Dalam dunia yang semakin digital, keamanan dan keberlanjutan operasional sistem informasi menjadi prioritas utama, terutama bagi sistem kritis seperti Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Artikel yang ditulis oleh Christine Mayasamy Pentury dan Johan Jimmy Carter Tambotoh dari Universitas Kristen Satya Wacana ini menawarkan analisis dan mitigasi risiko pada SIAK di Kabupaten Seram Barat. Penelitian ini menggunakan standar ISO 31000 dan metode House of Risk (HOR) untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menetapkan langkah mitigasi bagi risiko operasional sistem informasi yang berperan vital bagi administrasi kependudukan di wilayah tersebut. Dengan ISO 31000 yang menyediakan pendekatan sistematis dalam manajemen risiko, penelitian ini menyoroti betapa pentingnya pengelolaan risiko berbasis data yang bertujuan untuk meminimalisir kerugian dalam layanan publik berbasis teknologi informasi.
Angka-angka dalam artikel ini menegaskan dampak nyata dari risiko yang ada. Penulis mengidentifikasi 18 risiko potensial yang terbagi ke dalam empat kategori utama, yaitu alam/lingkungan, manusia, sistem, dan infrastruktur. Sebagai contoh, penilaian menunjukkan bahwa 17 risiko berada dalam kategori risiko menengah, sementara satu risiko, yaitu ketidakstabilan jaringan, masuk dalam kategori risiko tinggi dengan nilai Aggregate Risk Potential (ARP) tertinggi sebesar 372. Pentingnya analisis ini tidak dapat dilebih-lebihkan, mengingat data kependudukan yang dikelola oleh SIAK sangat sensitif dan membutuhkan perlindungan tingkat tinggi. Menghadapi risiko yang besar dari ketidakstabilan jaringan, artikel ini memberikan rekomendasi untuk membangun ruangan yang tahan bencana bagi peralatan penting serta menjalin kerjasama dengan penyedia internet demi menjamin stabilitas jaringan.
Pendekatan komprehensif yang digunakan dalam penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana manajemen risiko yang efektif dapat diterapkan untuk menjaga keberlanjutan operasional sistem administrasi kependudukan yang sangat penting ini.
Pendekatan yang digunakan oleh Pentury dan Tambotoh dalam menggabungkan ISO 31000 dan House of Risk (HOR) adalah langkah cerdas untuk menghadapi tantangan risiko teknologi dalam sistem informasi. Dengan ISO 31000, proses manajemen risiko menjadi lebih sistematis, dimulai dari identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko. Dalam tahap ini, penulis menemukan bahwa ketidakstabilan jaringan merupakan ancaman utama bagi keberlanjutan sistem SIAK, dengan nilai ARP yang signifikan. Risiko ini tidak hanya mengganggu kelancaran operasi, tetapi juga berpotensi menimbulkan konsekuensi serius dalam aksesibilitas data kependudukan yang vital. Risiko-risiko lain seperti gangguan dari faktor alam (gempa bumi, banjir) dan faktor manusia (kesalahan operator dan kurangnya kompetensi) juga diidentifikasi sebagai ancaman dengan frekuensi dan dampak tertentu.
Selain itu, HOR menjadi elemen penting dalam mengukur prioritas mitigasi risiko. Melalui tahapan HOR1, artikel ini menetapkan prioritas risiko berdasarkan ARP yang tertinggi, di mana ketidakstabilan jaringan (A7) menempati urutan pertama dengan nilai ARP sebesar 372, diikuti oleh kekurangan infrastruktur sistem (A8) dengan ARP 351, dan peralatan yang tidak memadai (A5) dengan ARP 174. Pentingnya mitigasi ini tercermin dalam data yang menunjukkan bahwa langkah-langkah pencegahan, seperti PA1 (membangun ruangan tahan bencana) dan PA4 (kerjasama dengan penyedia internet), secara kumulatif dapat mengurangi hingga 60% dari total risiko yang ada, menciptakan perlindungan signifikan untuk SIAK. HOR2 membantu menentukan tindakan yang paling efektif dan efisien, dengan prioritas utama diberikan pada tindakan yang dapat mengatasi ketidakstabilan jaringan dan kelangkaan sumber daya.
Penulis juga menguraikan langkah-langkah spesifik seperti kerjasama dengan Telkom untuk memperkuat jaringan internet dan pembangunan fasilitas penunjang untuk perangkat penting seperti server SIAK dan peralatan rekam cetak e-KTP. Dampak positif dari tindakan ini tidak hanya meningkatkan kinerja layanan, tetapi juga berdampak langsung pada kepuasan publik, terutama bagi masyarakat sekitar yang bergantung pada data kependudukan yang akurat dan dapat diakses. Dari perspektif keuangan, meskipun mitigasi ini membutuhkan investasi awal, efektivitas biaya yang ditampilkan dalam HOR menunjukkan nilai ETD sebesar 2,466 untuk tindakan PA1, menjadikannya prioritas utama karena memiliki dampak tinggi terhadap risiko dengan tingkat kesulitan relatif rendah.
Penelitian ini memberikan kerangka kerja yang tidak hanya relevan bagi Kabupaten Seram Barat tetapi juga dapat diadaptasi oleh pemerintah daerah lain yang menghadapi masalah serupa. Melalui penerapan ISO 31000 dan HOR, penelitian ini menawarkan panduan praktis yang mempertimbangkan kebutuhan sumber daya dan risiko infrastruktur, menjadikannya referensi berharga dalam pengelolaan risiko di sektor publik.
Dalam kesimpulannya, artikel karya Pentury dan Tambotoh ini menunjukkan pentingnya pengelolaan risiko yang cermat untuk menjaga keberlanjutan operasional Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Dengan pendekatan kombinatif antara ISO 31000 dan House of Risk (HOR), penelitian ini berhasil mengidentifikasi risiko utama yang dihadapi SIAK di Kabupaten Seram Barat, terutama terkait ketidakstabilan jaringan yang memiliki dampak signifikan pada kualitas pelayanan publik. Melalui langkah-langkah mitigasi yang terstruktur, seperti pembangunan ruangan tahan bencana dan kolaborasi dengan penyedia jaringan internet, penelitian ini mampu mengurangi risiko yang ada hingga 60%, sebuah pencapaian yang relevan dalam konteks manajemen risiko.
Implikasi penelitian ini sangat signifikan, terutama dalam memberikan panduan praktis bagi pengambil kebijakan di sektor publik. Dengan hasil yang terbukti efektif, studi ini menunjukkan bahwa investasi pada infrastruktur jaringan dan fasilitas fisik untuk perangkat kritis adalah langkah penting untuk memperkuat sistem informasi publik. Di samping itu, pendekatan mitigasi berbasis data seperti yang ditunjukkan oleh HOR dapat membantu pemerintah dalam merumuskan strategi yang tepat guna untuk menekan risiko, sekaligus menjaga kepercayaan publik terhadap layanan administrasi kependudukan. Maka, kontribusi penelitian ini tidak hanya terbatas pada SIAK di Seram Barat, tetapi juga dapat diadaptasi di berbagai wilayah lain dengan tantangan serupa.