Namun, seiring berjalannya waktu, Bima mulai merasa sesak napas setiap kali bermain di taman. Udara di kota semakin hari semakin buruk. Polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan dan pabrik semakin parah.
Bima merasa sedih. Taman yang biasanya menjadi tempat bermainnya kini menjadi tempat yang membahayakan kesehatannya. Dia merasa kehilangan kebebasannya untuk bermain dan menikmati udara segar.
Bima punya seorang kakek yang dulu adalah seorang aktivis lingkungan. Kakeknya sering bercerita tentang betapa indahnya Jakarta sebelum polusi udara menjadi masalah. Bima merasa terinspirasi oleh cerita kakeknya dan memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Bima mulai dengan hal kecil. Dia mulai menggunakan sepeda ke sekolah untuk mengurangi emisi gas buang. Dia juga mulai mengajak teman-temannya untuk melakukan hal yang sama. Selain itu, Bima juga mulai menanam pohon di sekitar rumahnya untuk membantu membersihkan udara.
Perlahan tapi pasti, usaha Bima mulai membuahkan hasil. Banyak teman-temannya yang mulai menggunakan sepeda dan menanam pohon. Meski perubahan yang terjadi tidak langsung terlihat, Bima yakin bahwa setiap usaha kecil akan membawa perubahan besar.