Yang lebih beda lagi di kampus tempat aku kuliah, hari ini nampak begitu banyak para pedagang yang berjualan di lingkungan dalam kampus. Tapi mereka bukanlah pedagang yang setiap hari berjualan di kampus. Mereka itu hanya pedagang dadakan atau musiman yang memang sering kali berjualan saat tiba musim penerimaan mahasiswa baru hingga pelaksanaan OSPEK tiba. Ternyata walaupun selama ini menjadi momok bagi adik-adik mahasiwa/i baru, OSPEK membawa berkah bagi banyak orang, lebih-lebih warga sekitar kampus. Contohnya saja dari pengamatan aku banyak warga-warga lingkungan kampus yang kebanjiran orderan kos-kosan bagi para adik-adik mahasiswa/i baru. Warga ada yang menawarkan sewa kos tahunan, per semester, bulanan, hingga bahkan harian. Dan tarif kosnya pun berbeda-beda tergantung fasilitas yang ada.
Kembali lagi, tadi aku melihat para pedagang yang ada di lingkungan kampus itu menjual barang-barang yang akan digunakan untuk keperluan OSPEK yang dilaksanakan mulai senin depan. Para pedagang itu ada yang menjual caping, dasi, pita, batik, minuman soft drink, dll. Ketika aku sempat bertanya kepada salah satu penjual, ternyata ada pula yang berasal dari luar pulau Jawa. Luar biasa sekali semangat mereka, tidak kalah dengan semangat para kawan-kawan mahasiswa yang akan menjadi pemandu dalam OSPEK yang dimulai senin depan.
Aku kagum sekali dengan semangat para kawan-kawan yang begitu antusias menjadi pemandu OSPEK, tentu itu merupakan sebuah tugas yang tidak mudah. Aku sendiri kebetulan tidak ikut menjadi pemandu, hehe. Mendingan jadi pengamat ajalah. Namun aku hanya kasihan sama adik-adik mahasiswa/i baru, malang nian nasib mereka. Sudah susah-susah bisa diterima di kampus, bayaran yang tidak sedikit, pusing cari kos-kosan, tapi kenapa masih dibikin pusing cari alat-alat untuk syarat ikut OSPEK. Belum lagi barang-barang yang harus dibeli itu biasanya merupakan produk sponsor yang harganya pun relatif mahal. Tentu di samping membebani para adik-adik mahasiswa, hal ini justru seperti mengajarkan mereka untuk hidup konsumtiv.
Dari pengalaman aku dulu waktu OSPEK, juga disuruh untuk bawa barang-barang tertentu yang unik dan langka sekali. Di samping itu juga disuruh bikin barang-barang tertentu yang bahannya pun harus beli, dan lagi-lagi uang. Barang-barang yang harus dibawa waktu OSPEK yang aku ikuti ketika itu antaralain seperti 3/4l minyak goreng murni, 2kg beras, 3 mie instan,dsb. Itu hanya sebuah contoh sederhana saja. Memang benar barang-barang itu nantinya digunakan untuk kepentingan sosial, seperti baksos, untuk panti asuhan, dsb. Namun menurut aku cara-cara seperti itu kurang tepat dan kurang mendidik adik-adik mahasiswa/i baru. Mereka justru banyak yang merasa terbebani hingga terkadang muncul rasa dendam. Dan untuk melampiaskan dendam itu mereka lakukan kepada adik-adik mahasiswa/i tahun depannya lagi saat mereka telah menjadi senior, dst.
Ini tentu perlu menjadi perhatian kita bersama. Menurut aku ada cara-cara yang lebih humanis, mendidik dan bermakna bagi para peserta OSPEK. Contohnya dalam penugasan pembuatan barang-barang tertentu. Menurut aku ini bagus untuk melatih kreativitas mereka, namun jangan mensyaratkan bahan yang harus beli, sangat langka, dan apalagi mahal harganya. Coba jika dalam penugasan itu adik-adik mahasiswa disuruh mencari bahan-bahan yang alami dan ramah lingkungan. Jika ini bener-bener terjadi tentu adik-adik mahasiswa tak perlu kewalahan berdesak-desakan mencari bahan OSPEK di toko-toko yang mahal. Justru melalui ide aku tadi diharapkan menumbuhkan kesadaran para maba terhadap lingkungan hidup.