14 Desember 2024 12:12Diperbarui: 14 Desember 2024 14:418419
Dengar... Dengarlah suara di hatimu, Cah Ayu... Berlayarlah bersamaku dengan perahu tanpa sauh itu Yakinlah, Tuhan adalah nahkoda yang tangguh bagimu dan juga bagiku Badai dan gelombang kehidupan, tak akan membuat kita hanyut Bukankah hatimu dan hatiku telah menjadi seteguh batu karang di laut? Maka, biarlah hari ini menjadi hari yang penuh haru biru Marilah kita berpetualang dan menjelajahi dunia tanpa bayang-bayang masa lalu Yang seringkali menjadi batu sandungan untukmu dan juga untukku
Cah Ayu... Dengarlah suara di hatimu dan aku yakin engkau pasti setuju Kita akan terus berlayar di lautan kehidupan yang semakin membiru itu Kemudian melabuhkan perahu kita di pantai misterius Menikmati hari-hari penuh dengan rasa syukur Di bumi seperti di dalam surga Yang di sana, tak akan ada lagi kesedihan dan air mata kepedihan Yang di sana, tak akan ada lagi duka dan juga kepiluan Yang di sana, tak akan ada lagi iri hati maupun dendam
Dengar... Dengarlah kembali suara di hatimu, Cah Ayu.. Jangan lagi ada pertengkaran tiap kali ada yang mengungkit masa lalu Sekalipun itu pahit bagai empedu dan pernah mengiris hatimu Baiknyalah kita dapat mengambil hikmahnya dengan penuh rasa syukur Yang hampa biar terbang, yang bernas biar tinggal Karena semua itu membawa kita pada petualangan hari ini Di mana layar telah terkembang dan keteguhan hati itu telah lahir Memberikan nuansa keikhlasan yang tanpa pamrih
Cah Ayu... Sambutlah mentari baru di dalam pelayaran ini Sejauh kita mampu mendayung sampan menuju ke arah mentari Hingga di mana saja menjadi sama Di timur maupun di barat Di selatan maupun di utara Kita tetap bersama-sama dan terus bergandengan tangan di dalam penyertaanNYA Menjadi mercusuar bagi para nelayan saat langit menggelap Bersama-sama menikmati indahnya bintang-bintang tanpa kehilangan arah
Dengar... Dengarlah kembali suara di hatimu, Cah Ayu... Apakah engkau masih ingat zaman ketika kita masih susah? Yang untuk makan mesti berutang, dan tak jarang pula kenyang dengan penolakan? Bukankah gerimis duka itu selalu turun tiap kali kita berada pada titik jenuh di dalam kehidupan? Apalagi tatkala putra kita sakit tanpa uang di tangan untuk membeli obat dan membayar biaya perawatan? Tentu hatimu saat itu sangat pilu, demikian pula aku di sudut ruangan rumah sakit itu... Dan ketika ada yang menolong, semua sudah terlambat... Hingga tumpahlah air matamu dan air mataku, melepas semua rasa di dalam keikhlasan
Cah Ayu... Badai dalam lautan kehidupan itu telah lama berlalu diterbangkan angin senja Luka lama juga telah sembuh, dan tak ada lagi luka baru di masa yang akan datang Masa lalu sudah sampai pada hari ini dan kita telah mampu menertawakannya dengan terpingkal-pingkal Dunia kita saat ini benar-benar penuh canda tawa di dalam penyertaanNYA Hingga tak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur setiap saat Kini, sudah waktunya kembali kau lukiskan keindahan hatimu pada kanvas semesta Temukanlah kebahagiaan sejati di antara goresan kuas saat memadukan warna-warna cat yang tertuang... Dan pastilah itu adalah keikhlasan...
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.