Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Minyak Biji Nyamplung: Sumber Energi Terbarukan Gagasan Wahyudi Anggoro

25 November 2010   01:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 669 0
Satu lagi pemuda Indonesia yang mampu menemukan kegunaan salah satu jenis sumber daya alam yang tersedia melimpah di tanah air. Pemuda tersebut bernama Wahyudi Anggoro, seorang pria muda kelahiran kota Gudeg tahun 1979. Ia melakukan penelitian terhadap potensi biji nyamplung (Callophylum inophyllum L.) yang pada akhirnya bisa mengantarnya pada sebuah simpulan bahwa biji nyamplung bisa diolah menjadi berbagai macam komoditas seperti bahan bakar biodiesel, pakan ternak, bahan oleokimia, gliserin, pupuk organik, dan sebagainya. Penelitian Wahyudi tersebut membuat minyak biji jarak pagar yang selama ini menjadi primadona sumber bahan bakar nabati menjadi tersingkir. Salah satu temuan penting Wahyudi ialah bahwa rendemen minyak biji nyamplung lebih tinggi dari jenis lain (jarak pagar 40-60%, sawit 46-54 %; dan nyamplung 40-73 %).

Nyamplung sendiri merupakan jenis vegetasi yang mudah tumbuh dan sebarannya cukup merata di seluruh pelosok tanah air (dari Kepulauan Seribu hingga Biak), teristimewa kawasan pantai. Menurut hasil pemantauan citra satelit tahun 2003, secara alami pohon nyamplung tumbuh di areal sekitar 480.000 hektar di seluruh Indonesia. Nyamplung dahulu dimanfaatkan sebagai kayu penyangga rel kereta api agar tidak goyah. Di luar tanah air, beberapa negara dan kawasan tertentu juga tercatat sebagai habitat nyamplung, seperti Madagaskar, Amerika Selatan, Kepulauan Pasifik dan lain-lain.

Sejumlah keunggulan tanaman nyamplung ialah buahnya yang bisa dipanen sepanjang tahun, tahan dengan lingkungan seperti apapun, seluruh bagian pohon bisa diambil manfaatnya, cocok untuk iklim kering, dapat digunakan sebagai tanaman pemecah angin bagi tanaman pertanian, pencegah abrasi, dapat digunakan sebagai bahan bangunan, getahnya diduga bisa menekan perkembangan virus HIV. Bunga dan daun nyamplung bahkan bisa digunakan pengharum minyak rambut, minyak urut, pelitur, dan sebagainya.

Wahyudi sendiri sekarang sedang bekerja keras menjadi pemasok bahan bakar untuk sebuah BTS (Base Transmitter Station/ menara pemancar seluler). Ia harus menyediakan setidaknya 20.000 liter bahan bakar untuk menjalankan menara tersebut. Perlahan tetapi pasti Wahyudi mencoba untuk memperkenalkan bahan bakar nabati temuannya ini di tengah dominasi bahan bakar fosil yang sangat kuat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun