Orang baik cenderung suka membicarakan kebaikan. Sedangkan individu yang buruk cenderung suka mengaduk-aduk keburukan. Memang demikian. Teko yang isinya kopi tak akan mungkin mengucurkan manisan. Ia hanya mengeluarkan apa yang tersimpan.
Mari berkaca pada lisan sendiri. Mencermati warna dan aroma diksi. Apakah ia dominan puji ataukah caci maki? Apakah ia dominan dukungan dan doa, ataukah hasad dan dengki? Itu semua dapat menampakkan gambaran diri.
Namun, berkaca pada lisan sendiri memang tak semudah mengatakannya. Ego menjadi kendala utama. Banyak orang yang siap untuk terlihat sempurna. Tapi, berapa banyak yang siap untuk menyadari celanya?