Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Cerpen: Status yang Terlambat

23 Juni 2010   04:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:21 334 0
*********Sebuah inspirasi yg tercipta sesaat ketika larut dlm memory bulan merah jambu*********

"Bosan aq meminta kepastian darinya o'... Baginya status itu adalah kata pling keramat ddunia ini", papar Regina, sahabatq.

Siang itu bimbingan skripsi dengan Mr. Jabrig mengakhiri hariku di kampus. Gak seperti byasanya, hari ini aq gak langsung pulang ke rumah. Regina mengajakku mampir ke warung bakso Pak Jow, makan siang bareng dalam rangka mndengarkan curhatnya tentang Pram, pacar, eh teman, eh, entah apa status mreka saat ini.


Yep, Regina dan Pram, keduanya sahabat dekatku sejak pertama kali aku pindah ke kota pelajar yang terkenal dengan gudegnya ini. Saat itu kami masih sama2duduk di bangku kelas 2 SMA. Dan pada masa itu, aku baru menginjakkan kakiq dYogyakarta utk pertama kalinya,mengikuti ayahku yg pindah dinas dari kampung halaman kami di ujung paling barat pulau Jawa, Banten. Tidak butuh waktu yang lama bagi kami untuk bisa akrab dan menjadi teman dekat, bahkan hingga saat ini ketika kami sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir di universitas yang juga sama, namun pada jurusan yang berbeda. Kami masih sering jalan bareng baik di kampus maupun di luar kampus.

Begitulah kdua sahabatq ini begitu dekat satu sama lain, dan yang kulihat sie, ada getar2 cinta di antara mereka. Sayangny, Pram bukanlah tipe cowok yang bisadengan mudah mengungkapkan perasaannya pada kaum hawa. Entah krn gak brani, atau memang krn gak niat. Konon katanya dya takut banged ama yang namanya STATUS.Entah takut terikat atau apa, yang pasti Regina jadi bingung dibuatnya...

Aku jadi teringat ketika Pram mencurahkan isi hatinya padaku lewat telpon pada suatu malam. Ntah angin dari mna, utk pertama kalinya dya mengakui perasaanya yang sedang jatuh cinta pada seorang gadis. Wooopss.... tenang, gadis itu bukan aku, tapi Regina.

"O'... Aku takut... Ntah ketakutan macam apa, aku juga gaktau O'... Cuma aku pikir, aku masi punya cita2 yang harus kukejar. Aq takut gakbisa menjadi pacar yang baik wat cewekku nantinya. Apalah gunanya status kalo gak bisa memberi kenyamanan dan semua yang terbaik. Punya pacar kayak gak punya pacar",cerita Pram panjang lebar.

Ketakutan yg gak bsa kumengerti, krn dya sndiri juga gak bisa mnjelasknya. Mski tanpa status, tapi bisa memahami satu sama lain, baginya jauh lebih baik. Tapi tidak bagi Regina... Buatnya status itu penting, krn itu mnunjukkan keseriusan Pram padanya. Apa jadinya hubungan tanpa status jika diteruskan? Gak ada ikatan, gak ada batas yang jelas, dibilang teman, kedekatan mereka lebih dari itu. Dibilang pacar, gak, mereka gak pernah membuat komitmen itu.

"oLiiiiiiiiiiivvv.... kamu dengerin aku ngomong gak sie????", teriak Regina membuyarkan lamunanq.

"Eh, maap Na'... Aku denger ko, denger...."

"Aku benci O'... Aku sebel bgd waktu aku bilang kPram aku butuh status krn tanpa status setyap saat aku bisa kehilangan dya. Dan kamu tau Pram jawab apa?"

"Apa...?", tanyaku dengan polosnya. Ya karena emang aku gak tau jawabnya.

"Aku juga bisa kehilangan kamu setyap saat, kita impas. Masak dya bilang gtu Oooooo'......", ungkap Regina dengan nada meninggi dan nafas yang ngos2an.Rasanya Regina sedang mencoba menahan emosi yang hendak meluap saat ia mengingat kata2 pangeran impiannya itu. Dan tnpa disadarinya, air mata meleleh perlahan membuat mata indah Regina berkaca2 memilukan. Kasian sahabatku yang satu ini.

Begitulh siang itu berakhir tanpa ada satupun solusi yang bisa kuberikan pada Regina.

************

Entah apalagi yg bisa aku lakukan untuk kedua sahabatku ini. Tapi entahlah.... Rasanya sudah tak ada lagi yang bisa dilakukan. Saat ini aku hanya bisa membiarkan Regina menangis di dekapanku tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulut kami yang terkunci rapat malam itu. Boneka Teddy Bear dan sekotak cokelat tergeletak di samping kami, dan sebuah kartu ucapan berbentuk hati berwarna merah jambu tertahan di genggaman Regina dan sudah basah dengan air mata.
Yah, hari ini, 14 Februari, hari kasih sayang. Dan sore tadi, Pram mengajak Regina jalan bareng, bersama aku juga. Pram memaksaku ikut, krna dya ingin aku menjadi saksi kejadian terbesar dalam hidupnya. Akhirnya kami pergi bertiga, k sebuah restoran Jepang gak jauh dari kampus. Suasana etnis ala negeri matahari terbit itu membuat aku dan Regina terpaku. Terlebih hari ini adalah hari Valentine. Nuansa merah jambu menambah manisnya suasana sore itu.
Kami langsung menuju meja yang ternyata sudah dipesan oleh Pram sebelumnya. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku dan Regina memuji tempat pilihan Pram yg sangat menarik untuk merayakan Valentine kali ini.

"Tumben Pram, pinter km pilih tempat", pujiq yg disambut senyum kecil Regina.

"Hihi... Iya tumben... Tumben kamu pintar....", sambung Regina yang mmbuat Pram cengar cengir gak jelas.

"Ini baru kejutan pertama.....", ujar Pram dengan gayanya yang... Byasalah, sok cooL....

Aku dan Regina hanya bisa menyimpan rasa penasaran kami dalam hati, menanti kejutan apa yang akan ditunjukkan oleh Pram selanjutnya.

Then... Sekotak coklat berbentuk hati disodorkan Pram ke hadapanku,lengkap dengan kartu ucapan merah jambu berhias pita emas membuat kado itu terlihat semakin manis.

"Ini buat kamu, O'.... Sahabatku yang paling baik... Makasi atas semua yg uda kamu kasi ke aku selama ini. Aku bersyukur punya sahabat seperti kamu O'.."

Next.... Sekotak coklat lainnya ditemani boneka Teddy Bear dengan kartu ucapan yang sama dengan yg Pram beri padaku terikat rapi dengan pita yang juga berwarna emas.

"Regina... ini buat kamu", ucap Pram terbata2 sambil menyodorkan hadiah2 itu ke hadapan Regina.

Regina hanya terdiam tanpa kata. Dan semua belum berakhir.... Pram merogoh saku celananya lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Kotak manis berbentuk hati sudah digenggamnya. Dengan tangan bergetar, Pram berlutut di hadapan Regina. dibukanya kotak kecil itu, yang ternyata berisi sebuah cincin emas putih berhiaskan permata berbentuk hati.

"Sebenarnya aku sayang kamu Na'... Tapi selama ini aku tenggelam dalam ketakutanku sendiri, ketakutan yang gak beralasan. Aku takut gak bisa menjadi yang terbaik untukmu. Bagiku status bukan yang utama, karena yang terpenting adalah hatiku, sebenarnya cuma untuk kamu..."
inikah moment besar yang dimaksud Pram? Yang dya ingin aku menjadi saksi??? Seorang Pram menyatakn cinta dengan sangat berani dan romantisnya.Regina hanya terdiam tanpa sepatah katapun. Dya tampak shock... Tanpa terasa air mata sudah mengalir membasahi pipinya yang bersemu merah sejak tadi.

"Maap, mungkin aku kurang romantis.. Yah, kamu tau sendiri gmna aku, bukan pujangga yg pandai mrangkai kata.Uuuuummm.... Na', boleh aku pasang cincin ini di jarimu...?", tanya Pram pada Regina, sebuah tanya yang gak mendapat jawaban.

Melihat Regina yang hanya terdiam tanpa kata, hanya berlinang air mata yang tak dapat dimngerti oleh Pram apa artinya, Pram pun tidak tahu harus berbuat apa. Dan aku???? Apalah aku.... Gk ada yang bisa kuperbuat utk merubah suasana itu.

Lalu tanpa basa-basi, Regina menyodorkan tangan kirinya kepada Pram. Mungkin kiamat datang saat itu kepada mereka berdua. Pram yang tiba2 kehilangan kata2, tak mampu menyembunyikan kehancuranya. Akupun gak bisa membayangkan betapa sakitnya hati kedua sahabatku itu saat ini.

Apalagi??? Tidak ada tempat lagi untuk cincin Pram di jari manis Regina, karena sebuah cincin emas bertahtakan permata yang sangat indah telah melingkar di jari lentik sahabatku itu.
"Aku uda dimiliki orang laen Pram.... Baru.... Minggu lalu, aku dilamar anak teman ayahku.... Dan kamu tau orangnya.... Jonathan.... Teman SMA kitayang melanjutkan kuliah di Australi, dya kembali bulan lalu, dan semua sudah terlambat skarang Pram.... Terlambat....."

Bisa kurasakan kepdihan di hati kedua sahabatku itu.... Akupun hancur melihat kisah mereka.... Namun tak ada yang dapat kulakukan saat ini,selain membiarkan Regina menangis di pelukanku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun