Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Secuil Kisah Setelah Cintaku Pergi

16 Agustus 2012   12:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:40 746 7
[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="proyekindonesia.com"][/caption]

Pagi yang suram.Aku,Ibu,dan Ayah duduk menerima kenyataan.

“Rhe,kamu ikut siapa ?” Tanya Ibuku pelan,dia pikir dengan penjelasan mengapa mereka bercerai itu masuk akal buatku.Aku melihat Ayahku yang hanya diam memandangi putri semata wayangnya ini.Ayah terlihat tidak peduli dengan keadaan ini.Dia diam dan tenang.

“Rhe,sama Ayah saja” Jawabku enteng.

Ibu terisak,airmatanya mengalir deras matanya memandangku,meminta penjelasan keputusanku.Aku hanya mengangkat bahuku,tak ada penjelasan untuk ini semua.Dengan langkah gontai Ibu bangkit dari duduknya dan menyeret koper-koper yang sudah siap dari semalam.Pak Mus,tergopoh-gopoh membantu Ibu menarik koper dan memasukkan ke dalam mobil.Bibi,terisak tertahan sambil mengusap-usap punggungku.Ayah masih dengan diamnya,setelah koper dan semua barang-barang ibu masuk ke dalam mobil,Ibu menghampiriku,memelukku erat,mencium pipi dan keningku,kemudian membisikkan “Ibu akan selalu ada untukmu”.Aku terkesima dengan bisikan itu.Detik ini,saat kaki Ibu melangkah pergi meninggalkan rumah,itu salah satu bukti Ibu gak pernah peduli sama Rheina.Bohong sekali mengatakan ‘selalu ada’,sementara kakinya berjalan menjauh dariku.Tapi aku hanya mengangguk tersenyum dan mencium pipi wanita itu.

Mobil hitam itu berlalu dari hadapanku,dengan lambaian tangan wanita yang melahirkan aku kedunia yang kejam ini.Beberapa menit terpaku pada lantai yang dingin,aku merasakan pundakku ditepuk pelan oleh ayahku,dan kemudian meninggalkanku masuk kekamarnya.Tak ada yang peduli.Ibu pergi,begitu juga dengan Ayah.Mereka berdua manusia paling egois di dunia ini.Sampai sekarang aku tak percaya mereka bisa menikah dan melahirkan anak perempuan,sementara mereka itu beda.Ayahku di KTP-nya beragama kristen dan ibuku seorang muslim.Aku,tidak keduanya.Aku tidak punya agama,tapi aku mengakui Tuhan itu ada.Terkadang aku memakai mukenah Ibu dan mengingat-ingat cara dia berdoa kepada Tuhan,atau cara Ayah berdoa,duduk sopan melipat tangan,menutup mata dan berbicara kepada Tuhan.Aku suka bergantian melakukan cara berdoa itu.Hingga akhirnya aku jenuh sendiri,dan memutuskan untuk tidak melakukan keduanya.Aku lebis sering bersapa ria dengan Tuhan di MS.Word,dan menyimpannya dalam folder ‘Dear God’.Entah apa yang dipikiran kedua orangtuaku sampai mereka lupa,mengajarkan dan mengenalkan aku pada Tuhan.Mereka itu sibuk dengan bisnisnya masing-masing.Keterlaluan sekali.Aku yang selama ini menghabiskan jam pelajaran agama dengan tidur di sudut perpustakaan.Aku ingat pertanyaan-pertanyaanku waktu kecil kepada Ibu,” Ibu,mau kemana?”,”Ke masjid sayang” Jawab Ibu halus sambil merapikan jilbabnya.Juga kepada Ayah,”Ayah,mau kemana?,”Ke gereja sayang” Jawab ayah manis sambil merapikan kemejanya.Juga pertanyaanku tentang perbedaan itu,Ibu hanya menjawab “Saat Rhe sudah dewasa nanti,Rhe akan mengerti semuanya,dan Rhe akan memilih sendiri apa yang Rhe inginkan”.Iya,Rhe sudah mengerti semuanya .Ayah,Ibu,kalian itu manusia egois.Aku masuk kekamarku,meninggalkan Bibi yang memandang kasihan kepadaku.

_____

Aku sibuk mencari-cari kotak putih kecil dilaci meja belajarku,dapat.Kuambil sebatang dan kurogoh saku celanaku mengambil korek.Kuhisap dalam-dalam,hingga paru-paruku penuh oleh asap beracun itu.Uhuk,uhuk,uhuk,aku terbatuk.Aku mulai merokok,beberapa hari yang lalu setelah sidang perceraian Ayah dan Ibu selesai.Perlahan aku mulai terbiasa dengan rokok,walau kadang masih harus diawali dengan batuk yang cukup panjang.Aku menyalakan laptop,sambil menunggu tampilan windowsnya muncul.Aku memainkan lagu jadul yang kemarin aku temukan di Youtube,entah siapa penyanyinya aku tak terlalu memperhatikan,aku suka liriknya.

I'm nobody's child ,i’m nobody's child ,I'm like a flower just growing wild. No mommy's kisses and no daddy's smile,nobody wants me i,m nobody's child.

Setelah tampilan windows sudah muncul,aku meletakkan gitar,dan mulai berselancar di dunia maya,singgah dari satu social network ke social network yang lain.Chating dengan beragam jenis orang. Ada kesenangan tersendiri disana.Aku bisa seharian duduk ongkang-ongkang kaki,dengan mata menatap layar monitor.

Tok tok tok

“Rhe,Ayah boleh masuk?” Tanya Ayah dari balik pintu,aku mematikan rokokku dan menyemprotkan pewangi ruangan.

“Silahkan,pintu tidak dikunci”.Teriakku dari dalam kamar.

Laki-laki itu masuk dengan hidungnya yang mengendus-endus,keningnya berkerut,aku diam saja sambil melirik puntung rokok yang masihmengeluarkan asap di asbak di atas meja belajarku.

“Rhe ?! Kamu merokok ?!”

Ayah,Rhe bukan lagi gadis kecil Ayah yang dulu.Rhe sudah besar,dan sudah mengerti semua.

“Iya” Jawabku singkat dan datar

Ayah memandangku cukup lama,dia terlihat terkejut.”Rhe,merokok itu tidak baik untuk kesehatan,Rhe bisa terkena TBC”Nasehat Ayah.Aku tersenyum sinis menanggapi nasehat itu.”Rokok memang tidak baik untuk kesehatan Ayah,tapi baik untuk pikiran dan jiwa yang sepi” Sahutku seenaknya.

“Kamu ini,mulai melawan orangtua ya.Tidak ada asap rokok dirumah ini.Berhenti merokok atau...”Ayah tidak melanjutkan kalimatnya

“Atau apa?” Tantangku

“Tidak apa-apa,pokoknya tidak ada merokok dirumah ini.Paham? !” Bentak Ayah.Aku diam saja,seharusnya kau pukul saja aku,biar aku punya alasan memukulmu Ayah... ,batinku mulai menggila.

“Ayo makan siang Rhe” Ayah keluar dari kamar,aku mengikutinya dari belakang.

“Ayah,kenapa menikahi Ibu kalau akhirnya berpisah?”Tanyaku setelah selesai makan siang.Ayah terkejut dengan pertanyaanku.Aku lanjutkan lagi,”Kalian lupa kalau kalian punya anak yang harus dipertanggungjawabkan?,Apakah alasan kalian itu bercerai masuk akal? Tidak cocok lagi satu sama lain.Alasan bodoh.Kaliankan memang pada dasarnya beda,jenis kelaminnya aja beda,suku beda,agamanya beda,cara berpikirnya beda,alasan tidak cocok itu gak sesuai dengan kenyataan yang ada pada kalian berdua.Didunia ini tak ada yang diciptakan cocok satu sama lain,pasangan itu merasa cocok karena ada rasa saling mengerti,menghargai dan menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan.Alasan kalian itu bercerai bodoh sekali tahu gak sih !!!!” Aku emosi dan menangis.Ayah hanya diam,dia selalu begitu,diam tak jelas.

“Jangan katakan kalian menikah karena cinta,kalau kalian menikah karena cinta,kalian tak akan bercerai,dan Rhe tak perlu merasa kesepian begini,kalian egois,jahat,tega sekali berbuat begitu kepada Rhe” Aku berlari masuk kekamar.Dan melempar apa saja yang terjangkau oleh tanganku.Aku meninju bantal sampai tenagaku habis.Aku tak menyangka hidupku jadi begini.

____

Tuuut tuuuut tuuuut

“Halo,Ibu? Rhe lulus ! “Teriakku tertahan di telepon,lama aku menunggu respon dari ibu,ada suara laki-laki diseberang sana.”Ibu?” panggilku.” Iya,sayang.Sudah sampai mana tadi?”

Praakkk !!!!! Spontan aku melembar gagang telepon berikut pesawat teleponnya ke dinding. “Aku benci semuanya !!!!” Teriakku kearah Ayah yang berdiri mematung melihatku.”Ayah puas melihat Rhe jadi begini? Puaskan?!,Ibu sendiri gak perduli lagi sama Rhe.Kalian jahat !”

____

Aku mulai terbiasa dengan keadaanku.Ayah,Ibu tak peduli,tak mengapa.Aku juga sudah tidak peduli lagi.Teman-temanku sudah sibuk dengan persiapan-persiapan masuk perguruan tinggi favorit,aku sibuk dengan pelarianku terbaruku,musik tak sanggup menampung seluruh emosiku.Aku tak tertarik untuk kuliah.Aku lebih memilih mengikuti kursus melukis.Menjadi seniman.Aku butuh wadah untuk mengungkapkan apa yang aku rasa,dan melukis adalah cara yang efektif,bereksperimen dengan warna,menikmati sapuan pertama kuas pada kanvas,menuangkan kemarahanku pada setiap sapuan kuasku,kasar,lembut,putus-putus,tegas.Emosiku sudah semakin terkendali sejak aku mulai melukis.

____

Hanya selang enam bulan ternyata ibu sudah menemukan pengganti Ayah,dan memutuskan menikahi pria berdarah Arab itu.Aku mengahadiri resepsi pernikahan Ibu dengan stelan yang berantakan,jeans dipadu atasan you can see panjang sampai paha,sneaker butut,ditambahi dengan kupluk hitam di kepalaku.Rambut panjangku kumasukkan kedalam kupluk dan sebahagian lagi kubiarkan tergerai.Aku memasuki gedung resepsi itu,dengan ratusan pasang mata menatapku dan bisik-bisik ibu-ibu genit,ya ya ya,aku memang putri semata wayang dari teman kalian yang sedang berbahagia itu.Masalah buat kalian aku datang dengan penampilan begini? Aku melongos,dan menghampiri ibu yang sedang sibuk bercipika-cipiki dengan kerabatnya.

“Rhe? Kamu datang dengan penampilan begini?”Tanya Ibu tidak percaya,ini belum seberapa Ibu,masih untung Rhe tidak merokok didepan ibu,batinku.

“Iya ,kenapa ? Ibu keberatan? Biar Rhe pulang saja.”Jawabku menantang.

Ibu tersenyum dan menggelengkan kepala,membimbingku pada laki-laki jangkung berkulit pucat,Ahmed,begitu namanya tertulis di undangan.Begitu dia melihatku,matanya melotot seperti mau keluar,”Rhe” Sapanya sambil menjabat tanganku.

“Rheina,anda tidak berhak memanggil saya ‘Rhe’” Balasku ketus.Ahmed hanya tersenyum,mengangguk.Sok manis.Aku meninggalkan pasangan berumur itu,muak dengan kemesraan palsu yang diperlihatkan mereka kepada orang-orang.Aku beranjak menjauh dari keramaian,pulang ke rumah.Toh,dia tak akan mencariku.

Setibanya di rumah,aku mendapati Ayah berduaan dengan seorang gadis yang bergelayut manja dilengan Ayah.Dan hatiku kembali tercabik-cabik menyaksikan semuanya ini.Baru saja mataku menyaksikan ibu bersanding dengan laki-laki lain,sekarang Ayahku digelayuti manja oleh gadis lain.Hancur.Mataku menatap tajam pada gadis itu ,langkahku mantap ingin menarik rambut gadis itu dan menyeret keluar dari rumahku,tapi sepertinya Ayah menyadari niatku itu,Ayah berdiri duluan,tersenyum dan memperkenalkan gadis itu.”Rhe,sudah pulang? Kenalkan Ini Mawar”.

Gadis itu berdiri menyapaku “Halo Rhe” sambil menyodorkan tangannya menyalamku.

”Jangan panggil saya Rhe,memangnya kamu siapa memanggilku dengan panggilan itu?” Tanyaku tajam dan membiarkan tangannya menggantung.Gadis itu tertunduk dengan wajahnya yang merah.

”Rhe !” Bentak Ayah.

“Apalagi sih Yah? Salah Rhe bilang begitu? Memangnya dia siapa dirumah ini? Pacar baru Ayah? Oh,jadi Ayah ingin seperti Ibu juga,pergi meninggalkan Rhe untuk bersama gadis ingusan seperti dia ??!!! Kalian semua pengecut !! Gak punya hati !! Dan kau gadis ingusan jangan macam-macam sama saya !!” Ancamku terakhir sama gadis itu sambil mengacungkan jari tengah tepat diwajahnya.Ayah terlihat mengepal tangannya,aku tahu Ayah tak bisa berbuat apa-apa dengan kelakuanku.Sedetik aku sempat melihat gadis ingusan itu menepuk-nepuk pundak ayah.Pelacur !. Makiku dalam hati ,berbalik meninggalkan Ayah bersama gadisnya.Aku melihat guci kesayangan Ayah di samping tangga,penuh emosi aku menendang guci itu hingga jatuh dan pecah berkeping-keping.Kulayangkan senyum kepuasan kepada Ayah yang menahan emosi,tak inginterlihat kasar didepan gadisnya.Aku masuk kekamar menyalakan sebatang rokok,menghisap dalam-dalam dan menghembuskan lembut dari mulutku.Aku mengeluarkan peralatan melukisku dan mulai menumpahkan emosiku pada setiap sapuan pada kanvas.Merah,hitam mendominasi pada warna yang aku sapukan.Seperti hidupku,kemarahan,kebencian,pahitnya hidup mewakili semuanya.Kenangan-kenangan masa lalu yang masih teringat jelas di otakku bergantian membayang di kedua mataku.Aku memang tak pernah benar-benar bahagia.Sejumput kebahagiaan yang aku rasakan selama ini palsu.Tak ada cinta yang tulus untukku.Aku menangis.Dan tanganku tak berhenti menggoreskan isi hatiku pada kanvas.Hingga saat aku mulai merasa tenang aku hanya mendapatkan kotak-kotak merah dan hitam diseluruh kanvas,yang dipenuhi dengan warna merah dan hitam pada tengah kotak itu.Ya,inilah hidupku,hanya berkisar pada kotak-kotak kemarahan dan kesedihan.Aku mencampakkan kuas yang ditanganku,menghempaskan tubuhku ke tempat tidur,dan lagi aku menangis.Aku hanya bisa menangis untuk mengekspresikan luka yang aku rasakan saat ini.Setelah menit-menit penuh airmata itu mulai reda,aku duduk menghadap dimeja riasku,memperhatikan wajahku,sudah berapa lama tidak ada senyum dan tawa pada wajah cantik ini? Tanyaku pada diri sendiri.Wajah cantik,memangnya aku cantik?,tanyaku .Iya,kamu cantik,jawabku lagi.Dan sebentuk senyum indah terukir diwajahku.Aku tersenyum.Saatnya memulai sesuatu yang baru,no more tears. Kubongkar laci meja belajarku, yang penuh dengan bungkus rokok,dan puntung-puntung rokok yang tanpa sengaja kumasukkan kesana.Yang kucari tak kutemukan,aku melepas laci itu dari relnya dan menyerakkan semua isinya keatas tempat tidurku.Buku tabunganku,ketemu.Aku melihat saldonya,lumayan besar.Cukup untuk memulai semuanya.Aku mengeluarkan koper dan memasukkan pakaianku dan barang-barang penting lainnya.Aku melihat fotoku bersama Ayah dan Ibu,tersenyum bahagia,aku lupa senyum bahagia itu palsu atau tulus.Aku mengeluarkan foto itu dari bingkainya,dan menyelipkan kedalam koper.Semuanya sudah masuk ke dalam koper.Aku duduk ditepi tempat tidurku dan mencari-cari nama sahabatku.Vivian.Aku menekan tanda panggil pada ponselku,pangggilan terhubung.

”Rhe?” Panggil suara lembut dari seberang sana.Aku lama terdiam.

”Rhe? Halo Rhe? Kamu baik-baik saja kan?” Vivian mulai panik karena aku tak kunjung bersuara.

“Halo Vi,Rhe baik-baik saja”

“Fiuuh,syukurlah.Rhe apa kabar?”

Vivian teman terbaikku,sahabat sejatiku.Menerimaku apa adanya,walau aku dari keluarga berantakan.Selalu ada untukku.Terimakasih Vi,Batinku

“Kabar baik Vi,Rhe malam ini keJogja,Rhe naik pesawat terakhir 19.00,jemput ya dibandara?”Pintaku

Lama aku menunggu jawaban dari Vivian,kalau dia tidak menyanggupi.Tak tahu lagi kemana.

“Baiklah Rhe,tapi janji ya,Rhe harus cerita.Tentang semuanya.”Ada penekanan dikata ‘semuanya’.

“Iya,Rhe janji.Ya sudah kalau begitu Rhe siap-siap dulu ya,sampai ketemu di Jogja Vi”

“Iya,Rhe hati-hati ya,sampai ketemu di Jogja Rhe”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun