Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Kopi, Lelaki senja dan aku

16 Oktober 2012   07:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:47 765 5

Aku… aku harus masuk ke lorong-lorong rasa itu sekali lagi…

Berdarah atau cacat dalam luka abadi, sungguh aku tak peduli! Asal arti TENANG itu boleh ku ciumi lagi…

Tenang…

Kata tenang yang tidak mungkin aku sentuh hanya dengan Diam

Arti Tenang yang tidak mungkin aku raih hanya dengan Lelap…

Saatnya aku duduk di bibir pantai, menikmati suara ombak

Menikmati sapuan angin dikulitku…

Mencoba mengeja apa yang diinginkan hati…

Satu persatu hadirkan kilasan cerita dari bilik-bilik memori

Aaahh… jika ku buka setiap bilik itu yang ada hanya aroma kopi, cengkeh dan asap.

Rasa tentang kamu, ya.. ya… semua tentang kamu…

Penari kata , pemuja kopi yang gumuli asap-asap rokok.

Gustiii….

Dari mula rasa itu mulai mainkan hasratnya..

Jauuuuh entah berapa waktuyang lalu, saat aku hanya pengeja aksaramu yang diam.

Aku sudah katakan JANGAN! JANGAN! JANGAN!

Aku sudah berusaha menata setiap detak waktu tanpa saling sentuh jiwa…

Tapi alam berkata lain, salur-salur cerita membawaku mengeja hatimu..

Mengeja setiap luka yang berusaha kau pendam,

Mengeja setiap kenangan berdarah yang tergambar dalam lantun prosamu.

Pamah setiap kemanjaan yang kau sembunyikan dibalik ketegaranmu…

Ciumi aroma-aroma maskulin dari setiap tuturmu…

Gauli setiap ego yang menjadi kepompong hangatmu…

Pesonamu sungguh membuat hasratku terbakar..

Terbakar tanpa bentuk…

Aku harus akhiri sebelum hatiku berubah hitam jadi arang..

*************

Hitam, pekat, pahit, manis tercampur dalam satu komposisi yang sempurna. Itulah pantulan rasa di setiap imajiku tentang kamu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun