Sekali hujan setelah itu menggenang, yup itulah yang menjadi pemandangan pada tanggal 14 januari 2011 malam. Sekitar pukul 19.30 saya keluar menyusuri jalan-jalan daerah hay ‘asyir atau district 10, sebuah kawasan di Nasr City Mesir yang bisa dibilang adalah kampung Melayu karena memang di daerah ini sebagian besar komunitas mahasiswa Indonesia, Malaysia dan Thailand bertempat tinggal, cukup ramai.
Tujuan saya tentu saja pulang kerumah karena hujan yang mengguyur Cairo tadi siang sudah reda, tidak tanggung-tanggung hujan yang mulai turun menjelang selesainya sholat Jum’at itu selain deras, juga membawa butiran-butiran es sebesar kerikil, setengah tidak percaya saya coba tadahkan tangan saya keluar jendela, waktu itu saya masih dirumah seorang teman, wow terasa sakit ketika beberapa”kerikil” es mengenai tangan saya. Tiba-tiba ada seorang teman yang lari dengan membawa nampan, dia tadahkan juga nampan itu keluar jendela, ketika ditanya “ngapain ente Son?” dengan santainya dia menjawab “mo bikin es teh” katanya, tentu saja kami yang ada ditempat itu tertawa, ada-ada saja.
Ada hiburan tersendiri ketika suasana seperti ini datang, selain karena memang jarang-jarang terjadi, dan hujan di Cairo biasanya hanya dalam hitungan 3 kali dalam satu tahun, itupun sebagai tanda, awal masuk musim dingin, pertengahan musim dingin (memasuki puncak musim dingin) dan akhir musim dingin (penutup musim dingin), hujan juga mengingatkan kami akan kampung halaman kami, bedanya ketika hujan turun di kampung halaman ada semacam bau tanah dan itu has sekali, tapi di Cairo tidak, bedanya lagi hujan dikampung halaman, Indonesia umumnya sudah tidak pakai musim, alias sepanjang tahun sambung-menyambung, di Cairo masih tetap terjadwal tiga kali dalam setahun, hanya musim dingin saja, meskipun juga ada beberapa perubahan yang terjadi dalam dua tahun terakhir ini mulai diikuti turunnya kerikil-kerikil es.
Di Indonesia mungkin sudah sering terjadi hujan yang diikuti turunnya es, di Malang dan beberapa tempat di Indonesia pernah mengalami hal serupa dan mungkin kerikil-kerikil esnya bisa lebih besar, tapi di Cairo tentu saja menjadi pemandangan dan perbincangan luar biasa, itu bisa dilihat di beberapa status facebook teman-teman Cairo yang ramai membicarakan “Cairo hujan es”
Genangan air yang muncul sesaat setelah hujan reda, juga sudah menjadi hal biasa di Cairo, karena mungkin memang tidak disiapkan untuk musim hujan yang hanya turun tiga kali dalam setahun, jadi penerapan sistem drainasepun kurang optimal.
Bagaimana dengan Indonesia yang memang sudah pasti dengan musim hujannya, kenapa sistem drainasenya tidak optimal, bahkan terkesan dibiarkan saja, terutama Jakarta Ibukota Indonesia, mungkin bisa juga ditambah menjadi "Ibukota banjir Indonesia".
Selamat menikmati weekend bersama keluarga :)