".....", Rima hanya diam tanpa mengeluarkan kata-kata.
"Panas banget ini badanmu, Â mbak ambil kompres dulu ya"
Segera saja aku ambil baskom, air hangat dan lap. Kumasukkan lap ke dalam baskom berisi air hangat. Ku peras ku tempelkan pada jidat, kening dan ketiaknya.
============
Siang itu sekitar pukul 10.00 WIB, Ibu pamit untuk pergi menjenguk tetangga yang sakit, sementara aku di rumah sendiri. Aku yang baru saja lulus SMA ini masih di rumah saja, Â menunggu ijazah keluar.
Tiba-tiba saja Rima pulang. Tidak ada ucapan salam. Langsung masuk saja, Â dengan muka masam.
Rima adalah adikku berusia 8 tahun. Wajahnya yang lucu, kulit yang bersih dan rambutnya yang panjang. Â Membuatku semakin sayang padanya.
"Lho koq tumben nggak salam, ucap salam dong kalau masuk rumah. Lebih baik lagi salam nya kalau dikasih tambahan. Assalamualaikum mbak Sari ku yang cantik.." celetukku.
"Assalamualaikum.." salam Rima sambil mrengut.
"Waalaikumussalam...gitu dong. Â Tapi mukanya dikondisikan lah dik.." ucapku agak keras.
"Ganti baju sana dik, pulang-pulang koq langsung tiduran di lantai.. "perintahku pada Rima.
"Huwa huwaa huwaa...", Rima menangis sambil sesenggukan.
"Kamu lho kenapa.. Wong disuruh ganti baju koq nangis kenceng banget, Â mbak Sari malu didengar tetangga". Kataku agak kasar.
"Aku... aku... pusing.... " ucapnya lirih.
"Lho iya tho.. Panas banget ini dik. Yaa Allah kenapa nggak bilang dari tadi sih dik. Tahu gitu mbak nggak marah-marah dari tadi". Akupun mulai panik saat itu.
Â
==============
Setelah aku kompres, aku mengambil nasi beserta sayur dan lauknya.
"Makan dulu ya dik.." pintaku.
" He em" Rima langsung setuju.
" Tunggu Ibu pulang ya, Â nanti biar diperiksakan ke dokter. Sekarang makan dulu. Disuapin Mbak ya. Makan yang banyak biar cepat sehat lagi" kataku semangati Rima.
Tidak lama kemudian Ibu pulang.
"Buk.. Adik sakit. Â Ini sudah selesai makan". Â Laporku pada Ibu.
" Oh ya ta Mbak, nanti segera Ibu bawa ke dokter. Makasih ya sayang, sudah jagain adik.." ucap ibu.