Ruhut memang favorit buat media, buat nara sumber, buat meramaikan acara talk show, karena sikapnya yang terbuka, supel, dan omongan blak-blakannya. Jika sikap yang begini di saat Ruhut masih di Partai Sebelumnya, tak menjadi masalah, tapi untuk Partai Demokrat, yang sangat, sangat, amat sangat menjaga citra, santun, dan menjaga sikap dan perkataan, Ruhut tak cocok.
Percayalah, semakin Ruhut nongol, omong terus kesana kemari di media, apalagi media televisi, makin nyungsep Partai Demokrat. Masyarakat Indonesia, pada umumnya, memang nggak suka orang yang banyak omong. Orang kemana-mana kebanyakan bicara. Orang yang selalu unjuk suara melulu. Apalagi sudah tahu Partainya sedang bermasalah, masih banyak omong membela, tak mau kalah pula, tak mau merasa bersalah juga, makin tidak mendapatkan simpati.
Amin Rais, terlalu banyak omong. Nggak jelas pula sikap yang diomongin. Asal mengkritik. Asal menyerang kebijakan. Dan akibatnya sudah bisa kita lihat sendiri. Media, media, ya, media juga bisa jadi kaca,kaca yang membuat masyarakat menilai. Menilainya itu bukan dari kepala, isi kepala, tapi dari mulut, dari citra ragawi. Contoh lagi, JK atau Jusuf Kalla jadi korban ini.
Selalu dicitrakan tukang ngeyel, nggak mau kalah, mengolok-olok 'SBY' walaupun hanya di sebuah acara Sitkom yang dibikin sebuah televisi swasta, itu sudah cukup untuk mencuci otak masyarakat yang memang buas saat menonton televisi.
Makanya, hati-hati saja. Masyarakat Indonesia itu Pintar-Pintar Bodoh, lho. Dikira Bodoh tapi pintar. Dan selalu hobi menghukum. Ya, dengan apa yang dilihatnya di televisi. Megawati sudah merasakan kebodohan dan harusnya jangan mengulangi kebodohannya dengan sikap diamnya.
Nah, sekarang, yang saya pantau dari masyarakat, mereka mulai enek melihat Ruhut yang selalu tampil, selalu banyak omong, omong yang menurut masyarakat sudah salah pula, karena masyarakat tahu, Partai Demokrat sedang mengecewakan mereka....