Sejak serbuan Laskar Pelangi ke ranah perfilman Indonesia, pulau kecil di lepas pantai timur Sumatera ini spontan menjadi target destinasi yang paling dicari.
Langit biru berhiaskan arak-arakan awan putih menyambut kedatangan saya di Bandar Udara H A S Hanandjoeddin pada siang yang terik itu. Tidak mencapai hitungan jam, saya sudah "berteleportasi" dari ibu kota ke sebuah pulau yang terkenal akan eksotisme alamnya: Pulau Belitung. Untuk menuju kampung halaman Andrea Hirata ini, tersedia berbagai opsi.
Wisatawan dari Jakarta bisa memilih jalur laut atau udara. Jalur laut dapat ditempuh dengan menggunakan kapal motor rute Tanjung Priok-Tanjungpandan dengan perkiraan biaya sebesar Rp 250.000,00. Namun, perjalanan dengan kapal laut memakan waktu yang cukup lama, mencapai belasan jam. Sementara perjalanan lintas udara dapat dilakoni dengan dua pilihan maskapai, Batavia Air atau Sriwijaya Air. Harga tiket pesawat terbilang fluktuatif, berkisar antara Rp 500.000,00-Rp 800.000,00. Namun, jika beruntung Anda bisa mendapatkan tiket promo dengan harga yang sangat menggiurkan. Idealnya, pilihlah penerbangan pertama sehingga ketika tiba di Pulau Belitung Anda masih sempat untuk berwisata.
Begitu mendarat di kota Tanjungpandan, Anda dapat menggunakan jasa rental mobil yang sudah mengantre di pintu keluar bandara. Berbeda dengan kota-kota lainnya di Indonesia, moda transportasi di Belitung tidaklah variatif. Di tempat ini tidak tersedia angkutan umum sehingga mau tidak mau wisatawan harus menyewa kendaraan pribadi. Harga yang ditawarkan para penjaja jasa rental terbilang seragam, yakni sekitar Rp 400.000,00 untuk mobil Toyota Avanza lengkap dengan supirnya. Dengan harga tersebut, plus beberapa rupiah untuk uang bensin, Anda dapat berkeliling pulau satu hari penuh.
Siang itu saya langsung bertolak dari ibu kota Kabupaten Belitung menuju tempat dinas kakak saya di Kampong Pesak, Belitung Timur. Perjalanan ke Belitung Timur ditempuh selama satu jam. Kontur jalan yang meliuk-liuk disertai kecepatan kemudi yang tinggi dapat menimbulkan sedikit sensasi mual. Ya, jalan raya di Belitung sungguh berbeda dari ibu kota. Di sepanjang jalan, saya lebih banyak menemui pepohonan sawit dan pertambangan timah, alih-alih kendaraan bermotor.
Napak Tilas Laskar Pelangi
Pelesir ke Pulau Belitung belum lengkap rasanya jika tidak mengunjungi tempat-tempat yang menjadi saksi kelahiran Laskar Pelangi. Napak tilas saya mulai dengan mengunjungi tempat asal Lintang, sahabat karib Ikal dalam Laskar Pelangi. Pantai Punai namanya. Terletak di Desa Tanjung Kelumpang, Punai menyajikan keelokan khas pantai-pantai di Belitung. Pasir putih dan lembut lengkap dengan air biru yang jernih. Meskipun tidak sebesar yang ada di Pantai Tanjung Tinggi, kehadiran batu-batu granit "mini" juga turut menambah kecantikan panorama Punai.