Di penghujung tahun keempat kerasulan Muhammad SAW, jumlah umat Islam sedikit demi sedikit mulai bertambah, sementara eskalasi kebencian kaum musyrikin Mekkah semakin menjadi-jadi. Masing-masing kelompok bersikeras dengan sikapnya. Kepongahan kaum musyrikin sudah melampaui ambang batas, mereka menyiksa tokoh-tokoh Islam yang memiliki kedudukan penting. Seorang bapak menyiksa anak, ibu memusuhi putera sendiri, para “tuan” menyiksa budaknya. Bahkan mereka tak segan-segan menyiksa Rasul yang mulia. Rupanya kaum pendurhaka itu tahu bahwa melukai Rasulullah taruhannya sangat besar. Tak ayal, akhirnya para sahabat yang menjadi taruhan: mereka disiksa siang-malam tiada henti. Paman Nabi, Abu Thalib, ---yang mempunyai kedudukan terhormat di suku Quraisy saat itu-- berusaha melerai.
KEMBALI KE ARTIKEL