Kita semua adalah kelas pekerja/kelas menengah di Indonesia sadar akan apa yang hendak di aspirasikan oleh organisasi buruh tersebut, tapi kami tak rela aspirasi kami kemudian di perjuangkan dengan cara-cara yang merugikan orang lain atau bahkan melanggar hukum. Jalan tol atau Bandar udara adalah fasilitas umum yang menjadi hak semua orang, jangan memperjuangkan HAK kami dengan cara mengorbankan HAK orang lain. Boleh jadi dihari ini ada orang yang harus mengantar jenazah ke TPU yang terganggu oleh iring-iringan bis, atau bahkan ada yang tak bisa mendapat perawatan gawat darurat karena jalan ke arah rumah sakit di tutup.
Jika kita mencermati inti tuntutan buruh dari tahun-ketahun adalah: kenaikan upah, jaminan hari tua dan jaminan kesehatan. Kenaikan upah setiap tahunnya tidak akan terasa dampaknya oleh buruh jika komponen utama biaya hidup mereka juga terus merangkak naik. Komponen utama biaya hidup ini misalnya tempat tinggal, transportasi, pendidikan, dan biaya kesehatan. Fenomena Ini bagaikan lingkaran setan yang tak ada ujungnya, upah sebesar apapun tak akan berarti jika biaya hidup mereka juga terus naik.
Biaya hidup yang terus naik ini sebenarnya akar permasalahannya adalah kegagalan pemerintah dalam berbagai programnya yang harusnya bisa meringankan beban pengeluaran kaum menengah dan buruh namun tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga membebani pendapatan mereka. Program program ini antara lain :
1. Kegagalan menghadirkan perumahan yang layak, sehat dan murah menyebabkan buruh harus kos yang harus mereka bayar sekitar Rp. 300.000,- s/d Rp. 400.000,- sebulannya. Jika mereka belum berkeluarga mereka bisa tinggal 2-4 orang dalam satu kamar karena sift kerja masing-masing berbeda.
2. Kegagalan menghadirkan transportasi massal yang murah, aman dan nyaman serta infrastruktur transportasi yang memadai menyebabkan para buruh yang tinggal jauh dari pabrik harus menggunakan kendaraan umum atau bahkan banyak yang harus mencicil motor yang bisa menggrogoti hampir sepertiga dari upah mereka.
3. Kegagalan pemerintah menjamin terjangkaunya harga pangan menyebabkan buruh untuk dapat makan sehat dan bergizi harus menanggung biaya makan sangat besar untuk diri dan keluarganya.
4. Pendidikan memang menjadi prioritas pemerintah, namun tetap saja ada biaya untuk mengakses pendidikan tersebut. Kaum menengah dan buruh masih harus menanggung biaya transport anak-anak mereka ke sekolah bahkan uang jajan harian mereka pun turut menjadi komponen biaya tambahan.
5. Kegagalan program jaminan kesehatan dan hari tua juga menjadi biaya tambahan yang harus dikeluarkan mereka sewaktu-waktu.
Jikalau saja kita berandai-andai pemerintah mampu memberikan solusi ke-5 komponen utama tersebut, sebenarnya buruh tak perlu melakukan demo kenaikan upah, karena dengan upah Rp. 1,5 juta saja tapi diterima utuh tanpa "potongan" cicilan motor, mahalnya biaya pangan/makan, rumah, akses pendidikan, dan kesehatan maka mereka akan cukup sejahtera.
Untuk itu tuntutan buruh sebaiknya berubah, jika tadinya aksi mereka cenderung "egois" dengan meminta kenaikan upah saja, ada baiknya berevolusi menjadi tuntutan kepada pemerintah untuk memberikan solusi ke-5 masalah diatas. Yang tentunya menjadi solusi permasalahan semua orang, sekedar contoh jika buruh mampu menyuarakan pembenahan infrastruktur dan transportasi massal maka aksi mereka akan memperoleh simpati dan dukungan karena bahkan pengusaha pemilik pabrik sekalipun sudah berulangkali mengeluhkan susahnya akses transportasi dari pabrik ke bandara atau ke pelabuhan sehingga membebani biaya produksi yang pada akhirnya mengurangi margin keuntungan perusahaan sehingga kemampuan mereka untuk membayar upah lebih tinggi jadi terkendala.