Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Tarif Listrik, Investor, dan Masyarakat Kota Batam

8 Juli 2014   16:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:01 11 0
Setelah tarik ulur dengan pemegang otoritas Kota Batam, mulai Juli 2014 Bright PLN Batam resmi memberlakukan Penyesuaian Tarif Listrik Berkala (PTLB) sesuai dengan SK Walikota Batam. Hampir semua golongan mengalami penyesuaian, kecuali untuk golongan Sosial Kecil dan Rumah Tangga Kecil.
Kenaikan PTLB tersebut pelan tapi pasti akan mempengaruhi harga-harga kebutuhan pokok di Kota Batam. Seperti kita tahu, energi listrik digunakan di hampir semua lini kehidupan masyarakat. Memproduksi es batu glondongan yang digunakan untuk mengawetkan ikan/seafood menggunakan listrik, mencetak surat kabar menggunakan listrik, toko dan pabrik penyuplai bahan pokok juga pasti menggunakan energi listrik, meski sebagian mungkin hanya menggunakan energi tersebut untuk penerangan.
Air bersih yang kita gunakan untuk mandi, mencuci dan memasak juga menggunakan energi listrik pada saat pengolahan dan pendistribusian ke pelanggan. PT. Adhya Tirta Batam (ATB) selaku operator penyedia air bersih di Kota Batam membutuhkan 13.618 kVA/bulan (Batam Pos, Mei 2014).
Bright PLN Batam mengatakan bahwa kenaikan PTLB tersebut dikarenakan nilai tukar dollar terhadap rupiah yang naik cukup tinggi dari nilai acuan. Nilai acuan dasar Rp9.100/USD, padahal nilai tukar rupiah ke USD saat ini sekitar Rp12.000. Malangnya, Bright PLN berbelanja energi primer dengan menggunakan USD.
Sebagai perusahaan yang tidak disubsidi sebenarnya wajar bila PLN Batam harus mengupayakan agar perusahaan yang mereka nahkodai tetap untung, atau setidaknya tidak merugi. Mereka harus mandiri dari segi finansial, bila nanti pendapatan tidak menutupi biaya pengeluaran, siapa yang paling dirugikan? Tentu saja Masyarakat Kota Batam.
Bila PLN Batam terus merugi mungkin akan ada pemadaman listrik bergilir jilid kesekian karena mereka harus menghemat belanja batu bara dan gas. Padahal Batam merupakan kota industri yang sangat bergantung pada pasokan energi listrik agar proses industri dapat terus berjalan.
Belum lagi pasokan air bersih juga sangat bergantung pada ketersediaaan energi listrik. Bila listrik byar pet dalam waktu yang cukup lama di instalasi pengolahan air, suplai air juga biasanya ikut-ikutan tersendat. Bila air dan listrik tidak dapat diandalkan, bagaimana menjaga investor agar tetap betah berinvestasi di Kota Batam?
Bila listrik dan air terganggu, bagaimana juga dengan nasib masyarakat Kota Batam. Padahal air dan listrik merupakan kebutuhan utama. Apalagi Batam merupakan kota kepualauan yang jaraknya cukup jauh dari kota lain, masa harus ke Tanjung Pinang hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik dan air?
Selain itu, Walikota Batam sudah meneken kenaikan PTLB. Itu berarti sudah ada kajian positif dan negatif dari penyesuaian PTLB tersebut. Bila sudah setuju dinaikan, berarti orang nomor satu di Kota Batam tersebut sudah menganalisa bahwa akan lebih banyak manfaat bila PTLB disesuaikan.
Hanya saja ke depan mudah-mudahan ada solusi lain selain menaikan PTLB. Selain memberatkan masyarakat, bila tarif listrik terus merangkak naik, bukan tidak mungkin lambat laun kota yang hanya sepelemparan batu dari Singapura ini tidak lagi menjadi favorit untuk tempat berinvestasi investor asing.
Kenaikan tarif listrik akan memicu naiknya biaya operasional setiap perusahaan. Belum lagi kenaikan tarif juga akan memicu naiknya harga kebutuhan pokok, seperti yang sudah disinggung diatas. Bila harga pokok naik, otomatis inflasi juga akan naik, bila inflasi naik, UMK juga akan naik.
Mungkin sekarang sudah saatnya masyarakat Kota Batam lebih berhemat energi listrik, Bright PLN Batam juga semakin melakukan efisiensi agar tarif listrik tidak terus merangkak naik. Bila tidak sekarang, kapan lagi? (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun