Sejak kedatanganku di Jepang, was-was dan cemas, gelisah namun sekaligus gembira rasanya campur-aduk dalam dadaku. Aku gembira karena mendapatkan kesempatan untuk menjalani masa belajar di luar negeri tanpa harus memikirkan biaya yang harus kukeluarkan (aku toh mendapat beasiswa yang insya Allah cukup untuk biaya hidup sehari-hari). Was-was karena ini adalah hal yang pertama di keluargaku, dan sebagai pionir, aku hanya bisa bertanya pada kawan atau sesama anggota
mailing list. Ini bukan hal yang biasa, karena sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara, aku biasa bertanya pada ketiga kakak perempuanku, dan mendapatkan berbagai info yang memudahkan langkahku menjalani berbagai hal.
KEMBALI KE ARTIKEL