[caption id="attachment_313941" align="alignleft" width="304" caption="Televisi, Antara Fungsi Sosial dan "Agama Baru"*"][/caption] Bencana banjir Bandang di Wilayah Timur Indonesia -- Papua, gempa dan tsunami di Mentawai -- Sumatera, letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, dan Banjir yang melanda Ibukota Indonesia -- Jakarta. Semua itu ternyata telah menimbulkan berbagai
euphoria pandangan, opini, paradigma, dan sebuah pencitraan wacana yang berbeda tiap personal, baik yang ber-sitasi-kan makna positif, maupun negatif. Bahkan, invensi yang dibiaskan telah berelevansi pada kausalitas di luar ranah logika dan sains, yakni berkaitan dengan unsur keyakinan maupun kekuatan ghaib. Belum lagi, baru-baru ini dikaitkan dengan adanya penemuan bukti peninggalan kerajaan Sriwijaya pada masa Pra-Sejarah silam, telah memberikan pandangan dan input kepada masyarakat bahwa semua itu berkaitan dengan sesuatu yang ber-aromakan mistis dan klenik. Akibatnya, masyarakat awam menelan sumber informasi itu mentah-mentah, tanpa filtrasi dan mengolah informasi itu menjadi valid, sehingga dapat menyesatkan masyarakat awam. Tidak sedikit orang yang malah percaya saja terhadap informasi yang belum tentu mengandung kebenaran dan malah ikut andil dalam menyebarkan informasi "salah" tersebut kepada banyak orang. Memang, tidak dapat dipungkuri, sarana media informasi dan komunikasi sangat penting sebagai jembatan penghubung dan pintu dimensi yang memberikan berbagai pengetahuan dan informasi kepada semua orang. Kita bisa mengetahui berbagai peristiwa, momentum, dan kejadian yang terjadi di dunia ini, karena sarana dan media penyebaran informasi tersebut. Katakanlah televisi sebagai alat sarana dan media penyebaran informasi tersebut. Televisi, saat ini, bukan lagi menjadi barang mewah bagi masyarakat, karena rata-rata setiap keluarga memilikinya. Karenanya, televisi telah menjadi bagian penting dalam penyebaran dan transfer berbagai informasi sampai ke pelosok desa dan pinggiran kota.
Lalu, pertanyaannya adalah apakah semua informasi yang disampaikan dari televisi itu semuanya benar? Tahukah kita bahwa ternyata informasi dari televisi tersebut telah memberikan pengaruh dan dampak yang besar terhadap pandangan, pemikiran, dan keyakinan masyarakat yang menelan informasi itu bulat-bulat -- yakni masyarakat awam? Kita ambil contoh, informasi berita yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan saat ini, yakni terkait dengan kejadian bencana alam di Indonesia -- letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan tsunami di Mentawai. Tidak sedikit beberapa stasiun televisi di Indonesia memberitakannya terlalu berlebihan dan di-dramatisir. Bahkan, ada salah satu stasiun televisi yang membuat program khusus untuk mengupas masalah tersebut -- yang menurut Penulis, terlalu berlebihan,
lebay, dan hiperbola sekali, seperti mendefinisikan bahwa semua bencana tersebut berkaitan dengan unsur "mistis", ramalan, atau karena Adzab Tuhan. Perlu saya akui, bahwa memang ada "Kekuatan" besar yang mengatur semua itu, dan sebagai orang yang beragama, saya sangat meyakini hal tersebut. Cukuplah kita meyakini bahwa semua itu adalah kehendak dan kuasa-Nya, yakinlah bahwa ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari semua yang terjadi, dan janganlah kita malah mengait-ngaitkannya dengan ramalan, mistis, bahkan mengatakan itu adalah adzab Tuhan. Sungguh, saya merasa jengah dan kecewa dengan informasi yang berlebihan tersebut. Saya sering bertanya pada diri sendiri dan orang lain, bagaimana seandainya ada orang yang sebenarnya tidak mengerti pokok permasalahan dari informasi yang disampaikan tersebut. Bukankah akan memberikan pengaruh dan dampak "negatif" yang besar kepada orang "awam" yang tidak mengerti tersebut, bahkan bisa merusak sendi-sendi keyakinan dan kepercayaan banyak orang. Saya tidak khawatir, jika informasi yang "belebihan" tersebut diterima dan disampaikan kepada orang yang katakanlah memiliki pengetahuan dan ilmu yang "lebih" dibandingkan dengan masyarakat "awam", karena setidaknya mereka mengetahui permasalahan yang terjadi dan bisa mengolah informasi tersebut menjadi "benar". Lalu, yang saya khawatirkan adalah jika informasi "berlebihan" dan "menyesatkan" tersebut sampai kepada masyarakat "awam" yang tidak mengerti permasalahannya. Tentu saja, hal ini dapat menciptakan "kesalahpahaman" pandangan dan paradigma yang diterima oleh mereka, bahkan bisa mempengaruhi dan merusak pokok-pokok penting keyakinan atau kepercayaan mereka.
Oleh karena itu, saya berharap agar setiap stasiun televisi melalui program-programnya dapat bersikap "bijaksana" dan "jujur" dalam menyampaikan berita dan informasi kepada masyarakat luas, tanpa "hiperbola" dan "dramatisir" yang berlebihan. Semoga! [*CV] ---------------------------------------------
Note : Sumber gambar ada di
sini. Salam Mencari
Kebenaran, bukan
Pembenaran! [CV]
KEMBALI KE ARTIKEL