Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Di Balik "Lemparan Batu" Pasek Suardika

20 September 2013   02:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:39 632 1
Politisi Senayan ramai itu biasa karena memang sudah menjadi budaya mereka selalu rame bersuara, sepi bekerja. Keramaian terbaru adalah serunya penolakan terhadap Ruhut Sitompul yang ditunjuk menggantikan Pasek Suardika sebagai ketua komisi III DPR yang membidani masalah hukum. Pasek Suardika "ditendang" dari jabatannya karena terlihat intim dengan sobat kentalnya Anas Urbaningrum yang baru-baru ini mendirikan Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia.

Nah, perilaku Pasek, rupanya seirama dengan sobatnya itu ketika lepas dari sebuah jabatan yakni membuka sinyal-sinyal keburukan partainya.

Pada kompas.com, rabu, 18/september 2013, Pasek menuturkan bahwa Ruhut pantas jadi ketua komisi III. Sepintas, pernyataan ini menunjukkan sikap dukungan rekan sejawat yang sekaligus menunjukkan jiwa besar Pasek. Tapi apa benar begitu?

Jika dicermati lebih jauh, salah satu alasan Pasek menyatakan kepantasan Ruhut adalah karena,"Beliau punya daya juang untuk membela kepentingan partai di Komisi III".

Membaca pernyataan itu, bisa dikatakan bahwa dibalik pujian dan kebesaran hatinya, Pasek membuka kedok atau bahkan filosofi kerja orang-orang demokrat bahwa kehadiran mereka di Senayan tak lebih dari membela kepentingan partai semata.

Nah, jika demikian, memang pantaslah kita kelak tidak lagi menaruh harapan pada partai ini. Mereka hanya membela kepentingan partainya saja, tak lebih dari itu. Jangan mimpi Demokrat akan memperjuangkan kepentingan rakyat, apalagi bagi anda fans jokowi berharap demokrat akan mensukseskan Jakarta, itu mimpi kosong.

Memang, pernyataan itu munculnya dari Pasek Suardika yang baru saja kehilangan jabatan yang bisa jadi dianggap sebagai pernyataan barisan sakit hati. Biasa, habis kehilangan jabatan.

Tapi jangan lupa Pasek bukanlah orang bodoh. Dia seorang Sarjana Hukum berlatar belakang aktifis KMHDI yang lumayan moncer, pemahaman teori dan retorikanya bagus, juga lumayan sukses memainkan peran sebagai orangnya Winasa (bupati Jembrana dulu) dalam perebutan kursi gubernur Bali. Walau gagal mengusung winasa sebagai gubernur, karirnya tetap melaju sampai kemudian melenggang ke Senayan.

Dengan latar belakang seperti itu, tentulah ia tahu makna pernyataannya itu, bukan asal bunyi. Sebuah pernyataan terukur dan sebuah lemparan batu di air dangkal yang efeknya pasti terlihat. Efek apa yang diinginkan? Penggembosan Demokrat? Usaha pemutusan relasi kuasa SBY? Semua serba mungkin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun