Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Menunggu ala Djadoel (Edisi #4)

17 April 2012   09:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 231 4
Menunggu tentu suatu hal yang tak menyenangkan. Tantangan saat menunggu adalah menyibukkan diri. Kalau waktu jaman telepon belum ada di genggaman, menunggu menjadi satu hal yang bisa bikin orang berubah wujud. Dari senyum berubah jadi cemberut. Dari mesem berubah jadi manyun. Paling parah dari kece berubah jadi memble. Hihihi..

Di masa itu gue untung nggak punya banyak momen menunggu. Karena gue tuh pacaran ala kadarnya, kalau pas pengen ketemu ya ketemu, kalau pas salah satu punya duit ya jalan atau nonton bioskop. Dan malam minggu bukan jadwal gue kencan, tapi itu jadwal nonton bola atau nemenin temen kos yang jomblo. Ini sama sekali bukan alasan tapi ya emang itulah gaya pacaran yang ala kadarnya.Gue selalu bersyukur dengan pacaran yang ala kadarnya ini, karena gue nggak ngalami yang namanya derita menunggu.

------

Dulu ada temen kos gue, tiap jam makan siang dan makan malam menunggu cowoknya jemput buat makan bareng. Dan gue cuma bisa menyaksikan derita itu dari kamar gue sambil konser tunggal nyanyiin lagu Bang Iwan Fals.

Tiap bunyi bel di kos, temen gue itu lari-lari buat lihat siapa yang datang, eh yang datang tak jua yang dinanti. Akhirnya temen gue kayak resepsionis, kerjanya manggilin temen gue yang kedatangan tamu. Gue bingung lihat dia mondar mandir kayak seterikaan ayam jago. Antara kasihan sama lucu, jadinya ketawa-ketawa nanggung gitu.

-----

Adalagi temen gue, pas malam minggu, gue ajak makan bareng-bareng ke warteg andalan anak kos, eh dia nggak mau katanya mau nunggu belahan jiwanya mau ngapel. Ya udah kita tinggal dia di kos sendirian nonton film Mega Bollywood (jaman Indosiar lagi demam Bollywood).

Jam 9 kita balik ke kos, dia masih konsentrasi nonton film Bollywood dengan mata berkaca-kaca. Gue pikir nih anak menghayati banget sampai nangis bombay segala, eh taunya nangis karena cowoknya nggak kunjung tiba. Terus gue tanya, "Nggak di telepon ke kosnya kenapa dia nggak datang?"

Temen gue nyawut sambil mewek, "Ih sorry ya.. Gengsi dong nelponin dia.. Kan dia yang janji, ya harusnya dia yang telepon, kenapa nggak jadi datang.."

"Jiaaaah kalau gengsi ngapain nangis.. Rugi amat..."

"Habisnya gue lapeeeeeerrrrr......"

"Eaaaaaa tinggal makan, ayo gue temenin.."

"Iiiiiih udah nggak nafsu..."

Gue gregetan hampir aja gue bilang, makan tuh gengsi. Nyiksa diri banget sih, pacaran kok tersiksa. Ketauan jomblo deh.

Ternyata menunggu dimasa belum punya telepon yang ada digenggaman itu sungguh mengakibatkan banyak jiwa-jiwa yang terluka. Buat gue menunggu yang paling menyakitkan itu menunggu kereta.

-----

Di masa kuliah gue paling sering nunggu kereta. Transportasi andalan dengan trayek Semarang - Jakarta PP. Jaman dulu tuh kereta sering telat. Jadi pasti gue bawa persiapan untuk ngisi waktu menunggu, yaitu bawa novel John Grisham yang tebelnya nggak ketulungan dan bawa TTS.

Pernah sekali waktu jadwal kereta berangkat jam 20.00 WIB, gue sampai stasiun Tawang jam 19.00 WIB. Sengaja selalu lebih cepat secara kereta itu curang, giliran dia tepat waktu dia nggak mau nunggu gue, tapi giliran dia yang terlambat, gue wajib nunggu (ya iya laaaaah....). TTS udah habis satu buku, sampai-sampai gue udah apal tuh pertanyaannya (Lebay...), eh kereta tak juga nongol.

Jam 22.00 WIB belum juga ada kabar baik dari kereta, gue udah ke toilet berapa kali, sampai nyaris kehabisan uang receh (padahal uangnya emang tinggal sereceh-recehnya.. Hihihi). Udah mati gaya gue nunggu kereta, akhirnya kereta datang juga dengan pongah jam 23.00 WIB. Mau marah nggak ngerti mau marah sama siapa, mau nonjok nggak ngerti mau nonjokin siapa, pilihannya hanya tidur di kereta sambil berharap mimpi dipeluk Jensen Ackles. Hahahaha.

Kalau sekarang menunggu bisa menyenangkan, asal ada telepon dalam genggaman semua bisa menjadi menyenangkan. Berterima kasih lah dengan Twitter dan sosmed lainnya yang telah jadi sahabat dalam menunggu. Tapi semua bisa berubah bete bila lupa bawa charger atau nggak ada pulsa atau mau ke hot spot nggak ada duit. Kalau kayak gitu, selamat membeli TTS lagi. Hahaha.

Selamat menunggu

_____

Powered by @KoplakYoBand

Edisi: Djadoel Yo Band



Edisi Djadoel sebelumnya:

Permainan Djadoel.. (Edisi #1)

Chatting Djadoel.. (Edisi #2)

[Stand Up Kompasiana] Superhero Djadoel (Edisi #3)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun