Grace Stamper: Daddy? Grace Stamper: Hi Gracey. Hi honey. Grace, I know I promised you I was coming home. Grace Stamper: I don't understand. Harry Stamper: Looks like I'm going to have to break that promise. Grace Stamper: I lied to you too. When I told you I didn't want to be like you. Because I am like you. Everything good that I have inside of me, I have from you. I love you so much daddy. And I'm so proud of you, I'm so scared. I'm so scared. Harry Stamper: I know it baby. But there won't be anything to be scared of soon. Gracey, I want you to know that AJ saved us. He did. I want you to tell Chick, that I couldn't have done it without him. None of it. I want you to take care of AJ. And I wish I could be there to walk you down the aisle, but I'll... I'll look in on you from time to time, okay honey? I love you Grace. Grace Stamper: I love you too. Harry Stamper: Gotta go now honey. Grace Stamper: Daddy, no! [Harry cuts the video feed] Grace Stamper: No dad no!
Itu adalah potongan dialog yang dramatis adegan ini itu mengingatkanku pada ayahku, aku sedang menonton film Armageddon (entah untuk yang keseratus…sekian kali,ini film favoritku), film ini selain tentang kiamat yang nyaris terjadi gara-gara asteroid, film ini juga menceritakan tentang hubungan ayah-anak yang disfungsional, pada awalnya, tapi memang benar ungkapan bahwa darah memang lebih kental daripada air, seberapapun seringnya kita bertengkar, pertengkaran ayah-anak takkan pernah berlangsung lama (aku sering bertengkar dengan ayahku, dari rebutan remote tv sampe salah satu perkelahian hebat 2010 lalau yang paling kusesali tak tak ingin kuingat lagi), Harry Stamper pada akhirnya mungkin tak bisa menepati janjinya untuk pulang pada putrinya, tapi setidaknya dia berjanji untuk membawa (lebih tepatnya mengirim, karena Harry sendiri tak ikut serta)pulang tunangan putrinya.
Aku selalu merasa emosional setiap kali menonton film tentang hubungan antara ayah dan anak, selain Armageddon, film hubungan tentang ayah anak favoritku, adalah I am Sam dan The Game Plan. Ayah, memang selalu kalah dari ibu, di rumah ayah selalu jadi sosok yang akan dicari setelah ibu, tidak semua anak dekat dengan ayahnya, ayah tidak selalu berada disisi kita ketika, ayah tak tau warna favorit kita, ayah tak tau apa hobi kita, ayah tak pernah tau bagaimana perasaan ketika putrinya patah hati, tapi ayah selalu mencinta kita dengan caranya yang berbeda, aku percaya, karena ketika dia menelpon tanpa alasan dan marah-marah tak jelas, aku tau itu artinya dia merindukanku, aku tau dia tau siapa pacar pertamaku di SMP dulu, yeah karena dia mengawasiku “mengerjakan PR Matematika” di ruang tamu, dan dia sering bertanya hal-hal tak penting pada cowok yang kubilang temanku, dan dia pikir aku masih memacari cowok yang sama cowok yang dulu sering ke rumah ketika dia bertemu lagi cowok yang sama itu saat dia mengunjungi di kosanku ketika aku kuliah, aku tau dia selalu membelikanku oleh-oleh buku ketika keluar kota (buku terakhir yang dibelikannya adalah Mein Kampft nya Hitler minggu lalu), aku tau dia akan mengejekku cengeng ketika aku menangis hanya untuk membuatku menangis alih-alih memberikanku tissue, aku tau dia akan tetap bilang nasi gorengku enak meskipun nasi gorengku selalu kelewat pedas yang membuat dia menahan siksaan pedasnya dalam diam, aku tau dia akan sengaja menelponku bertanya hal-hal tak masuk akal, ketika aku dalam perjalanan, kupikir dia hanya ingin menjagaku dalam perjalanan jauhku, aku tau dia selalu mencintaiku, kupikir setelah ini aku ingin menelponnya, walaupun aku yakin dia akan mengomel karena telponku mengganggunya, malam ini adalah jadwalnya main bridge bersama teman-temannya, hehehe love u Bapak Andro.