Untuk mengenang jasa para penerbang tempur Indonesia yg gugur dalam menunaikan tugas negara, berikut ini disajikan daftarnya, menurut urutan tanggal kematian mereka. (Catatan: pangkat mereka berdasarkan pangkat yg mereka sandang pada saat gugur).
- Opsir Udara II Tarsono Rujito, gugur akibat kecelakaan pesawat Cureng di daerah Cipatujah, Tasikmalaya, pada 2 September 1946 saat melakukan Cross-Country Flight.
- Opsir Udara II Husein Sastranegara, gugur saat latihan dengan pesawat Cukiu yg jatuh pada 26 September 1946 di kampung Gowongan Lor, Yogyakarta. Pesawat tsb sedianya disiapkan sebagai pesawat cadangan untuk menjemput PM Sutan Sjahrir. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara Andir sekaligus bandara internasional di Bandung.
- Kadet Udara I Wim Prajitno, gugur dalam kecelakaan pesawat Cukiu di Ambarawa pada 3 Oktober 1946 saat melakukan Cross-Country Flight bersama KU I Suharto.
- Kadet Udara I Suharto, gugur dalam kecelakaan pesawat Cukiu di Ambarawa pada 3 Oktober 1946 saat melakukan Cross-Country Flight bersama KU I Wim Prajitno.
- , sebelum Belanda mengadakan agresi militer pertamanya, Abdulrachman Saleh bersama Adisutjipto ditugaskan ke India. Dalam perjalanan pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri. Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara TNI-AU dan bandara komersial di Malang, yg sebelumnya dikenal sebagai Lanud Bugis.
- Komodor Udara Agustinus Adisucipto, gugur bersama Komodor Udara Abdulrahman Saleh sekembali dari India. Pesawat Dakota DC-3 berkode ekor VT-CLA yg ditumpanginya jatuh ditembak oleh dua pesawat P-40 Kittyhawk Belanda di Dusun Ngoto pada tanggal 29 Juli 1947. Jenasah Adisucipto dimakamkan di pekaman umum Kuncen I dan II, dan kemudian pada tanggal 14 Juli 2000 dipindahkan ke Monumen Perjuangan di Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara TNI-AU dan bandara komersial di Yogyakarta, yg sebelumnya dikenal sebagai Lanud Maguwo.
- Komodor Udara Abdul Halim Perdanakusuma, pada tahun 1947, bersama Opsir Udara I Iswahyudi, mantan perwira & penerbang pesawat pembom RAF di Teater Eropa selama Perang Dunia II ini, sedang bertugas ke Songkla Thailand. Dalam penerbangan pulang, pesawat Avro Anson yg dikemudikan Halim dan Iswahyudi jatuh di Tanjung Hantu, Malaya pada 14 Desember 1947. Jenasahnya dimakamkan di Kampung Gunung Mesah, Perak (Malaya), sebelum akhirnya dipindahkan ke TMP Kalibata, Jakarta. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara dan bandara internasional di Cililitan, Jakarta Timur, selain sebagai nama kapal perang TNI-AL kelas fregat bernomor lambung 355.
- Opsir Udara I Iswahyudi, pada tahun 1947, dalam kapasitas sebagai Komandan Lanud Gadut Bukittinggi (Sumatera Barat) ditugaskan terbang ke Songkla Thailand bersama Komodor Udara Abdul Halim Perdanakusuma untuk membeli pesawat Avro Anson & senjata. Ketika hendak kembali ke tanah air, pesawat yg mereka terbangkan jatuh di Tanjung Hantu, Malaya pada 14 Desember 1947. Jenasahnya tidak pernah diketemukan. Ketika Perjanjian Haadyai antara Malaysia dengan Partai Komunis Malaya diadakan pada tahun 1989, seorang warga Indonesia turut muncul dalam gencatan senjata tersebut. Seorang penulis nasionalis Malaysia, Ishak Haji Muhammad (Pak Sako), menduga warga Indonesia tersebut ialah Iswahyudi. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara TNI-AU di Maospati, Magetan.
- Opsir Muda Udara II Sunaryo, hilang bersama Opsir Muda Udara II Salim Nahdi dalam penerbangan pesawat Stinson L-5B Sentinel antara Jambi dan Bengkulu pada 7 Juli 1948.
- Opsir Muda Udara II Salim Nahdi, hilang bersama Opsir Muda Udara II Sunaryo dalam penerbangan pesawat Stinson L-5B Sentinel dalam penerbangan antara Jambi dan Bengkulu pada 7 Juli 1948.
- Opsir Udara III Bambang Saptoaji, hilang bersama OU III Santosa, OMU I Sumadi dalam kecelakaan pesawat Dakota C-47 RI-002 yg dipiloti Robert "Bob" Earl Freeberg sewaktu terbang antara Tanjungkarang - Bengkulu pada 1 Oktober 1948. Pesawat dilaporkan sedang mengangkut 20 kg emas yg akan diselundupkan ke luar negeri u/ membeli senjata. Bangkai pesawat baru diketemukan pada 7 April 1978.
- Opsir Udara III Santosa, hilang bersama OU III Bambang Saptoaji, OMU I Sumadi dalam kecelakaan pesawat Dakota C-47 RI-002 dipiloti Robert "Bob" Earl Freeberg sewaktu terbang antara Tanjungkarang - Bengkulu pada 1 Oktober 1948. Pesawat dilaporkan sedang mengangkut 20 kg emas yg akan diselundupkan ke luar negeri u/ membeli senjata. Bangkai pesawat baru diketemukan pada 7 April 1978.
- Opsir Muda Udara I Sumadi, hilang bersama OU III Bambang Saptoaji dan OU III Santosa dalam kecelakaan pesawat Dakota C-47 RI-002 dipiloti Robert "Bob" Earl Freeberg sewaktu terbang antara Tanjungkarang - Bengkulu pada 1 Oktober 1948. Pesawat dilaporkan sedang mengangkut 20 kg emas yg akan diselundupkan ke luar negeri u/ membeli senjata. Bangkai pesawat baru diketemukan pada 7 April 1978.
- Opsir Muda Udara II J. Londa, gugur dalam kecelakaan pesawat Catalina RI-005 yang dicarter oleh Pemerintah RI dalam usaha meloloskan dari saat Agresi Militer 2 & pesawat tenggelam di Sungai Batanghari, Jambi pada 29 Desember 1948. Satu2nya penumpang saksi hidup yang selamat dalam peristiwa ini adalah Letkol TNI AD Prangko.
- Kadet Udara Suryadi, gugur dalam kecelakaan latihan terbang dengan pesawat Chipmunk di tenggara Bauralli, India, tanggal 25 Mei 1949. Beliau adalah salah satu dari 20 orang kadet AURI yang dikirim oleh Pemerintah RI ke Hind Provincial Flying Club di India.
- Opsir Muda Udara I Moeljono, gugur dalam atraksi aerobatik udara menggunakan pesawat P-51 Mustang bersama Skuadron 3 di Surabaya pada 12 April 1951. Moeljono ini adalah kadet penerbang yg menerbangkan pesawat pembom ringan Guntei didampingi petembak udara Kadet Soetardjo yg ditugaskan membom Pelabuhan Semarang pada 29 Juli 1947.
- Letnan Udara I (Pnb) Sjamsudin Noor, gugur dalam kecelakaan pesawat Dakota C-47 kode ekor T-447 di lereng G. Galunggung, Kec. Ciawi, Kab. Tasikmalaya pada 28 Nopember 1950 akibat kerusakan mesin saat terbang dari Lapangan Terbang Andir Bandung ke Lapangan Terbang Tasikmalaya. Namanya diabadikan sebagai pangkalan udara TNI-AU dan bandara komersial di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
- Letnan Udara II (Pnb) Soetedjo, gugur di Pegunungan Garut akibat P-51 Mustang yang dipilotinya ditembak jatuh pemberontak DI/TII pada 16 September 1961.
- Letnan Muda Udara II (Pnb) Poltak Simanjuntak, penerbang MiG-17 Skadron Udara 11, yg disiagakan di Lanud Morotai dalam rangka Operasi Trikora. LMU II Poltak gugur sekitar tahun 1962 di perairan Morotai saat latihan penembakan di laut, kemungkinan mengalami vertigo setelah melakukan manuver dan tidak bisa pull-up (sumber: Perkembangan Lanud Iswahyudi, Subdisjarah TNI-AU, 2003).
- , gugur saat pesawatnya jatuh di Lanud Letfuan, Kep. Kei, Maluku Tenggara pada 26 Juni 1962. Saat itu Gunadi akan terbang untuk melakukan patroli dalam rangka Kampanye Trikora. Afterburner Mig-17 berkode ekor 1155 tidak berfungsi pada saat lepas landas dan akhirnya menabrak sebuah bukit kecil di dekat ujung landasan yang tak jauh dari kota Tual.
- , gugur saat pesawat Hercules C-130B berkode ekor T-1307 hilang di sekitar Selat Malaka pada 2 September 1964. Saat itu Djalaludin ditugaskan menerjunkan 47 orang pasukan PGT AURI (Pasukan Gerak Tjepat, sekarang Paskhas TNI-AU) pimpinan Letkol Udara (Pas) Sugiri Sukani dalam rangka misi rahasia Operasi Antasari sebagai bagian dari Kampanye Dwikora. Diduga pesawat tersebut jatuh ditembak oleh pesawat Gloster Javelin milik RAF (AU Inggris), meski sampai saat ini masih disangkal kebenarannya oleh pihak RAF. Sebelum nya, dalam Kampanye Trikora, Djalaludin pernah mengalami pesawatnya jatuh di laut (ditching) di perairan sebelah timur Batu Belah, Maluku Tenggara akibat ditembaki oleh pesawat Neptune Belanda pada 17 Mei 1962. Djalaludin ditawan Belanda sampai dibebaskan pada tahun 1963.
- Kapten Udara (Pnb) Alboin Hutabarat, gugur sebagai copilot Hercules C-130B berkode ekor A1307 yang dipiloti oleh Kapten Udara (Pnb) Djalaludin Tantu di perairan Kalimantan Barat pada 2 September 1964.
- Komodor Udara (Pnb) Nurtanio Pringgoadisuryo, gugur dalam kecelakaan pesawat Aero 45 atau Arev buatan Cekoslowakia yg sedang dimodifikasi dari rongsokan di Bandara Kemayoran hingga bisa terbang lagi dan memiliki kapasitas tangki lebih besar. Pesawatnya jatuh di lapangan terbang Andir Bandung pada 21 Maret 1966. Namanya sempat diabadikan sebagai nama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN, sekarang PT Dirgantara Indonesia) menggantikan LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan).
- Letnan Satu (Pnb) Surindro Supjarso, suami pertama Ibu Mega ini gugur di perairan Biak pada tahun 1970 ketika Skyvan T-701 yang dikemudikannya jatuh dan hilang sampai saat ini. Misteri di balik kecelakaannya belum terungkap sampai sekarang.
- Mayor (Pnb) Sukirwan, gugur di desa Cangkringan lereng Gunung Lawu pada tanggal 18 Februari 1976. Saat itu bersama Lettu (Pnb) Sutadi, mereka sedang melaksanakan latihan terbang formasi. Pesawat T-33 Bird bernomor ekor J-3327 jatuh dan total loss. Keduanya meninggal dunia.
- Letnan Satu (Pnb) Sutadi, gugur di desa Cangkringan lereng Gunung Lawu pada tanggal 18 Februari 1976, bersama Mayor (Pnb) Sukirwan.
- Letnan Satu (Pnb) Ari Prasetya, gugur di Lanud Iswahjudi pada tanggal 27 September 1978 saat melakukan manuver tactical pitch out dengan pesawat T-33 Bird dengan tail number J-3330. Pesawat menimpa shelter pesawat F-86 Sabre dan menewaskan seorang teknisi serta melukai beberapa personel.
- Letnan Satu (Pnb) Juliarto, gugur bersama Lettu (Pnb) Ari Prasetya di Lanuma Iswahjudi pada tanggal 27 September 1978.
- Letnan Dua (Pnb) Hari Mulyono, gugur di Blitar pada tanggal 20 Juni 1980. Peristiwa itu terjadi saat bersama Lettu (Pnb) Hartono mengadakan latihan rutin dengan menggunakan pesawat T-33 Bird. Pesawat yang diawaki jatuh menimpa perumahan penduduk dan mengakibatkan beberapa rumah terbakar. Kejadian ini bertepatan dengan digelarnya manuver lapangan latihan Elang Indopura yang pertama.
- Letnan Satu (Pnb) Hartono, gugur di Blitar pada 20 Juni 1980 bersama Letda (Pnb) Hari Mulyono.
- Mayor (Pnb) Budihardjo Surono, gugur di atas langit Ponorogo pada tahun 1980. Ketika itu sedang melakukan high speed run test di atas ketinggian 3.500 meter dengan pesawat F-86 Sabre. Karena pesawat tersebut sudah tua dan diterbangkan di atas kecepatan suara, maka sayap pesawat tidak mampu menahan tekanan angin yang mengakibatkan sayapnya lepas. Selanjutnya pesawat menghujam ke bawah membentuk spiral dive dan meledak. Mayor Budi masih sempat eject, namun karena dilakukan dalam kecepatan yang sangat tinggi, beliau gugur sebelum menyentuh tanah. Baju terbang yang dipakainya lengket dengan tubuhnya karena impact kecepatan yang sangat tinggi.
- Kapten (Pnb) Sodik, gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130H MP berkode ekor AI-1322 yg dimodifikasi sebagai Patroli Maritim di Gunung Sibayak, Sumatera Utara pada 21 Nopember 1985. Faktor kelelahan karena terbang melebihi toleransi setelah berpatroli selama lebih dari 12 jam menyebabkan pesawat menabrak gunung saat bermanuver hendak bersiap2 mendarat di lanud Polonia (sekarang disebut Lanud Soewondo) Medan dalam penerbangan Padang-Medan.
- Mayor (Pnb) Syamsul Aminullah, gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 kode ekor A-1234 di Condet, Jakarta Timur selepas take-off dari Lanud Halim Perdanakusuma dan menewaskan 119 orang, termasuk 11 awak dan penumpang pesawat serta 2 orang penduduk. Pesawat tersebut sedianya akan berparade udara dalam rangka hari ABRI 5 Oktober 1991.
- Kapten (Pnb) Bambang Sugeng, gugur sebagai copilot Hercules C-130 kode ekor A-1234 di Condet, Jakarta Timur pada 5 Oktober 1991, mendampingi pilot Mayor (Pnb) Syamsul Aminullah.
- Kapten (Pnb) Dwi Sasongko, gugur di Lanuma Halim Perdanakusuma tanggal 10 Maret 1997. Kecelakaan ini terjadi setelah pesawat F-16 bernomor ekor TS-1607 yang diawakinya baru saja selesai melaksanakan Air Combat Patrol di atas ibukota dan sekitarnya. Pada saat cuaca mendung disertai angin kencang. Pesawat jatuh terhempas saat akan melakukan pendaratan di ujung landasan sebelah timur Lanud Halim PK. Kapten Pnb Dwi Sasongko gugur dalam musibah ini. Ditengarai pesawat mengalami undershoot, menjejak daratan sebelum masuk ambang landasan. pesawat menyenggol tiang ILS dan terjerembab di tebing landasan. Versi lain menyebut, pada cuaca buruk itu pesawat terkena downdraft dan jatuh di ujung landasan.
- Letnan Kolonel (Pnb) Teddy Kustari, gugur dalam kecelakaan pesawat Hawk di ujung Runway 15 Lanud Supadio, Pontianak saat latihan pendaratan darurat dgn sistem gliding (PFL = Practiced Forced Landing) pada 19 Oktober 2000. Turut gugur bersamanya Letda (Pnb) Donny Kristian yg merupakan siswa penerbang bimbingannya.
- Letnan Dua (Pnb) Donny Kristian, gugur dalam kecelakaan pesawat Hawk di ujung Runway 15 Lanud Supdio Pontianak, bersama Letkol (Pnb) Teddy Kustari pada 19 Oktober 2000
- Mayor (Pnb) Hutasuhut, gugur pada hari Kamis, tanggal 28 Maret 2002 di Lanud Iswahjudi, Madiun/Magetan. dalam latihan aerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53. pada latihan manuver ke-8 dari 11 yang direncanakan, saat melakukan manuver victory loop dengan arah pesawat menuju bumi, terjadi singgungan antara dua pesawat. Usaha menghindari tabrakan sudah dilaksanakan tapi tidak berhasil. keempat pilot yang gugur sudah eject dari pesawat, namun karena kecepatan pesawat yang tinggi dan ketinggian yang rendah di atas permukaan tanah ditambah arah pesawat yang menuju bumi, mereka tidak terselamatkan. satu pesawat menembus tanah dengan jarak satu meter dari teras ruangan dekat hanggar. satu pesawat lagi menancap di kebun kacang.
- Kapten (Pnb) Masrial, gugur bersama Mayor (Pnb) Hutasuhut, Kapten (Pnb) Weko Nartomo & Kapten (Pnb) Andis Solikhin pada saat latihan aeroerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53 di Lanud Iswahyudi tanggal 28 Maret 2002.
- Kapten (Pnb) Weko Nartomo, gugur bersama Mayor (Pnb) Hutasuhut, Kapten (Pnb) Masrial & Kapten (Pnb) Andis Solikhin pada saat latihan aeroerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53 di Lanud Iswahyudi tanggal 28 Maret 2002.
- Kapten (Pnb) Andis Solikhin, gugur bersama Mayor (Pnb) Hutasuhut, Kapten (Pnb) Weko Nartomo & Kapten (Pnb) Masrial pada saat latihan aeroerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53 di Lanud Iswahyudi tanggal 28 Maret 2002.
- Kapten (Pnb) Andi Wijaya, gugur bersama Copilot Kapten (Pnb) Gustaf Marganto dan 5 awak lainnya dalam kecelakaan helikopter Sikorsky S-58T Twin Pac Skuadron Udara 6 TNI-AU di Lanud Atang Senjaya, Bogor. 30 Oktober 2003.
- Kapten (Pnb) Gustaf Marganto, gugur bersama Pilot Kapten (Pnb) Andi Wijaya dan 5 awak lainnya dalam kecelakaan helikopter Sikorsky S-58T Twin Pac Skuadron Udara 6 TNI-AU di Lanud Atang Senjaya, Bogor. 30 Oktober 2003.
- Mayor (Pnb) Feri Susantio, gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng gunung Dieng, Desa Surengede Kecamatan Kejajar Wonosobo pada 24 Desember 2004.
- Mayor (Pnb) Damar, Gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng gunung Dieng, Desa Surengede Kecamatan Kejajar Wonosobo pada 24 Desember 2004.
- Kapten (Pnb) Rifki, gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng gunung Dieng, Desa Surengede Kecamatan Kejajar Wonosobo pada 24 Desember 2004.
- Letnan Dua (Pnb) Lukman N., gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng gunung Dieng, Desa Surengede Kecamatan Kejajar Wonosobo pada 24 Desember 2004.
- Mayor (Pnb) Bambang Wahyu Widodo, gugur dalam kecelakaan pesawat latih Bravo LM 2030 Skuadron Pendidikan 102 Lanud Adi Sucipto Dusun Grogolsari, Juwangin Purwomartani Sleman Yogyakarta (750 meter dari Lanud Adi Sucipto) pada 8 Februari 2005.
- Mayor (Pnb) Robby Ibnu Robert, gugur dalam kecelakaan pesawat OV-10 Bronco seri TT-1011 di Gunung Limas, Desa Gadingkembar, Malang, 21 Juli 2005, bersama Letda (Pnb) Harchus Aditya Wing Wibawa.
- Letnan Dua (Pnb) Harchus Aditya Wing Wibawa, gugur dalam kecelakaan pesawat OV-10 Bronco seri TT-1011 di Gunung Limas, Desa Gadingkembar, Malang, 21 Juli 2005, bersama Mayor (Pnb) Robby Ibnu Robert.
- Letnan Dua (Pnb) Eliseus Quinta Rumiarsa, gugur dalam kecelakaan pesawat OV-10 Bronco seri TT-1014 di sekitar 1 km arah selatan ujung landasan 35 Lanud Abdulrahman Saleh, tepatnya di Desa Bunut Wetan, Kecamatan Pakis, Malang, 23 Juli 2007. Instrukturnya Mayor (Pnb) Danang Prasetyo selamat karena sempat mengoperasikan kursi lontar.
- Letnan Satu (Pnb) Engky Saputra Jaya, gugur dalam kecelakaan helikopter latih TNI AU jenis Bell-47G Soloy buatan tahun 1976 jatuh di ladang tebu Desa Wanasari, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada 11 Maret 2008
- Mayor (Pnb) B. Ardjianto, gugur sebagai pilot pesawat Cassa C212-200 kode ekor A-2106 yg jatuh di G. Salak, Bogor, 26 Juni 2008
- Kapten (Pnb) Agung Priantoro, gugur sebagai copilot 1 mendampingi pilot Mayor (Pnb) B. Ardjianto dalam kecelakaan pesawat Cassa C212-200 kode ekor A-2106 di G. Salak, Bogor, 26 Juni 2008
- Letnan Satu (Pnb) Febi Fitrian, gugur sebagai copilot 2 mendampingi pilot Mayor (Pnb) B. Ardjianto dalam kecelakaan pesawat Cassa 212-200 kode ekor A-2106 di Gunung Salak, Bogor, 26 Juni 2008.
- Kolonel (Pnb) Sulaksono, gugur sebagai penumpang pesawat Cassa NC212-200 yg jatuh di G. Salak, Bogor, 26 Juni 2008.
- Kapten (Pnb) I Gede Agus Tirta Santosa, gugur sebagai pesawat F-27 Friendship 400M berkode ekor A-2703 milik TNI-AU yg menabrak hanggar di Lanud Husein Sastranegara, Bandung pada 6 April 2009.
- Letnan Satu (Pnb) Yudho Pramono, gugur sebagai copilot pesawat F-27 Friendship 400M berkode ekor A-2703 milik TNI-AU yg menabrak hanggar di Lanud Husein Sastranegara, Bandung pada 6 April 2009.
- Mayor (Pnb) Danu, gugur sebagai pilot pesawat Hercules C-130 berkode ekor A-1325 yang jatuh di Magetan, Madiun pada tanggal 20 Mei 2009. Pesawat tipe L-100-30 ini mengangkut 98 orang dan 14 crew termasuk Pangkosekhanudnas Marsekal Pertama Harsono. Korban jiwa sebanyak 97 orang termasuk 2 orang di darat.
- Letnan Satu (Pnb) Wisnu Murti, gugur dalam kecelakaan Helikopter Super Puma H3306 di Lanud Atang Sanjaya pada 12 Juni 2009. Bersamanya gugur copilot-nya, yg namanya belum saya peroleh.
- Mayor (Pnb) Heri Setyawan, gugur sebagai pilot pesawat Fokker F-27 TNI-AU yang jatuh di perumahan TNI-AU Halim Perdanakusuma pada 21 Juni 2012. Mayor Heri didampingi 2 copilot: Lettu Paulus Adi dan Letda Syahroni sedang melakukan misi T-6 Proficiency bersama 4 awak lainnya.
- Letnan Satu (Pnb) Paulus Adi P., gugur dalam kecelakaan pesawat Fokker F-27 TNI-AU di kompleks TNI-AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada 22 Juni 2012. Paulus yg bertindak sebagai copilot ke-1 mendampingi pilot Mayor (Pnb) Heri Setyawan, meninggal sehari setelah kecelakaan tsb di ICU RSPAU dr. Ernawan Antariksa, Halim PK.
- Letnan Dua (Pnb) Syahroni, gugur dalam kecelakaan pesawat Fokker F-27 TNI-AU di kompleks TNI-AU Halim Perdanakusuma pada 21 Juni 2012. Syahroni saat itu sedang bertindak sebagai copilot ke-2, mendampingi Mayor (Pnb) Heri Setyawan.
- Kapten (Pnb) Sandy Permana, gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 berkode ekor A1310 dari Skuadron 32 Malang, 2 menit setelah lepas landas dari Lanud Soewondo Medan pada 30 Juni 2015 karena kerusakan mesin dan bermaksud RTB (return to base) namun naas justru jatuh menimpa kawasan komersial di dekat lanud yang dulunya bernama Bandara Polonia tersebut. Gugur bersamanya, 2 orang copilot (Lettu Pnb Pandu Setiawan dan Letda Dian Sukma), navigator Kapten Riri Setiawan, juru radio udara Serma Bambang H, juru mesin BR Peltu Ibnu Qohar dan Pelda Andik S. Lalu, ada juru mesin udara II Pelda Parijo, instruktur load master Peltu Ngateman, load master II Peltu Yahya Komari dan Pelda Agus P, serta seorang kru bernama Prada Alvian, dan juga 101 penumpang yg sebagian besar prajurit TNI-AU dan keluarganya.
- Letnan Satu (Pnb) Pandu Setiawan, gugur dalam kecelakaan pesawat HerHercules C-130 berkode ekor A1310 saat lepas landas dari Lanud Soewondo Medan pada 30 Juni 2015 saat menjadi copilot 1 dengan pilot Kapten (Pnb) Sandy Permana dan copilot 2 Letda (Pnb) Dian Sukma).
- Letnan Dua (Pnb) Dian Sukma, gugur dalam kecelakaan pesawat HerHercules C-130 berkode ekor A1310 saat lepas landas dari Lanud Soewondo Medan pada 30 Juni 2015 saat menjadi copilot 2 dengan pilot Kapten (Pnb) Sandy Permana dan copilot 1 Lettu (Pnb) Pandu Setiawan).
- Letnan Kolonel (Pnb) Mada Sarjono, gugur bersama Mayor (Pnb) Dwi Cahyono saat pesawat latih jet T50 Golden Eagle yg dipilotinya jatuh (crash) saat terbang aerobatik dalam rangka event Gebyar Dirgantara di Lanud Adisucipto, Yogyakarta, Minggu 20/12/2015. Beliau menjabat Komandan Skuadron 15 Tempur yang berpangkalan di Lanud Iswahyudi, Madiun.
- Mayor (Pnb) Dwi Cahyono, gugur saat pesawat latih jet T50 Golden Eagle bersama pilot Letkol Mada jatuh (crash) saat terbang aerobatik dalam rangka event Gebyar Dirgantara di Lanud Adisucipto, Yogyakarta, Minggu 20/12/2015.
KEMBALI KE ARTIKEL