Papa,
Aku ingin kembali padamu… tapi aku malu
Saat meninggalkanmu dalam kesendirian kala itu, kutahu sudah mencederai hatimu
Tapi boleh’kan aku meminta hakku untuk pergi dari pangkuanmu,
menelusurui jalan yang ingin kubuat sendiri saja bersamanya?
Papa,
Kini aku tak menemukan lagi seorang yang bisa mempercayaiku sepertimu..
Seperti waktu itu,
kau hanya tersenyum dan menggeleng ketika mendapatiku mencuri uang di saku bajumu
dan rasa malu itu selalu mengekoriku,
karena ternyata karena kasihmu, akhirnya tak bisa melencengkan imanku.
Tapi kali beda papa…
Aku tahu kau akan berkata “Papa sudah tahu sejak dulu nak…”
Ya tentu saja!
Karena perlawananku waktu itu,
Dengan arogan membelanya sebagai jagoanku pengganti dirimu
Papa,
Kini aku sangat bersedih
Semuanya lacur pa…
Tak seindah semua yang dulu di awal-awal aku pamerkan padamu
Aku sekarang layu tak sanggup menatap matahari
Tak bahagia…
Tak bersahaja…dan slalu membawa air mata di sudut mataku kemanapun aku pergi
Konyolnya aku malu, ternyata papa benar
Cinta hanya membutakan mata hatiku.
Cinta terlantar karena terkonspilasi wajah dan pesona
Seiring waktu yang mengecat putih warna rambutmu,
Sejalan rasa sayangmu yang tak pernah surut,
Anehnya aku ingin menjadi bocah kecilmu lagi…
Yang bebas berlarian dengan boneka pandaku
Duduk dan tertidur di pangkuanmu.
Oh, papa aku letih sekali…