Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Terbang ke Malaysia

11 Februari 2023   11:37 Diperbarui: 11 Februari 2023   11:38 168 3
Melepas lelah sore itu, saya duduk santai di teras rumah. Membuka gawai untuk mengetahui berapa pasang mata yang telah membaca tulisan saya di Kompasiana.

Lumayan banyak yang membacanya. Senang rasanya, ketika tulisan yang dibuat dapat dinikmati banyak orang. Tak perlu bagus, yang penting konsisten menulis, maka orang akan suka. Bisa menulis di kompasiana adalah sebuah anugrah bagi saya. Di blog itu saya bisa berekspresi, menyampaiakan banyak hal, juga peristiwa.

Segelas air minum jernih dibawakan, si bungsu yang mengantarkannya ke teras. Saya meminta ibunya yang membawakan itu, tetapi si bungsu membajaknya. Mengambil gelas yang sudah berisi air minum dari tangan ibunya, kemudian membawakannya ke teras. Biasa, ia meminta persen dari jasanya itu.

Usai membuka Kompasiana, saya beralih membuka medsos lain. Pilihan pertama jatuh pada WA. Ada puluhan notifikasi pesan di sana, hingga saya memilih membuka aplikasi ini lebih dulu, dibanding yang lain.

Saya membaca pesan masuk, ada pesan pribadi, juga ada pesan grup. Pesan urusan dinas dan pekerjaan adalah yang terbanyak. Setelah membaca pesan-pesan itu, saya beralih pada status WA. Saya tak membuka semua, karena terlalu banyak. Hanya beberapa saja, salah satu yang dibuka status milik Roni.

Roni adalah siswa alumni dari SMP temapat saya mengajar. Ia lulus 5 tahun lalu. Usianya menginjak 20 tahun. Selepas SMP ia tak melanjutkan, ia memilih kerja di salah satu rumah makan padang di daerah Cibinong Kabupaten Bogor.

Beberpa bulan lalu ia memutuskan berhenti bekerja dari rumah makan itu. Mungkin lelah, ingin istirahat dari kesibukan yang sudah bertahun digeluti. Atau bisa jadi bosan dengan pekerjaannya. Tak masalah, karena Roni masih lajang, ia berhenti bekerja kapan saja, tak terlalu berdampak fatal bagi kehidupannya.

Ada poto Roni dalam statusnya, nampak ia sedang berada di Bandara Soekarno Hatta. Ia sedang menunggu pesawat yang akan mengantarkannya ke tanah rantau. Saya mengomentari potonya, menanyakan maksud kepergiannya.

"Mau ke Malaysia bapak, saya mau bekerja di sana" itu jawabnya.

Roni anak yang baik dan rajin. Ketika masih bersekolah Ia tak termasuk anak bandel di kelasnya. Begitu pula dengan kakak, dan adik-adiknya, semua baik di sekolah. Saya tau persis, karena 4 bersaudara itu bersekolah di tempat saya mengajar.

Kala ia bersekolah dulu, saya memberinya julukan sebagai Don Juan Cigaclung. Don Juan adalah tokoh fiksi penakluk hati perempuan asal negeri Italia. Saat Roni masih duduk di bangku SMP, banyak sekali teman sekolah yang siap menjadi kekasihnya. Kemampuan otodidak yang dimiliki dalam merayu, membuat perempuan mudah mengatakan "I love you to", saat Roni menyatakan perasaan cintanya.

Kepergiannya ke Malaysia mengikuti jejak banyak orang di kampungnya. Sebenarnya memilih bekerja di Malaysia bukan keinginannya. Alasan itu yang ia sampaikan langsung kepada saya.

Cerita orang yang bekerja di Malaysia tak semua manis. Banyak yang tak manis, bahkan tragis. Bekerja dengan majikan yang baik dengan upah besar banyak dirasakan. Sebaliknya, dipertemukan dengan majikan yang tak menyenangkan, atau karena tertangakp razia hingga harus masuk bui, juga banyak dialami para pekerja rantau itu.

Roni mulai menentukan jalan hidup. Merantau ke negeri orang untuk mengukir kisah mulai ia tapaki. Semoga kisah baik berpihak padanya. Pergi dengan harapan, saat pulang dapat mewujudkan.

Meski tak tahu drama apa yang akan diperankan di tanah rantau nanti, tetapi setidaknya di sana ada harapan. Ada harapan kelak kembali ke kampung halamannya, bisa membangun rumah untuk keluarga tercinta. Mewujudkan harapan yang sulit, ketika terus bertahan di kampung halaman.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun