Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Artikel Utama

Era Baru Sepak Bola Brasil

12 Juli 2014   04:00 Diperbarui: 7 September 2016   12:23 718 0

"Jangan pernah lagi ada Piala Dunia di Brasil", begitu kata banyak penduduk Brasil.

Dua kali menjadi tuan rumah, dua kali pula seluruh orang Brasil merasakan kehancuran dan menanggung aib dalam waktu yang sangat panjang. Tragedi Maracanazo yang terus menghantui selama 64 tahun mungkin bisa ditutup dan mulai dilupakan, namun ironisnya tragedi itu digantikan dengan bencana sepak bola paling kelam bagi negara pemegang lima Piala Dunia. Orang akan menyebutnya Mineirazo.Mineirazo akan terus melukai seluruh Brasil dalam rentang waktu yang sangat panjang.

Di Stadion Mineiro, markas klub Cruzeiro, di kota Belo Horizonte, Selasa (8/7), kesebelasan Brasil yang bermimpi meraih hexacampeo atau Piala keenam, hancur remuk digilas pesepakbola dari negara Jerman. Skornya mencengangkan: 1-7. Lima orang Jerman, Thomas Muller, Miroslave Klose, Toni Kroos, Shami Khedira, dan Andre Schuerrle, secara bergantian membuat gol demi gol yang menimbulkan kepedihan seantero Brasil. Ini kekalahan terbesar Brasil sejak dikalahkan Uruguay 0-6 pada tahun 1920.

Memang akan sangat naif dan menjadi lelucon jika kekalahan Brasil karena faktor ketidakhadiran dua pemain utama mereka, bek sekaligus kapten lapangan, Thiago Silva, dan striker andalan, Neymar Jr. Namun sehebat-hebatnya tim sekelas Brasil, minus dua pemain utama bersamaan menjadi neraka ketika menghadapi musuh sekelas Jerman. Pelatih Felipe Scolarie seperti tidak punya alternatif menghadapi situasi darurat.

Sejak sukses membawa Pentacampeao bagi Brasil tahun 2002, Scolarie dianggap dapat menggabungkan permainan ala samba dengan pendekatan pragmatis. Brasil yang semula dikenal sebagai tim menyerang dengan indah, ditangan Scolarie menjadi tim yang mengandalkan serangan balik dan efektif. Namun semuanya tak berarti apa-apa dihadapan pasuakan-pasukan muda Jerman yang tampil solid dan perkasa dalam kesatuan tim.

Pandit sepak bola Brasil baru bisa berkomentar mengecam mengapa pemain sekaliber Kaka, Robinho, bahkan Ronaldinho, yang punya kreativitas dan pengalaman kepemimpinan di pertandingan penting bisa dilupakan Scolarie. Big Phil, sapaan akrab Scolarie, dinilai terlalu percaya diri dan terjebak loyalitas buta dengan materi saat ini, ketika tahun lalu menjuarai Piala Konfederasi.

Padahal beberapa diantara mereka mengalami penurunan penampilan di klub masing-masing. Yang disorot tajam mengapa tak ada tempat bagi mereka yang menonjol di musim terakhir menjelang Piala Dunia, seperti Phelippe Coutinho di Liverpool, atau Felippe Luis, yang bersinar bersama Atletico Madrid. Toh nasi sudah jadi bubur. Hujan kritik tersebut tak akan membantu apa-apa terhadap derita di Belo Horizonte, Selasa sore.

****

Brasil harus segera bangkit, karena Brasil tetaplah negara dengan talenta sepak bola terbaik di jagat ini. Namun sepak bola modern dewasa ini tidak cukup mengandalkan talenta, keterampilan teknik, tetapi juga menuntut keandalan manajemen organisasi solid. Ini belum menjadi orientasi Brasil, yang selalu berasumsi bahwa sepak bola adalah seni dan budaya, dimana setiap pertandingan lebih menekankan kepada aspek intuisi, imajinasi, dam kreativitas pemain-pemainya. Ibarat seniman, yang selalu melabrak batas-batas yang bersifat manajerial.

Bahwa Brasil gudangnya seniman sepak bola, kita tak perlu meragukan, hanya saja para seniman sepak bola itu acap kali melupakan hakikat bahwa sepak bola adalah satu kesatuan utuh yang harus saling berbagi, demi satu tujuan bersama, bukan tujuan pribadi. Karena itulah perlu perencanaan yang sistematis dan matang. Mereka tidak perlu malu meniru negara-negara Eropa dalam hal demikian. Jerman, misalnya. Jerman setiap menghadapi turnamen sangat jelas persiapan dan orientasinya. Semuanya disusun detail, mulai urusan sepatu, akomodasi, bahkan pemilhan wasit.  Mereka memadukan pesepak bola terbaik-nya dengan manajemen organisasi yang solid. Singkatnya seperti yang disarankan Jose Mourinho, bahwa Brasil harus merombak filosofi bermain agar tidak terlindas industri sepak bola, serta terus percaya kepada talenta-talenta yang mereka miliki.

Sejarah mungkin saja berulang. Bencana Mineirazo yang memilukan ini bisa menjadi satu tonggak membuka sejarah baru seperti sejarah 64 tahun lalu. Setelah Maracanazo, menjadi awal mula kelahiran sepak bola sebagai budaya, bahkan semacam agama di Brasil. Merupakan cambuk untuk membuktikan bahwa mereka sebenarnya adalah kekuatan sepak bola dunia. Brasil kemudian menjadi negara sepak bola paling hebat yang bisa menjuarai Piala Dunia sebanyak 5 kali. Maracanazo, memang amat pilu, namun saat bersamaan menciptakan keteguhan mental.

Mineirazo, mestinya bisa menginspirasi tim Brasil seperti 64 tahun lalu, bahkan melebihinya. Kita akan melihat sejarah baru yang ditorehkan Brasil.

Salam sepak bola. Salam Pildun.

Ilustrasi : FIFA.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun