Saya memiliki seorang teman kuliah yang berkecimpung di bidang sains data. Namanya Ilham, seorang mahasiswa dari Kediri. Untuk menunjang perkuliahannya, laptop dengan spesifikasi yang mumpuni sudah pasti jadi idaman.
Sebenarnya, dulu dia sudah memiliki laptop. Hanya saja, spesifikasi yang diberikan kurang mumpuni untuk pemrograman. Sebuah laptop ASUS lawas akan terasa menjadi sebuah penghambat dalam perkuliahan.
Kondisi ini membuat dia merasa harus meminang sebuah laptop baru demi mempermudah pekerjaan dan tugasnya. Pastinya, saran untuk merakit PC bukanlah saran yang masuk akal. Hal ini karena kehidupan mahasiswa tidak bisa ditinggal di rumah atau kos sepenuhnya.
Pengetahuan yang kurang tentang laptop dan PC membuat Ilham mencari saran kepada kawan-kawannya. Saran yang ia dapatkan pastinya tidak sama. Ada yang mengutamakan spesifikasi, ada yang mengutamakan fungsi.
Kisah ini terjadi pada November 2023 lalu, ketika ia memutuskan membeli laptop baru setelah pertimbangan saran dari kedua kawannya.
Antara Laptop Gaming dan Laptop Kerja
Ketika mencoba berkonsultasi, Ilham bertemu dengan Andika. Teman yang merupakan rekan satu program studinya itu menyarankan dia untuk membeli laptop gaming. Kisaran harga yang diberikan masih masuk akal, tidak sampai selangit, tetapi juga tidak terlalu murah.
Dia rasa satu saran saja tidak cukup. Makanya, dia pergi ke temannya yang lain, sebut saja Lazim. Lazim yang telah merasakan pahit-getir dunia pemrograman justru menyarankan untuk membeli laptop kerja. Alasannya karena ringan dan lebih fungsional.
Ilham merasa perlu mempertimbangkan dua saran tersebut. Antara laptop gaming dan laptop kerja, manakah yang cocok untuk dirinya? Bagi orang awam, mengutamakan spesifikasi dan fungsi dapat terasa membingungkan. Dan benar saja, dia mengalami hal satu ini.
Demi memuaskan penasarannya, Ilham pun melakukan riset. Tujuan pertama risetnya adalah e-commerce Shopee. Tidak cuma mencari laptop, mencari harga yang pas juga jadi keutamaan.
Berkenalan dengan Dua Laptop yang Menjadi Calon Ilham
Berkat riset lewat Shopee, Ilham pun merasa cocok dengan MSI Thin GF63 sebagai kandidat laptop gaming. Meskipun spek dapur pacu yang diberikan baru Intel Core i5-11260H dan VGA RTX 2050 Mobile, sudah cukup baginya buat merasakan laptop gaming.
Rentang harga di bawah Rp10 juta membuatnya tertarik dengan laptop ini. Spesifikasi yang mumpuni ini dibanderol dengan harga yang relatif merakyat. Namun demi perbandingan, ia juga mempertimbangkan sebuah laptop kerja.
Laptop kerja yang ia peroleh sebagai saran dari temannya, Lazim, jatuh kepada brand Lenovo. Ada sebuah laptop dengan layar sentuh di bawah 10 juta. Laptop tersebut adalah Lenovo IdeaPad Flex 5 14 Touch.
Fitur layar sentuh dan bodi yang lebih ramping membuat Ilham juga tertarik dengan laptop tersebut. Akan tetapi sebagai orang awam, ia belum begitu memahami mana laptop yang cocok baginya. Alhasil, ia justru memilih MSI Thin GF63 yang lebih berat dan tanpa layar sentuh.
Ia mengira pilihannya akan baik-baik saja. Namun ternyata salah, semua malah tidak terasa baik-baik saja bagi Ilham.
Hype di Awal Tak Sebanding dengan Kenyamanan
Ilham meminang laptop yang kini menjadi laptop kesayangannya di ITC Mega Grosir Surabaya. MSI Thin GF63 yang memiliki RAM 8 GB dan SSD internal 512 GB tersebut ia peroleh dengan harga Rp9,6 juta. Laptop dengan spesifikasi gaming tersebut membuatnya senang, tetapi cukup di awal.
Untuk kebutuhan pemrograman, Ilham mulai menyiapkan perangkat lunak dan aplikasi penunjang. Dalam kuliah, dia belajar soal Python dan R. Bantuan dari laptop gaming miliknya membuat tugas pemrograman terasa lancar dan cepat.
Namun, dia tidak menyangka jika membawa laptop dengan bobot di atas 2 kg untuk kebutuhan sehari-hari akan terasa menyusahkan. Mata kuliah pemrograman yang ia jalani mengharuskannya membawa dapur pacu tersebut. Kesehatan punggung menjadi perhatian bagi Ilham.
Kuliah di gedung bertingkat membuat penggunaan laptop yang bongsor dan berat terasa tidak mudah. Rupanya, dia akhirnya mempertimbangkan pilihannya untuk tidak membeli laptop kerja yang lebih ringan. Hal ini membuat Ilham sedikit kecewa.
Menyesal Sudah Terlambat, Ilham Pun Memilih Bersyukur
Mau memutar waktu dan memilih Lenovo IdeaPad Flex 5 14 Touch pastinya tidak mungkin. Yang bisa Ilham lakukan adalah bersyukur dan mulai membiasakan diri. Rasa keberatan membawa laptop gaming untuk sehari-hari kini menjadi hal biasa baginya.
Tidak ada penyesalan berlebihan karena Ilham telah berdamai dengan pilihannya. Justru, dia ingin meng-upgrade laptop yang ia miliki menjadi lebih mumpuni. Setelah berkonsultasi dengan saya, upgrade yang dia perlukan adalah RAM dan SSD.
Untuk menambah kapabilitas terhadap gaming, kapasitas yang diperlukan adalah RAM 16 GB dan SSD 1 TB. Walau Ilham belum tebersit untuk bermain gim, sudah ada persiapan sejak jauh hari. Dia ingin laptop gaming miliknya tetap mumpuni untuk kebutuhannya.
Laptop jadul Ilham yang lama akan jauh lebih memberikan Ilham pahit dan getir perkuliahan. Bagaimana tidak, bodi ringan yang disenjatai oleh dapur pacu yang terlampau lawas justru akan mengorbankan kenyamanan dalam penggunaan.
Setelah sekian lama, Ilham sudah bisa bersyukur. Namun kalau diminta saran oleh orang lain, dia justru tidak menyarankan membeli laptop gaming untuk kebutuhan kuliah.
Untuk Kebutuhan Sehari-hari, Portabilitas Tidak Cukup
Lika-liku kehidupan Ilham bersama laptop gaming-nya memberi sebuah pandangan baru. Rasanya, kita perlu memberi pertimbangan dalam memilih gawai, terutama laptop. Hal ini tampak dari bagaimana laptop dengan spesifikasi tinggi tidak begitu memudahkan penggunanya.
Spesifikasi yang gahar memang tampak menguntungkan. Namun, kegaharan tidak selalu berarti kenyamanan dan kemudahan. Laptop yang berat karena dapur pacunya justru dapat mengorbankan kenyamanan.
Dalam mencari spesifikasi yang tinggi di laptop, ada plus dan minus yang harus terbayarkan. Ungkapan "mending rakit PC" yang sudah viral sejak beberapa tahun belakangan jelas kurang cocok. Saran tersebut tidak relevan kepada mahasiswa yang memerlukan portabilitas.
Namun setelah saya sadari, yang diperlukan bagi mahasiswa tidak sekadar portabilitas. Hal ini karena percuma laptop bisa dibawa ke mana-mana, tetapi menyusahkan penggunanya. Lebih baik fokus kepada fitur lain, seperti kerampingan dan layar sentuh.
Memang, spesifikasi yang gahar tidak hanya ada pada laptop gaming. Buktinya, Apple mampu membuat Macbook Air M2 15 inci yang hanya berbobot 1,5 kg. Tentunya laptop tersebut tidak diperuntukkan bagi gamer, melainkan kepada pekerja kreatif dan kreator konten.
Ketika saya mewawancarai Ilham, katanya membawa laptop miliknya masih lebih nyaman daripada mengerahkan semua kebutuhan ke HP. Benar saja, layar berukuran 15,6 inci lebih lega daripada layar HP yang tidak mungkin akan sebesar itu.
Setelah mengetahui pengalaman Ilham, saya jadi mengerti bahwa fungsi yang baik dapat dinomorsatukan daripada spesifikasi yang gahar. Mungkin rasanya keren bisa mempunyai laptop gaming. Akan tetapi, kesehatan punggung juga harus diperhatikan.