Dia diam
Seperti biasa tak berekspresi
Tatapan yang tak mudah kupahami
Aku terpaku melihat amarahnya
Mungkin aku yang salah?
Mungkin juga dia yang terlalu egois
Gemuruh pertanyaan dalam amarah
Memenuhi relung hatiku
Karena sebuah asa menunjukkan kedahsyatan diri
Hingga begitu mudah menggores putihnya kanvas dengan tinta kemarahan
Kini kanvas telah tercoreng tinta yang tak bermakna
Yang seharusnya tak terjadi jika dia tahu menempatkan diri