Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Produksi Dokumenter SMA Kutasari Purbalingga

26 Januari 2014   13:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 97 0

Disela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan istri seorang penderes (perajin gula merah), Wini menyempatkan ngidep (membuat bulu mata palsu) untuk tambahan pendapatan suami yang memang tak mencukupi.

Sementara suami, Suwitno (41), sehari dua kali, pagi dan sore, harus turun naik 21 pohon kelapa yang disewa untuk mengambil air nira. Harga gula merah (jawa) tak semanis rasa gula yang dihasilkan pasangan tiga anak Witno dan Wini.

Kehidupan keluarga penderes dan pengidep yang tinggal di Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari, Purbalingga itu coba ditangkap kamera pelajar SMA Kutasari Purbalingga yang tergabung dalam Papringan Pictures ekstrakulikuler sinematografi menjadi sebuah film dokumenter.

“Banyak keluarga di wilayah Kutasari dan Purbalingga umumnya yang kepala rumah tangga berprofesi sebagai penderes dan perempuannya pengidep. Mereka yang diluar Purbalingga, tidak banyak tahu seperti apa kehidupannya, untuk itu dokumenter ini kami buat,” tutur Achmad Lutfi, periset sekaligus sutradara.

Lutfi dan beberapa temannya telah beberapa bulan melakukan pengamatan terhadap kehidupan keluarga penderes. Setelah dirasa cukup, mereka menjadwalkan pengambilan gambar selama lima hari, Rabu-Minggu, 22-26 Januari 2014.

Kepala SMA Kutasari Joko Suryanto mengaku dirinya yang meminta siswa ekskul sinematografi untuk memproduksi film terkait kehidupan penderes. “Kami mengamati, perjuangan hidup keluarga penderes itu luar biasa. Setiap hari mereka berhadapan dengan resiko jatuh dari pohon kelapa. Menurut kami, ini menarik bila difilmkan,” ujarnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun