Boleh lah disebut pahlawan. Namun sejarah memperlihatkan sebuah kejujuran nyata bahwa dia sangat tidak pantas disebut pahlawan. Karena dia telah mengabaikan etika perang dan memaksakan diri utnuk tetap melakukan tindakan tidak terpuji. Seperti apakah sikap tidak terpuji itu? Mari kita berkisah!
Ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri Raja Sunda Dyah Pitaloka begitu tinggi. Dia berniat memperistri Dyah Pitaloka namun terkesan politis, yaitu untuk mengikat persekutuan Majapahit dengan Sunda. Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit.
Maharaja Linggabuana pun akhirnya berangkat bersama rombongan undangan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat. Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi prajurit yang jumlahnya minim.Menurut Kidung Sundayana, tiba-tiba Gajah mada mencegat perjalanan rombongan undangan tersebut. Ia bahkan berniat menguasai Kerajaan Sunda untuk memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta, sebab dari berbagai kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda lah yang tidak mau takluk dengan Sumpah Sampah tersebut.
Dalam versi berbeda menyebutkan bahwa Hayam Wuruk sejak kecil sudah dijodohkan dengan adik sepupunya Putri Sekartaji atau Hindu Dewi. Sehingga Hayam Wuruk harus menikahi Hindu Dewi sedangkan Dyah Pitaloka hanya dianggap sebagai tanda takluk kerajaan Sunda kepada Majapahit.
Kerajaan Pajajaran sangat menolak bila kedatangannya ke Majapahit hanya untuk menyerahkan Dyah Pitaloka sebagai tanda takluk. Terjadilah perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada.
Perselisihan ini diakhiri dengan ditentangnya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk serta ungkapan pengakuan terhadap superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap bersikeras untuk menuntaskan niat busuknya itu.Belum lagi Hayam Wuruk memberikan sebuah keputusan, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukan Bhayangkara ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit.
Dan terjadilah persitiwa berdarah yang amat melukai hati orang Sunda. Perang itu tidak seimbang karena Gajah Mada dengan pasukan yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah sedikit serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu.
Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Raja Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat.Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati penuh duka cita, ia melakukan bela pati atau bunuh diri untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya.
Jadi, daripada harus nyerah ke majapahit, mending mati terhormat.
Menurut tata perilaku dan nilai-nilai kasta ksatria, tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh para perempuan kasta tersebut jika kaum laki-lakinya telah gugur. Perbuatan itu diharapkan dapat membela harga diri sekaligus untuk melindungi kesucian mereka, yaitu menghadapi kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan, penganiayaan, atau perbudakan.
Penyesalan mendalam muncul dalam benak Hayam Wuruk. ia begitu meratapi wafatnya Dyah Pitaloka. Akibat Palagan Bubat ini, hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada pun menjadi renggang. Gajah Mada sendiri menghadapi tentangan, kecurigaan, dan kecaman dari pihak pejabat dan bangsawan Majapahit, karena tindakannya dianggap ceroboh dan gegabah.
Tragedi perang Bubat juga merusak hubungan kenegaraan antar Majapahit dan Pajajaran atau Sunda dan terus berlangsung hingga bertahun-tahun kemudian. Hubungan Sunda-Majapahit tidak pernah pulih seperti sedia kala.
Kembali ke judul, apakah pantas Gajah Mada disebut pahlawan??? Silahkan anda yang menilai.. ternyata sejarah juga bisa dipelintir dan diputar balikan.
Siapa yang seharusnya berbuat ramah itu? siapa yang semestinya punya sikap rendah hati itu? bukankah kita sebagai manusia? Sikap arogan, penuh dendam, ceroboh dan gegabah dalam bertindak, daya nalar yang hilang, akal sehat yang terbakar oleh kebencian dan kehausan akan kekuasaan dan harta, itu bukan contoh manusia ideal yang harus jadi panutan.
Itulah sosok Gajah Mada yang sejak Sekolah Dasar kita baca dalam buku Sejarah Nasional. Bukan maksud membuka lembaran lama dan menorehkan luka lama. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa bacalah diri, bacalah fakta, hindari mitos dan jauhi kabar berita yang bermuatan " katanya".....! Agar tidak dibohongi sejarah.