduan dinding semen dan kayu. Dibagian bawah dindingterbuat dari tembok semen, sementara di bagian atas terbuat dari kayu. Dari tempat kami duduk terlihat dapur dengan tungku dan kayu bakar menumpuk di sisinya
Setelah duduk, teko dan sejumlah gelas dikeluarkan. Kami disuguhi air putih. Tak lama Wulan mengeluarkan kaleng Khong Guan lalu meletakannya di tengah-tengah kami, sesaat diletakan ibu menyampaikan bahwa isi kaleng itu bukan biskuit, tapi renginang. Kudapan tradisional orang Sunda yang renyah, dan gurih.
"Bade ngopi, kopi naon bapak?" Tanya ibunya Wulan.
Wulan diminta meracik kopi di belakang. Kami dan kedua oraangtua Wulan membuka Perbincangan. Dimulai dengan kalimat basa-basi. Ucapan terimakasih dan kalimat lain yang mengungkapkan rasa bahagia atas kedatangan kami karena memenuhi undangan keluarga Wulan.
Tak lama kopipun datang, di letakan di hadapan masing-masing dari kami. Saya memilih kopi hitam tanpa gula saat ditawari tuan rumah. Yang lain, memilih kopi putih sachetan.
Pak Irja orang tua Wulan membuka percakapan. Ucapan terimakasih beliau sampaikan kepada kami. Ia juga menyampaikan permohonan maaf, jika selama mengajari Wulan di sekolah, ada sikap anaknya yang kurang berkenan. Ada ucap yang menyakitkan, ada perbuatan yang menjengkelkan. Hening sesaat setelah pak Irja menyampaikan kalimat itu.
Memecah keheningan, saya mewakili teman-teman menyampaikan hal serupa. Permohonan maaf karena banyak khilaf dan alfa dalam mendidik Wulan. Ada ucap dan sikap yang kurang pas, selama mendidiknya di sekolah.
Tradisi orang tua mengundang guru datang kerumah masih ada disini. Menjamu guru adalah sebuah penghormatan dan ungkapan terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan guru terhadap putrinya. Tradisi yang baik bagi kami para guru yang tinggal di rumah dinas, yang jauh dari keluarga.
Menu makan malam dihidangkan, satu persatu menu dibawa lalu suguhkan di hadapan kami. Nasi hangat akeul, ikan mas bumbu kacang, pepes ikan, dan beberpa bungkus kerupuk. Menu sederhana tapi sangat menggugah selera makan di malam itu. Makan malampun dimulai.
Sejak kemarin Wulan sudah menjanjikan bahwa bakal ada menu pais bungkreng di rumahnya. Menu dengan bahan jenis ikan kecil yang bisa didapatkan di sawah. Ikan itu lalu di pepes dengan bumbu alami. Tanpa MSG atau bumbu buatan lainnya. Rasa gurih ikan plus aroma sereh, bawang, dan irisan cabai membuat perpaduan rasa yang memikat.
Sensasi dari rasa menu ini sangat khas. Gurih sekali, senikmat ikan bilih dari danau Singkarak di Sumatra Barat. Wulan dan keluarga menyuguhkan menu spesial, untuk gurunya yang spesial.