Ibu saya adalah orang Solo asli. Saya pun dilahirkan di kota budaya itu. Namun sekarang, kami sekeluarga berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur. Sudah sekitar 9 tahun kami tinggal di Jawa Timur. Namun perpindahan tempat tinggal yang sudah cukup lama tersebut bukan berarti telah merubah lidah kami dalam hal merasai makanan. Lidah kami tetap lidah “kulonan” *, lidah Solo, yang selalu rindu akan kuliner-kuliner khas Solo.
Di antara kuliner Solo yang sering saya kangeni adalah "Garang Asem". Anda sudah pernah mendengarnya? Atau mungkin sudah pernah mencicipinya? Garang Asem adalah masakan tradisional yang berbahan dasar ayam. Pengolahannya dilakukan dengan cara dikukus dan menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Dan sesuai dengan namanya, masakan ini mempunyai cita rasa asam yang sangat kuat.
Karena saya orang Solo, tentu saja lidah saya sudah terbiasa dengan Garang Asem khas Solo. Garang Asem ini berkuah agak kental, karena selain diberi santan juga dicampur dengan telur. Sebenarnya bumbu-bumbu yang dipakai untuk memasak kuliner ini tak banyak, namun cita rasanya terasa istimewa dan mampu menggoyang lidah. Mau tahu rasanya? Rasanya gurih, asem, pedas, dan segarrrr.... Apalagi masakan ini dibungkus dengan daun pisang, aromanya menjadi bertambah harum dan sedaaaapp.... :)
Itulah keunikan dari kuliner ini. Rasa asamnya yang dominan, membuat masakan berbahan dasar ayam ini tidak terasa eneg meski berkuah santan. Sebaliknya, masakan ini terasa segar akan tetapi juga nglawuhi (bisa menghabiskan nasi banyak meskipun hanya dengan kuahnya).
Sayangnya, (setahu saya) kuliner ini sekarang jarang dijual di rumah makan. Hanya beberapa rumah makan di Solo yang saya temui menghidangkan sajian ini. Padahal Garang Asem juga termasuk kuliner khas Solo, lho. Mungkin karena pengolahannya yang sederhana dan sangat mudah sehingga banyak koki yang kurang tertarik untuk memasaknya. Memang memasak Garang Asem tak sesulit memasak kuliner khas Solo lainnya, seperti Nasi Liwet, Teamlo, atau Thengkleng, yang menurut saya cukup rumit untuk memasaknya. Tetapi, menurut saya lagi, rasa Garang Asem tak kalah lezatnya dengan kuliner-kuliner atau makanan tradisonal khas Solo yang lebih populer itu.
Saya sendiri sangat bangga bisa berkesempatan memperkenalkan masakan tradisional “Garang Asem” melalui event yang diselenggarakan oleh Indonesia Travel ini. Memang Indonesia mempunyai beragam makanan tradisional dari berbagai penjuru tanah air. Dan, it’s wonderfull Indonesia! Dan saya rasa, setiap warga negara bisa turut serta membantu tugas pemerintah dalam melestarikan budaya Indonesia, termasuk makanan tradisionalnya. Jadi, bukan tugas Kemenparekraf (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) dan instansi terkait saja, ya. Dengan peran serta masyarakat, saya yakin Indonesia dapat lebih mudah dikenal di penjuru dunia melalui berbagai makanan tradisional khas Indonesia.
Nah, bagi Anda yang belum pernah tahu kuliner yang satu ini mungkin sangat penasaran, seperti apa sih Garang Asem yang saya ceritakan itu :). Baiklah, bila Anda ingin mencoba membuatnya, berikut ini saya berikan resepnya. Kali ini saya berikan resep untuk porsi kecil saja, ya (untuk 6 porsi).
Bahan dan Bumbu:
- Ayam¼ kg
- Bawang putih5 siung
- Bawang merah7 siung
- Cabe9 buah
- Belimbing wuluh 5 buah
- Santan400 ml (dari ¼ butir kelapa)
- Telor1 butir
- Daun salam3 lembar (masing-masing diiris jadi 2)
- Lengkuas1 ruas (iris menjadi 6 bagian)
- Garam dan gula pasir secukupnya.
- Daun pisang dan lidi sebagai pembungkus.
Cara Membuat: