Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Sedekah Laut

4 November 2024   03:10 Diperbarui: 4 November 2024   03:14 15 0
Sedekah Laut sebagai Manifestasi Kesyukuran: Perspektif Etika Islam atas Tradisi di Bandengan, Kendal
Oleh ; Moehammad Istbat Robbaney

Sedekah laut merupakan tradisi yang lekat dengan masyarakat pesisir di Indonesia, termasuk di desa Bandengan, Kabupaten Kendal. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas hasil laut yang melimpah serta permohonan keselamatan bagi nelayan dalam menjalankan aktivitasnya di laut. Meski demikian, praktik sedekah laut sering kali mendapat beragam penilaian dari masyarakat, terutama yang berkaitan dengan sudut pandang keagamaan, khususnya dalam perspektif Islam. sedekah laut dianggap sebagai bagian dari tradisi yang mengandung unsur kesyirikan, karena melibatkan sesajen yang dipersembahkan kepada laut. Namun, ada pula pandangan yang melihat tradisi ini dari sisi etika Islam, yang mengedepankan niat dan tujuan di balik pelaksanaan tradisi tersebut. Artikel ini akan membahas sedekah laut di Bandengan, Kendal, dari perspektif etika Islam, dengan menekankan konsep kesyukuran dan pengelolaan sumber daya alam.

Sedekah Laut Tradisi dan Makna Sosial di Masyarakat Pesisir

Sedekah laut di Bandengan biasanya dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada bulan Sura atau Muharram, dalam penanggalan Jawa dan Islam. Upacara ini diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari nelayan hingga aparat desa, yang bersama-sama mengarak sesajen menuju laut. Sesajen yang dibawa meliputi nasi tumpeng, buah-buahan, hasil laut, dan aneka makanan lain yang dianggap sebagai simbol hasil bumi dan lautan. Prosesi ini dimulai dengan doa bersama, yang dipimpin oleh tokoh adat atau agama setempat. Setelah itu, sesajen dihanyutkan ke laut sebagai simbol persembahan kepada laut yang diyakini telah memberikan rezeki melimpah. Masyarakat meyakini bahwa ritual ini juga merupakan bentuk permohonan keselamatan dan perlindungan dari marabahaya selama mencari nafkah di laut. meskipun terlihat tradisional dan erat dengan budaya setempat, sedekah laut juga menjadi ajang kebersamaan dan persatuan bagi warga desa. Selain sebagai wujud syukur, tradisi ini berfungsi untuk memperkuat solidaritas sosial, mempererat hubungan antar warga, serta melestarikan nilai-nilai kebersamaan yang diwariskan turun-temurun.

Etika Islam dalam Tradisi Sedekah Laut

Dalam Islam, etika adalah aturan moral yang harus menjadi landasan dalam setiap tindakan manusia. Salah satu aspek penting dalam etika Islam adalah kesyukuran kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan, termasuk nikmat alam dan rezeki yang diperoleh dari laut. Prinsip ini tertuang dalam berbagai ayat Al-Qur'an, seperti dalam surah Ibrahim ayat 7 yang menyebutkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." tradisi sedekah laut dapat dipahami sebagai wujud kesyukuran kepada Allah atas hasil laut yang melimpah. Meski demikian, yang perlu menjadi catatan adalah niat dan tujuan dari pelaksanaan ritual tersebut. Jika sedekah laut dijalankan dengan niat untuk bersyukur kepada Allah SWT dan menghargai alam ciptaan-Nya, maka hal ini sesuai dengan prinsip etika Islam. Namun, apabila niatnya terdistorsi oleh keyakinan terhadap kekuatan gaib selain Allah atau kepercayaan animisme, maka hal itu dapat masuk dalam kategori perbuatan syirik yang dilarang dalam Islam.

Melihat Tradisi Sedekah Laut dari Perspektif Kearifan Lokal

Dalam perspektif etika Islam, tidak ada larangan untuk memelihara tradisi selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tradisi sedekah laut bisa dianggap sebagai bagian dari kearifan lokal yang sejalan dengan semangat Islam dalam memelihara lingkungan dan menghargai rezeki dari Allah SWT. Al-Qur'an secara eksplisit mengajarkan umat manusia untuk menjaga alam dan tidak membuat kerusakan di bumi, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-A'raf ayat 31: "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya." sedekah laut dapat dilihat sebagai bentuk kepedulian masyarakat pesisir terhadap lingkungan laut yang menjadi sumber penghidupan mereka. Tradisi ini, jika dimaknai secara benar, bukan sekadar ritual, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut. Melalui sedekah laut, masyarakat diingatkan untuk tidak serakah dalam memanfaatkan sumber daya laut dan terus menjaga kelestarian alam.

Kesimpulan: Harmoni antara Tradisi dan Nilai Keislaman

Sedekah laut di Bandengan, Kendal, adalah salah satu contoh bagaimana tradisi lokal dapat bersinergi dengan nilai-nilai Islam, selama niat dan praktiknya tidak bertentangan dengan ajaran tauhid. Etika Islam mengajarkan umatnya untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah, termasuk nikmat alam dan hasil laut, serta menjaga alam agar tetap lestari. Jadi tradisi sedekah laut dapat dijadikan sebagai manifestasi kesyukuran kepada Allah SWT, selama dipahami dan dilaksanakan dengan niat yang benar. Dalam konteks yang lebih luas, tradisi ini juga bisa menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas sosial dan kepedulian terhadap lingkungan, yang merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Dengan demikian, sedekah laut bukan hanya sebatas ritual adat, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas spiritual dan moral masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun