Conni Aruan No. 08
*
Gadis kecil berambut keriting itu bernama Amanda. Amanda sekarang sudah duduk di kelas tiga di SD Inpres Teladan. Ia selalu mengenakan perlengkapan sekolah yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Baju, tas punggung, hingga sepatu. Kata ayah, semua itu dipakainya agar muat sampai saat Amanda sudah duduk di kelas enam nanti.
Amanda tidak mengeluh pada ayahatau malu kepada teman-temannya. Amanda selalu tersenyum walau diejek teman sekolahnya karena baju, sepatu, dan tasnya menenggelamkan badan Amanda yang kecil.
-
Tiga hari lagi adalah hari ulang tahun Desa Teladan yang ke-25. Ada banyak perlombaan yang diselenggarakan untuk merayakannya, Para siswa sekolah bisa mengikuti lomba menyanyi, menulis indah, menggambar, mewarnai, membaca puisi, cerdas cermat dalam berhitung, lomba kebersihan kelas, dan lain-lain.
Untuk para Ibu ada lomba memasak dan menata makanan semenarik mungkin. Sedangkan untuk para Ayah ada lomba kerajinan tangan dari bambu. Meriah pastinya!
Amanda mengantri bersama murid-murid satu sekolahnnya untuk mendaftar. Satu persatu murid-murid mulai mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba. Hingga tibalah giliran Amanda.
“Selamat pagi Amanda.” Bu Guru Naya menyapa Amanda yang tersenyum malu-malu.
“Selamat pagi Bu Guru.” Jawab Amanda sambil tersenyum.
“Amanda mau ikut lomba apa?” Tanya Bu Guru Naya
“Amanda ikut lomba bernyanyi Bu....” Amanda menjawab dengan yakin.
“Baiklah, Amanda dapat nomor urut 15 yaa....”
“Horeee… terima kasih Bu Naya” jawab Amanda senang
-
Perlombaan akan dimulai 3 hari lagi. Semua murid yang akan mengikuti lombaberlatihsendiri atau dibantu oleh orangtua mereka. Seperti Siti teman sekelas Amanda yang selalu memeragakan gerak-gerik juga mimik yang lucu saat latihan membaca puisi.Begitu juga dengan Amanda, Amanda selalu bernyanyi di mana saja dan kapan saja.
Siang tadi sepulang sekolah, Amanda bertemu dengan Pak Basri; pengamen tua yang selalu dijumpai di gapura desa Teladan. Pak Basri selalu membawa biola tuanya kemanapun dia melangkah.Pak Basri hanya bisa melihat dengan mata kanannya saja. Mata kiri Pak Basri sakit dan tidak bisa digunakan untuk melihat lagi. Walaupun terlihat seram, Amanda tidak merasa takut terhadap Pak Basri.
Amanda bercerita dengan semangat tentang lomba yang akan diikuti 3 hari lagi, lomba bernyanyi. Pak Basri mengangguk-anggung mendengar cerita Amanda dan sesekali menggesek biola tuanya.
“Pak Basri, mau tidak mengiringi Amanda bernyanyi dengan biola itu?” Pinta Amanda kepada Pak Basri. Pak Basri tersenyum senang, jarang sekali ada anak-anak yang mau dekat dengannya dan mendengarnya bermain biola.
“Mau, kalau Amanda mau nanti Pak Basri iringi. Tapi, Amanda izin dulu sama Ayah yaa?” Jawab Pak Basri dengan senang. Amanda melompat-lompat kegirangan. Amanda membayangkan dirinya bernyanyi di atas pentas diiringi biola Pak Basri. Pasti keren!!
“Iya, nanti Amanda izin sama Ayah yaaa. Terima kasih Pak Basri. Amanda pulang dulu yaa.” Amanda pulang dengan berlari, hatinya sangat bahagia. Sesekali Amanda bernyanyi.
-
Pak Kasep adalah nama ayah Amanda. Pak Kasep adalah seorang petani biasa. Amanda hanya tinggal berdua saja dengan ayahnya. Amanda sudah tidak mempunyai Ibu. Ibu Amanda meninggal saat Amanda berumur 2 tahun. Kata Ayah, Ibu sakit dan meninggal saat Amanda masih bayi. Jadi, Amanda dibesarkan sendiri oleh Ayah
Hari sudah sore. Pak Kasep baru pulang dari ladang, Amanda sudah menunggu di ruang depan dengan manis.
“Ayah, Amanda ikut lomba lho,” Kata Amanda kepada Pak Kasep.
“Ohya? Manda ikut lomba apa?” Tanya Pak Kasep.
“Lomba menyanyi. Tapi Yah, boleh gak Amanda diiringi biola Pak Basri?” Tanya Amanda lagi.
“Lhoo, kok Ayah baru dikasih tahu? Pak Basri? Pengamen itu ya?” Tanya Pak Kasep.
“Iya Yah, kemarin itu Amanda kan latihan dulu dengan Pak Basri, jadi baru sempat cerita sekarang deh” jelas Amanda kepada Pak Kasep.
“Baiklah Amanda, nanti sore kita ke rumah Pak Basri yaa. Setelah Ayah pulang dari ladang”. Pak Kasep kepada Amanda yang kegirangan.
“Yeaaayy!! Iya Ayah! Makasih Ayah...” Amanda sangat senang Ayahnya mengiyakan permintaannya itu.
-
Sore harinya Amanda dan Pak Kasep berjalan menuju rumah Pak Basri di ujung desa. Rumah Pak Basri sangat sederhana. Dindingnya terbuatdari anyaman bambu dan lantainya masih dari tanah. Di depan rumah kecil itu ada sebuah kursi bambu yang bisa diduduki dua orang dewasa.
Sebelum Pak Kasep mengetuk pintu, Pak Basri muncul lebih dulu dari belakang rumah sambil membawa biola tuanya. Pak Basri tersenyum melihat Amanda yang sangat bersemangat. Setelah Pak Basri dan Pak Kasep berbincang-bincang tentang ladang garapan Pak Kasep, Amanda diminta untuk menyebutkan judul lagu yang akan dinyanyikan pada saat lomba.
“Amanda mau nyanyi apa nanti?” Tanya Pak Basri.
Amanda tidak menjawab, malah membisikan judul lagu itu kepada Pak Basri. Pak Kasep jadi bingung sendiri.
“Lho, kok dibisikin? Ayah nggak boleh dengar kah?” Tanya Pak Kasep bingung.
“Iya, ini kan sekalian kejutan untuk Ayah, jadi Ayah nggak boleh tahu.” Jawab Amanda.
“Wah wah... Baiklah.” Pak Kasep membiarkan Amanda dan Pak Basri latihan di beranda rumah yang sangat sederhana itu.
-
Hari-hari Amanda sekarang penuh nyanyian. Tidak hanya di rumah Pak Bari, Saat mandi, perjalanan pulang ke rumah, saat tidak ada kegiatan Amanda selalu bernyanyi.
Esok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua murid di SD Inpres Teladan, tak terkecuali Amanda. Sebelum tidur Amanda meyakinkan Ayahnya untuk menghadiri lomba bernyanyi itu.
“Ayah, besok jangan telat ya? Harus datang ya? Amanda nggak akan nyanyi kalau Ayah nggak datang.” Begitu kata Amanda kepada Ayah.
“Iya, Ayah pasti datang. Ayah janji. Amanda tidur yaa.” Jawab Pak Kasep kepada Amanda.
-
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Semua orang terlihat bersemangat sekali pagi itu. Juga Amanda. Satu-persatu murid-murid berdatangan dan menduduki kursi-kursi yang kosong. Amanda duduk di kursi nomor 15 baris pertama dari depan. Sedikit gugup Amanda bernnyanyi pelan-pelan untuk memastikan Amanda tidak lupa lirik lagu yang akan dinyanyikannya nanti.
Jam sembilan. Lomba dimulai. Semua peserta lomba bernyanyi bersiap-siap dengan lagu mereka masing-masing. Amanda sudah tak sabar saat peserta nomor 1 dipanggil. Empat belas nomor lagi baru giliran Amanda bernyanyi.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Kini giliran Amanda untuk bernyanyi. Namanya sudah dipanggil Bu Guru Naya, “peserta nomor urut 15, Amanda silahkan menaiki pentas.”
Amanda bangkit dari kursinya. Amanda gugup, bahkan saat menaiki pentas Amanda hampir jatuh. Diatas pentas, Amanda tampak bingung. Matanya mencari-cari dimana Ayah dan Pak Basri duduk. Akhirnya Amanda melihat keduanya. Mereka duduk di barisan paling belakang,
Amanda merasa lega.
Sebelum bernyanyi, di atas pentas Amanda membisikkan sesuatu kepada Bu Guru Naya. Bu Guru Naya mendengar sambil mengangguk dan tersenyum.
Pak Basri bangkit dari kursinya dan menuju ke pentas. Murid-murid dan orangtua murid yang juga hadir pada saat itu memandang heran ke arah Pak Basri. Pak Basri tidak terganggu dengan pandangan itu. Pak Basri langsung menuju pentas dan berdiri di samping Amanda. Pak Kasep sudah tak sabar mendengar putrinya bernyanyi diiringi biola tua Pak Basri.
Sayup-sayup terdengar suara merdu biola Pak Basri dan kemudian suara Amanda yang bersih dan merdu menyanyikan sebuah lagu yang ditujukan kepada Sang Ayah, jagoannya.
Apa yang kuberikan untuk Ayah, untuk Ayah tersayang.
Tak kumiliki sesuatu berharga untuk Ayah tercinta.
Hanya ini kunyanyikan, senandung dari hatiku untuk Ayah
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk Ayah *
Di barisan belakang, Pak Kasep terharu sampai menangis. Pak Kasep tak menyangka Amanda akan menyanyikan lagu itu. Pak Kasep sayang sekali kepada Amanda.
-
Hari itu, kebahagiaan Amanda lengkap. Karena juri memutuskan Amanda menjadi juara satu lomba menyanyi. Amanda mendapat piala dan sebuah hadiah dari Ayahnya yaitu, Amanda tidak perlu berjalan kaki untuk pulang kali ini, melainkan digendong oleh Ayahnya.
Amanda berteriak kegirangan dan berceloteh girang sepanjang perjalanan pulang. Pak Basri yang berjalan di samping mereka tersenyum bahagia. Pak Basri senang bisa mengiringi Amanda bernyanyi.
Kini, Pak Basri tak lagi sendiri dan dijauhi penduduk desa Teladan. Pak Basri kini punya banyak teman, yaitu anak-anak yang ingin belajar bernyanyi atau sekedar mencoba menggesek biola tua Pak Basri.
Kita berlari-lari bersama mengejar mimpi
Tak ada kata ‘tuk berhenti
Semua bahagia semua bahagia **
-
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Festival Fiksi Anak
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Terima kasih sudah membaca
^_^
Catt:
Terima kasih kepada Mas Candra Permadi yang sudah meluangkan waktunya mengedit tulisan ini. (1800k dipangkas jadi 1300k)
*Lagu Untuk Mama – Kenny
** Ku Bahagia – Sherina