Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Menikah di Korea

12 Maret 2012   14:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:10 1173 1

Eh, apa?

Iya, tahun lalu pas di Korea saya menikah lho. Tapi di panggung Cookin’ Nanta.

Bagi sebagian orang, Korea selalu identik dengan operasi plastik, Girls Generation, atau Hyun Bin. Saya harus meng-Google si Hyun Bin dulu sebelum menulis ini lho (saya mikir, siapa sih aktor Korea yang paling terkenal?). Hahaha. Saya bukan penggemar drama atau artis-artis begitu. Sebenarnya agak ‘ironis’ karena saya tinggal di Taiwan tapi tidak nge-fans dengan Jay Chou (Wang Lee Hom okelah, karena dia pintar), pernah ke Korea tapi tidak pergi ke tempat-tempat syuting drama Korea atau ‘berburu’ artis. Saya juga tidak bakal ngeh kalau diperlihatkan foto artis Korea.

Ketika ke Korea kemarin, saya menyempatkan diri untuk menonton Cookin’ Nanta. Cookin’ Nanta ini adalah sebuah show, non-verbal, artinya lebih mengutamakan gerakan dan raut muka dan hanya sesekali menyelipkan kata-kata. Seperti sendratari kalau di Indonesia, bedanya, Cookin’ Nanta ini dikemas modern, bukan berlatar belakang jaman dahulu.

Apa istimewanya?

Seperti judulnya, show ini temanya memasak. Tapi bukan demo masak ya. Cerita intinya adalah tentang koki dan pegawai hotel yang harus berlomba dengan waktu untuk memasak karena akan ada pesta pernikahan. Di awal show, layar yang besar diturunkan dan terdapat penjelasan mengenai inti cerita. Setelahnya ada instruksi bagaimana penonton harus bertepuk tangan atau berteriak, termasuk ‘praktek’ bertepuk tangan yang benar.

Layar lalu ditarik kembali, dan panggung menjadi gelap. Empat drum digeser ke tengah panggung, dan 4 siluet berjalan ke panggung, lalu terdengar suara musik menghentak. Nah, suara musik (artificial) ini dibarengi dengan suara asli dari drum yang dipukul dan juga dari gerakan mengiris kubis dengan pisau. Lucu dan herannya bisa terdengar harmonis. Atraksi pembukaan singkat ini berlangsung selama lima menit dan kemudian cerita sebenarnya dimulai.

Ada 5 tokoh utama di Cookin’ Nanta: manajer, kepala koki (head chef), sang wanita (female), sexy guy, dan keponakan sang manajer (nephew). Manajer ini memberikan instruksi pada anak buahnya untuk memasak hanya dalam waktu 1 jam (untuk pesta pernikahan) dan dia ‘membawa’ keponakannya yang katanya juga bisa memasak untuk membantu. Manajer kemudian berlalu, dan ‘keributan’ dimulai. Para pegawai ini benar-benar membawa pisau, talenan, ulekan, panci, dan segala macam peralatan masak lainnya; lalu ‘bekerja’ dengan irama yang disesuaikan dengan musik. Aktingnya tentu saja agak lebay, kubis dan wortel bertebaran kemana-mana, tumpukan piring setinggi 1,5 meter yang harus dibawa, termasuk adegan taksir menaksir antara si female dan sexy guy. Sesekali si manajer kembali ke dapur dan memeriksa. Banyak sekali adegan yang membuat penonton tertawa, misalnya ketika si head chef ‘nyangkut’ di tempat sampah karena terpeleset, pisau-pisau yang beterbangan ketika mereka hendak menyembelih bebek, dan masih banyak lagi. Tapi semuanya harmonis. Gerakan, musik, alur cerita, dan mimik tokoh-tokoh ini semuanya lucu dan menarik. Puas ketawanya. Hahaha.

Di antara proses masak-memasak itu, mereka akan mengundang penonton ke atas panggung untuk ‘ikut’ memasak. Ketika membuat ‘dumpling’, misalnya, mereka membagi diri menjadi dua tim yang berlomba-lomba membuat ‘dumpling’ paling cepat, dengan bantuan beberapa penonton. Menjelang akhir acara (yaitu pesta perkawinannya), mereka mengundang penonton lagi untuk ke atas panggung untuk menjadi pasangan pengantinnya. Dan voila, saya yang diajak naik ke atas panggung. Hahaha. Saya jadi pengantin dadakan dengan seorang wisatawan entah berasal darimana. Pokoknya diajak ke atas panggung, dipasangi ‘baju’ dan tutup kepala ala pengantin Korea. Walah, di atas panggung kami cuma bengong berdua sambil makan sup jagung yang enak, sementara yang lain tetap berakting. Lucu juga. Hihi.

Show 100 menit ini diakhir dengan tepuk tangan meriah dari penonton. Harga tiketnya memang cukup mahal, tiket termurah di Myeongdong Nanta Theater harganya KRW 50.000 (IDR 400.000), itu untuk tempat duduk di balkon dan bagian belakang, yang artinya sedikit kesempatan untuk ikut naik panggung. Tempat duduk strategis harganya KRW 60.000 (IDR 490.000), dan usahakan memiliki tempat di bagian pinggir kalau ingin merasakan menikah di atas panggung. Haha.

Setiap hari Cookin’ Nanta ‘ditayangkan’ tiga kali, dan setiap hari biasanya berbeda tim. Satu tim tetap terdiri dari 5 tokoh utama, hanya memang personilnya berganti-ganti. Ada 8 tim yang dinamai dengan warna, yaitu tim Hitam, Cokelat, Ungu, Kuning, Merah, Biru, Putih, dan Oranye.

Cookin’ Nanta ini juga punya roadshow keliling dunia lho saking terkenalnya. Konsepnya menurut saya memang brilian; modern namun tetap ada nilai tradisional Korea-nya (jenis masakan, adegan berdoa sebelum memasak) dan dikemas dengan kesederhanaan tanpa kata serta mengedepankan gerakan dan permainan raut muka yang menghibur. Setidaknya semua orang bisa mengikuti tanpa harus mengerti bahasa Korea.

Jadi, Korea bukan cuma Nami Island atau Hyun Bin. Sempatkan diri nonton Cookin’ Nanta yaaa :)

Annyeonghee gyeesaeyo :)

-Citra

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun