Bahaya media sosial bagi jiwa manusia yang dikatakan para ahli dan para kreatornya sendiri, mereka juga korban dari hasil yang diciptakannya. Artificial intelligence sudah mengendalikan dunia saat ini. Algoritma yang selalu mencari perangkap yang sangat kuat. Kita frustrasi karena seolah-olah tersesat dibikinnya.
Facebook, Snapchat, Twitter, Instagram, YouTube. Alat ini telah menciptakan hal-hal indah di dunia, mempertemukan keluarga hilang, menemukan donor organ, dan banyak hal menakjubkan.
Bukan sekadar alat, media sosial adalah bisnis yang mencari perhatian manusia. Ia menuntut, merayu, memanipulasi, dan menginginkan. Terus menggali lebih dalam ke batang otak. Mengeksploitasi kelemahan dalam psikologi manusia. Semua yang dilakukan orang di media sosial diawasi, dilacak, diukur, dan direkam dengan hati-hati.
Kita pengguna yang naif, cara alat-alat tersebut digunakan tak sesuai dengan harapan kita. Contoh paling menyedihkan adalah menyesuaikan hidup kita mengikuti pandangan kesempurnaan. Itu sangat buruk. Kesehatan mental dan penggunaan media sosial membuat candu dan mengubah cara pikir, cara sikap, progresnya perlahan tanpa disadari.
Kita telah berubah dari era informasi menjadi era disinformasi. "Rasanya dunia sudah gila" kata Tristan Haris, mantan design etick Google. "Ada momen lebih awal saat teknologi mengalahkan kelemahan manusia, berakar pada kecanduan, polarisasi, radikalisasi, memicu kemarahan, keangkuhan, semuanya. Ini mengalahkan kemanusiaan" lanjut Tristan.
Ya kita pengguna media sosial adalah objek dan produk yang terus dimanipulasi dan dieksploitasi. Perlu upaya fokus supaya tidak semakin terjerembab.