[caption id="attachment_199523" align="alignleft" width="300" caption="Siapakah entrepreneur sejati itu?"][/caption] Seorang anak sedang begitu asyik duduk di jalan depan rumah. Ia menata beberapa wadah makanan berisi kue-kue kering buatan neneknya. Begitu sibuknya menata 'barang dagangan' hingga ia tidak menyadari kakeknya mendekat. Sang kakek penasaran dan memutuskan mendekati si cucu, "Wadahnya kok dibawa ke sini semua, cu? Itu kue milik siapa semua?" Sang cucu belia menjawab dengan antusiasme polos, "Ini kue-kue buatan oma, opa. Aku mau jual kue-kuenya." Begitulah cerita singkat menarik yang dituturkan kembali dengan lugas oleh sang kakek - Dr. Ir. Ciputra - mengenai 'keisengan' kreatif cucunya di hadapan ratusan hadirin di sebuah acara bertajuk "Wirausaha Mandiri- Langkah Pasti Membangun Negeri" pada beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 1 Juli 2010. Dalam rangkaian perhelatan megah itu, Dr. Ir. Ciputra memang didaulat menjadi salah seorang pembicara utama. Pak Ci - begitu pria berkepribadian kharismatik ini biasa disapa - terlihat lancar menyampaikan ide-ide dan pengalamannya dalam menjalani kehidupan sebagai entrepreneur tangguh di hadapan kurang lebih 400 pasang mata. Mengamati Pak Ci dan begitu banyak entrepreneur sukses lainnya, kita sering bertanya apakah karakteristik fundamental yang membedakan seorang entrepreneur dengan non-entrepreneur. Itulah sebuah pertanyaan yang cukup klasik dan sederhana tetapi belum banyak diketahui jawabannya. Mendengar kata "entrepreneur", kita cenderung menghubungkannya dengan peran besar dalam kemajuan perekonomian dalam suatu masyarakat, negara, dan bangsa. Namun, jika ditilik lebih seksama, arti peran besar entrepreneur bukan hanya sekedar mencetak laba besar untuk perusahaannya saja, tetapi juga peran aktifnya dalam usaha membangun peradaban suatu masyarakat. Dengan kata lain, entrepreneur terlalu dangkal jika diartikan sebagai pebisnis, pedagang, atau makelar, dan sebagainya. Seorang entrepreneur harus memberikan sumbangsih positif kepada masyarakat sekitarnya di mana ia berada. Entrepreneur sejati tidak tinggal di menara gading yang penuh kemewahan (meski ia sejujurnya bisa) tetapi menjejakkan kakinya ke tanah untuk menikmati kebersamaan dengan sesama dan maju bersama orang lain, alih-alih meninggalkan mereka.
Sejarah Entrepreneur Richard Cantillon di tahun 1730 mengemukakan sebuah terminologi baru: entrepreneur. Cantillon berargumen bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang mempekerjakan dirinya sendiri dengan pendapatan yang tidak pasti. Inti dari usaha entrepreneur, menurut sang pencipta istilah, adalah menanggung risiko. Setiap tindakan dalam rangka entrepreneurship dapat dipastikan terkait dengan risiko, baik kecil atau besar. Seorang pedagang selalu mengalami fluktuasi omset, penghasilan, dan sebagainya. Begitulah dunia entrepreneur, penuh ketidakpastian dan risiko. Sementara itu, ahli ekonomi bernama Jean Baptiste Say mendefinisikan 'entrepreneur' sebagai seorang koordinator produksi dengan kemampuan manajerial. Entrepreneur adalah sebuah aksis alias poros yang menjadi pusat perputaran segala sesuatu, layaknya matahari yang menjadi pusat tata surya. Entrepreneur menurut Say mempunyai kemampuan untuk mengolah ide-ide abstrak menjadi hal-hal konkret yang dapat dinikmati masyarakat luas. Selain Cantillion dan Say, Joseph Schumpeter di tahun 1910 memberikan pengertian tentang entrepreneur. Menurutnya, entrepreneur ialah seorang inovator yang kreatif, dan karena kreatif, ia menjadi seorang dengan pola pikir non-konformis, selalu menentang arus. Entrepreneur selalu memiliki sudut pandang dan cara pikir berbeda dari masyarakat kebanyakan. Ia aneh, menyimpang, kadang ditentang, bahkan dianggap gila dan eksentrik. Akan tetapi, memang begitulah seorang entrepreneur seharusnya. Saat semua orang berlomba mencari kerja, seorang entrepreneur menciptakan lapangan kerjanya sendiri. Saat semua orang bekerja untuk dirinya sendiri, entrepreneur bekerja untuk dirinya dan segenap karyawan dan masyarakat sekitarnya. Merekalah
positively deviant people (orang-orang yang menyimpang dalam arti positif). Setelah itu, muncullah seorang intektual abad ke-20 bernama D. C.McClelland yang di tahun 1961 menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi (a high need of achievement). Dan seperti Cantillion, Robert L. Burdner (1962) juga menandaskan bahwa entrepreneur memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap ketidakpastian. Singkatnya, semua definisi yang sebitu selalu memuat hal-hal berikut:
kreativitas, inovasi, kepemimpinan, dan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian.
Karakteristik-karakteristik Seorang Entrepreneur
Inilah beberapa karakteristik yang mutlak dimiliki seorang entrepreneur sukses. Pastikan Anda memiliki sebanyak mungkin karakter berikut ini, jika belum, berlatihlah.
BERANI AMBIL RISIKO
Risk taker atau orang yang suka menghadapi risiko adalah orang yang berpotensi menjadi seorang entrepreneur. Meski memiliki sifat ini tidak sepenuhnya menjamin keberhasilan, setidaknya itulah yang diperlukan saat memulai suatu usaha. Sebagai entrepreneur, Anda tidak bisa menghindari risiko. Keberanian untuk mengambil risiko ini tentu saja bukan keberanian yang membabi buta tanpa alasan dan dasar yang jelas dan kokoh.
KREATIF
Kreativitas lekat dengan unsur inovasi, dan inovasi selalu dapat membantu sebuah usaha untuk lebih maju mengikuti perkembangan jaman yang dinamis. Tanpa kreativitas, sebuah perusahaan akan terasa jalan di tempat dan stagnan, sebelum akhirnya harus menyerah dengan persaingan. Dan kreativitas harus dilakukan secara berkesinambungan, tidak sporadis atau tanpa keteraturan. Misalnya, sebuah bisnis milik Anita Crook yang bernama "Pouchee". Produknya berupa sebuah tas tangan wanita trendi yang dilengkapi kantong-kantong untuk mengelompokkan barang yang dibawa dengan praktis. Produknya meledak di pasaran, tetapi itu tidak membuat Crook berhenti untuk berkreasi karena Crook tahu bahwa konsumennya akan lebih menyukai produknya jika model dan desain baru yang lebih bagus dan menarik dapat dikeluarkan terus menerus.
Sifat kreatif juga membuat Anda sanggup melihat celah-celah peluang yang tidak bisa dilihat orang lain pada umumnya. Celah-celah peluang ada di mana saja tetapi membutuhkan sebuah kejelian kreatif untuk dapat menemukan sebuah ide atau konsep dari sesuatu yang tak terduga. Bagi entrepreneur sejati, semuanya bisa menjadi peluang dan bahkan kegagalan bisa diubah menjadi peluang emas.
KEMBALI KE ARTIKEL