Orang mungkin menganggap ini cinta buta. Love is Blind. Tapi bagiku tidak! Aku tidak buta. Aku tahu siapa orang yang kucinta. Ia benar-benar layak untuk aku cintai!
Tapi aku sungguh tidak layak baginya.Aku hanyalah babu. Aku manusia dengan status social yang tidak bisa dibanggakan. Tapi aku manusia biasa yang bisa saja jatuh cinta. Kebetulan saja cintaku tertambat pada majikanku sendiri. Aku ingin berteriak pada dunia dan bertanya. Apakah seorang pembantu dilarang mencintai? Berarti Tuhan itu tidak adil. Dia yang mendatangkan rasa. Namun kenapa harus pada orang-orang tertentu saja? Bukankah Ia Maha Adil? Mari kita bicara dari sisi hak asasi manusia. Tidakkah cinta adalah hak asasi tiap manusia? Manusia adalah siapa saja. Bisa laki-laki atau perempuan. Termasuk aku. Seorang pembantu. Seorang gadis lemah. Yang saat ini mencintai majikannya. Titik. Apakah aku harus membuang jauh-jauh anugrah yang telah aku terima ini? Jika aku harus memilih, aku sangat tidak mau jadi pembantu rumah tangga. Bahkan aku tidak akan pernah mau dilahirkan ke dunia ini. Tapi aku harus mau. Keluargaku sungguh hidup berada dibawah garis kemiskinan. Bapak yang hanya menjadi seorang kuli bangunan tidak memiliki penghasilan yang tetap. Sementara ibuku tidak bisa apa-apa membantu bapak. Oleh karena keadaan kami yang dari hari ke hari kian memburuk, maka sebagai anak perempuan pertama, aku hanya bisa menikmati pendidikan di madrasah. Sementara kelima adiku tidak jauh berbeda denganku. Keadaan inilah yang membuat aku terpaksa harus menggeluti profesi pembantu karna tak sedikitpun keterampilan yang aku miliki, selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kelebihanku yang lain hanyalah satu. Aku gemar membaca. Tapi ini tidak menunjang karirku sebagai pembantu. Pekerjaaku sebagai pembantu bahkan tidak menuntutku harus membaca banyak buku. Pekerjaan mengepel, menyapu dan memasak bisa dikerjakan dengan mudah.
KEMBALI KE ARTIKEL