"Sarah, kenapa kamu menangis?" Sarah menegakkan kepalanya, menatap boneka beruang.
"Berry, I hate my mom!" kata Sarah lantang. Boneka beruang itu pun dipeluknya. Sambil bersimpuh di atas kasur, Sarah mulai menata emosi. Ia seka air mata dengan punggung tangannya.
"Kau tak boleh bicara seperti itu, Sarah sayang," kata boneka kucing menimpali. Ia mulai menjilati bulu-bulu halusnya yang cemerlang. Sarah bersungut.
"Kucing centil sepertimu tahu apa?" kata Sarah ketus.
"Ah, kau terlalu menyepelekanku, Sarah. Aku ini dulu kucing yang sangat menyayangi anak-anaknya. Tiga anak kucing yang lucu kujaga dari terkaman mulut lapar ayah mereka. Sampai mereka besar dan bisa menjaga diri, aku pun melepaskan mereka ketika seorang gadis seumuranmu menggendong salah satu dari mereka, lalu membawanya pergi. Begitu juga dengan kedua saudaranya, tak lama kemudian datang orang lain mengambil anak-anak kucingku. Tapi, aku yakin mereka dipelihara dengan baik. Pemilik petshop, tempat aku ditampung dulu, hanya menjual kami pada penyayang binatang sejati. Hanya saja, aku memilih untuk mengubah diri menjadi boneka. Aku tak mau kawin lagi, lalu hamil dan melahirkan, tapi kemudian harus merelakan anak-anakku pergi."
"Kitty, maafkan aku. Kamu pasti kehilangan anak-anakmu, ya," ucap Sarah menyesali kata-katanya tadi pada boneka kucing.
"Sudahlah, aku memang kehilangan anak-anakku. Tapi, hatiku masih berisi cinta untuk mereka, selamanya," kata Kitty bijak. Ia kembali menjilati kakinya, lalu mengeluskannya ke kepala.
"Memangnya kamu ada masalah apa sama mamamu?" tanya boneka kodok.
"Iya, kenapa kamu jadi marah-marah begitu, Sarah?" Boneka gajah pun ikut bertanya.
Sarah berpangku tangan, mengerucutkan bibirnya yang mungil. Ia masih kesal karena Mama membatalkan acara bersama mereka hari ini. Sarah si gadis kecil yang pintar itu tahu betul bahwa mamanya terlalu sibuk dengan kerjaannya.
"Mama hanya sibuk cari uang," kata Sarah. Sabtu ini, seharusnya Mama menemani Sarah ke toko buku. Mama sudah berjanji akan membelikan buku-buku kesukaan Sarah. Sarah tentu senang, selain bisa dapat buku baru, ia juga bisa berlama-lama bersama mamanya yang makin kurang waktu untuk Sarah. Janji itu pun ditunda entah sampai kapan, karena tiba-tiba Mama harus ikut rapat yang Sarah tak tahu untuk apa rapat di hari libur kerja. Itulah yang membuat Sarah marah. "Padahal aku sudah bersiap-siap berangkat, tapi Mama malah pergi ninggalin. Cuma titip pesan sama mbak Inah. Aku benci mama."
"Sarah, kamu nggak boleh bicara yang buruk tentang mama. Apalagi sampai bilang membenci mama," tambah Berry boneka beruang. "Menjadi mama itu berat, lho. Mama rela berkorban apa saja demi anaknya. Coba kalau mama Sarah nggak kerja, kamu pasti kesepian di kamar ini. Karena mama nggak akan sanggup membelikan kami untukmu."
"Hmm, Mama sebenarnya pasti ingin pergi denganmu ketimbang menghadiri rapat-rapat itu," kata boneka gajah. "Mama bekerja keras juga untukmu, Sarah," lanjut boneka gajah. Ya, Sarah tahu itu. Tapi, ia kesal sekali karena Mama pergi begitu saja, tanpa ciuman dan pelukan seperti biasa. Apalagi ia sudah berhati riang akan ke toko buku bersama mama.
"Tapi, mama sudah janji, The Big Bella," tukas Sarah.
"Mungkin urusan mama benar-benar penting, Sarah," balas The Big Bella si boneka gajah. Sarah mendelik.
"Kamu beruntung, Sarah, masih punya mama yang sayang sama kamu. Walaupun sibuk begitu, sebelum tidur kamu masih sering dibacakan dongeng. Ya, kan?" kata boneka kodok. "Aku malahan tak pernah mengenal siapa ibuku," kata boneka kodok lagi.
"Keropi, jadi kamu beneran tak pernah bertemu ibumu, ya," kata Sarah terpana. Boneka kodok mengangguk. Sarah pun menyadari betapa ia masih beruntung punya mama.
"Kamu tahu, Sarah, tak ada ibu yang benar-benar jahat. Tak ada mama yang menyakiti anaknya," kata Kitty mengingatkan, seakan ia terkenang masa-masa menjadi ibu dulu.
"Tapi, mama..." Sarah kehilangan kata-kata.
"Sarah, percayalah, mama sangat sayang sama kamu. Apa yang ia kerjakan itu pasti semuanya demi kamu," tambah Kitty sambil mengusap-usapkan tubuhnya di kaki Sarah.
"Ya, aku percaya mama selalu sayang sama aku," kata Sarah. "Ah, boneka-boneku kesayanganku, aku ini anak yang pemarah ya.. Hehehe.. Kita main aja, yuk!"
Sarah, Berry, Kitty, Keropi dan The Big Bella, pun menghabiskan siang itu bersama di kamar sejuk karena pendingin ruangan sampai akhirnya Sarah tertidur lelap.