Tapi, pemikiran seperti itu kini sudah hilang karena saya sudah sadar berkat musibah sakit yang saya derita. Singkat cerita, sore hari saya mencabut gigi didokter karena infeksi dan malamnya saya tidur. Saat jam 11.30 malam saya terbangun dengan mulut sudah penuh darah sehingga saya pergi kekamar mandi untuk membersihkan darah itu. Setelah bersih ternyata darah itu tetap saja terus mengalir dari gusi tiada berhenti sehingga membuat saya tidak tidur semalaman. Ibu saya bangun melihat keadaan saya dan ibu saya gak kuat melihatnya sehingga ia shalat malam untuk mendoakan saya, sedangkan ayah saya menunggui saya selama semalaman.
Saat itu hal yang saya rasakan bukanlah sakit melainkan sesuatu yang menggetarkan hati. Kasih sayang yang selama ini saya rasa hanyalah sebuah tanggung jawab kini benar-benar sungguh ada. Rasanya hati ini ingin menangis melihat orang tua saya rela tidak tidur semalaman dan memohon kepada Tuhan demi saya.
Kasih sayang itu terasa benar-benar nyata terlihat ditenangnya malam. Kasih sayang itu seperti kasih sayang yang amat teramat besar. Hal itu membuat saya sadar bahwa untuk sadar akan sesuatu terkadang memang memerlukan sebuah musibah. Dengan musibah ini saya sadar bahwa selama ini orang tua saya memang memberikan kasih sayangnya setiap waktu bahkan tanpa lelah untuk anaknya yang banyak berbuat salah kepadanya.
Berkat musibah sakit itu pula saya menyadari bahwa bukan hanya kasih sayang orang tua yang saya dapat melainkan kasih sayang Tuhan yang masih memberikan sebuah peringatan untuk saya. Peringatan untuk sadar akan kasih sayang orang tua dan peringatan untuk menjaga ucapan-ucapan yang keluar dari mulut saya. Saya sadar benar-benar sadar bahwa kasih sayang orang tua akan selalu menaungi kehidupan saya selamanya.