Adakah dunia akan menoleh kepada darah yang takpernah kering di wajahmu, Palestina...
Impian dari kegembiraan yang hilang, begitu cepat datang bersama dentuman senjata.
Dengan bintang senja dan fajar, matahari takpernah lagi bersinar di bumimu, Palestina...
Anak-anakmu melihat sayap lembut awan di sungai,
Dan berhias dengan kepulan asap dari peluru tak nyasar di puing-puing rumah mereka.
Takpernah lagi ada bunga-bunga di dahan lembut pohon zaitun di dataran keringmu .....
Apakah keindahan perang bagi mereka di tanah suci para nabi?, oh Palestina...
Kesakralan tanah keramat dan pancaran ajaran suci tiga rasul.
Tidak membawa kasih lagi, kecuali airmata yang dinikmati.
Beritahukanlah pada dunia tidak lebih daripada damai yang telah hilang, oh Palestina...
Adakah dunia akan menghapuskan airmata yang takpernah berhenti mengalir di pipimu, Palestina...
Kepedihan untuk kedamaian yang hilang, begitu dekat dari maut yang dibawa rudal-rudal yang matanya telah dibutakan.
Tak ada lagi suara burung merpati yang terang di atap-atap rumah.
Anak kecil menangis pada ayahnya yang telah membeku, di waktu isya yang takpernah diselesaikannya.
Hanya terdengar sirine yang lambat, kelelahan diserbu musuh dari segala penjuru.
Lagu-lagu cinta dan lelucon adalah barang langka yang dibawa oleh burung bul-bul.
Palestina... dukamu seperti airmata yang dipaksa kehilangan suara.