Namanya Charlie. Seorang anak berusia 10 tahun blasteran Taiwan dan Belanda. Ceria dan banyak bicara. Dia terlihat senang karena dia akan menuju tempat favoritnya, Tamsui, distrik di ujung Taiwan yang mengarah ke Taiwan Strait. Di Taipei Main Station, ketika ia melihat seorang kakek tua tidak mendapat tempat duduk, ia berdiri, mempersilakan si kakek untuk duduk. Ibunya tersenyum. Ketika ditanya apakah dia rela berdiri padahal Tamsui adalah stasiun terakhir yang memakan waktu 40 menit untuk mencapainya, si kecil Charlie menjawab,”It’s fine. That grandpa needs the seat more than me. I am happy because it’s not a school day and I still can have an achievement today. Helping others is as important as getting 100 for homework, right?”. Beberapa orang yang mendengarnya sedikit terhenyak. Termasuk saya.